Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Aritmia general_alomedika 2023-04-28T13:24:31+07:00 2023-04-28T13:24:31+07:00
Aritmia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Gambaran EKG
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Aritmia

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Diagnosis aritmia utamanya ditegakkan melalui pemeriksaan EKG. Aritmia perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan berdebar-debar atau denyut jantung terasa tidak teratur, terutama jika memiliki faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi.[1-3]

Anamnesis

Pada beberapa kasus aritmia, terutama bradiaritmia, pasien dapat tidak mengalami gejala. Meski demikian, aritmia juga dapat menyebabkan pasien datang dalam kondisi penurunan kesadaran akibat syncope.

Pada bradiaritmia, pasien bisa menyampaikan keluhan yang tidak spesifik, seperti rasa lelah, sesak, intoleransi pada saat aktivitas atau olahraga, malaise, hingga nyeri dada. Pada takiaritmia, pasien dapat datang dengan keluhan berdebar-debar, nyeri dada, pusing, melayang, dan merasa lemas.

Riwayat penyakit sebelumnya perlu ditanyakan pada pasien, terutama riwayat penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, infark miokard, kardiomiopati, dan penyakit jantung bawaan. Tanyakat juga riwayat aktivitas fisik, riwayat penyakit pada keluarga, serta faktor gaya hidup seperti kebiasaan merokok.

Beberapa zat dan obat juga bisa mencetuskan aritmia. Kafein, tembakau, dan alkohol merupakan contoh zat yang bisa menyebabkan aritmia. Medikamentosa yang dapat menyebabkan aritmia antara lain  verapamil, diltiazem, amiodarone, dronedarone, sotalol, digoxin, dan phenothiazine.[2-4,6-8]

Palpitasi

Palpitasi adalah sensasi kekuatan kontraksi jantung. Biasanya, pasien tidak memiliki kesadaran akan detak jantung karena kekuatan kontraktil dari setiap detakan sedang dan karena struktur yang mengelilingi jantung dan pembuluh darah besar tidak cukup meregang untuk menimbulkan impuls sensorik.

Ketika ventrikel kiri tiba-tiba berkontraksi lebih kuat, hasil bolus darah yang lebih besar meregangkan arteri besar atau meningkatkan gerakan fisik jantung di dalam perikardium dan dapat dirasakan pasien. Aritmia diduga dapat menghasilkan perubahan kekuatan kontraksi berhubungan dengan perubahan mendadak dalam panjang siklus irama dan interval antara ketukan.

Pada kasus disfungsi nodus sinus atau blok AV derajat dua, pasien juga mungkin bisa merasakan sensasi jeda dari detak jantungnya.[4]

Intoleransi Aktivitas

Takiaritmia dan bradiaritmia dapat menyebabkan penurunan perfusi darah yang menyebabkan penurunan kapasitas pasien dalam beraktivitas. Pasien bisa merasakan mudah lelah, lemah, pusing, hingga mengalami pingsan ketika beraktivitas.[4]

Dispnea

Pada aritmia, dispnea bisa terjadi meskipun pasien memiliki fungsi paru yang normal. Ini merupakan akibat dari peningkatan tekanan pengisian pada ventrikel kiri. Meski demikian, dispnea lebih mungkin dialami pasien aritmia yang memiliki penyakit paru obstruktif atau restriktif.[4]

Nyeri Dada

Pasien bisa mengeluhkan ketidaknyamanan pada dada akibat adanya aritmia ektopik. Nyeri dada juga bisa muncul karena tingginya risiko sindrom koroner akut pada pasien yang mengalami aritmia.[4]

Syncope

Near syncope dan syncope biasanya terjadi karena turunnya tekanan darah dan adanya gangguan perfusi akibat aritmia yang dialami.[4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pertama kali adalah pemeriksaan denyut nadi untuk mengetahui frekuensi, irama, dan kualitas pulsasi nadi. Bradiaritmia akan menghasilkan frekuensi pulsasi kurang dari 60 kali per menit, sedangkan takiaritmia memiliki frekuensi lebih dari 100 kali per menit.

Pemeriksaan tekanan darah mungkin menunjukkan penurunan atau peningkatan. Pemeriksaan fisik jantung dan paru diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan penyebab aritmia, misalnya adanya gangguan katup ataupun gagal jantung.[2-4,6-8]

Diagnosis Banding

Aritmia umumnya dapat dikenali dengan mudah melalui pemeriksaan EKG. Pada pasien dengan syncope, diagnosis banding aritmia yang perlu dipikirkan adalah gagal jantung akut, hipovolemia, serta keracunan.[1-4]

Gagal Jantung Akut

Gagal jantung akut dan aritmia bisa terjadi saling berhubungan. Penyebab keduanya pun kurang lebih serupa. Pemeriksaan EKG dapat mengenali adanya aritmia. Pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dapat membantu mengevaluasi penyebab yang mendasari terjadinya aritmia ataupun gagal jantung akut.[1-4]

Hipovolemia

Pada kasus hipovolemia, koreksi volume dengan resusitasi cairan atau transfusi darah akan memperbaiki kondisi klinis pasien. Sementara itu, pada aritmia hal ini tidak berlaku.[1-4]

Keracunan

Pasien yang mengalami keracunan atau intoksikasi bisa mengalami gejala syncope seperti yang dialami pasien aritmia. Beberapa zat penyebab keracunan juga bisa menimbulkan gejala aritmia. Pada kasus keracunan, akan ada riwayat mengonsumsi atau terpapar zat penyebab sebelum gejala muncul. Selain itu, akan ada juga gejala lain seperti midriasis, diaforesis, halusinasi, mual, ataupun muntah.[1-4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis aritmia adalah EKG. Pemeriksaan lain dapat diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasari timbulnya aritmia.

Elektrokardiografi (EKG)

EKG merupakan pemeriksaan penunjang yang memiliki peran penting dalam penegakan diagnosis aritmia. Gambaran EKG akan berbeda-beda tergantung dari jenis aritmia yang dialami.

Sebagai contoh, pasien dengan atrial fibrilasi akan menunjukkan gambaran EKG berupa interval R-R ireguler, tidak ditemukannya gelombang P pada EKG, dan interval antara 2 aktivasi atrium jika terlihat >200 ms atau >300 laju per menit.

Sementara itu, pada ventricular tachycardia akan muncul gambaran EKG kompleks QRS melebar >0,14 detik dengan pola right bundle branch block atau >0,16 detik dengan pola left bundle branch block. Gambaran lain mencakup disosiasi AV, interval RS interval >100 ms pada lead prekordial (tanda Brugada), kompleks QRS dengan konkordans negatif pada lead prekordial, dan ventricular fusion beats.[2-4,6-8]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien aritmia digunakan untuk mengevaluasi penyebab yang mendasari. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan biomarker jantung untuk mengetahui adanya infark miokard; kadar elektrolit untuk menilai adanya gangguan elektrolit; serta pemeriksaan kadar hormon tiroid jika aritmia dicurigai berkaitan dengan hipertiroid.

Pada kasus yang berkaitan dengan penggunaan obat, dapat dilakukan pemeriksaan kadar obat, seperti digoxin atau teofilin.[2-4,6-8]

Echocardiography

Echocardiography akan memberikan perkiraan fraksi ejeksi, apakah ada hipertrofi jantung, dan kelainan gerakan dinding regional akibat infark sebelumnya. Pemeriksaan ini juga bisa mengevaluasi kelainan struktural lain, termasuk jika ada gangguan katup atau kelainan anatomis bawaan.[4]

Tes Stres EKG

Tes stres EKG dapat bermanfaat pada pasien yang dicurigai mengalami penyakit arteri koroner.[4]

Holter Monitoring

Holter monitoring dapat merekam aktivitas jantung menggunakan perangkat rawat jalan kecil, portabel, non-invasif, yang digunakan kontinu dalam periode 24-48 jam. Penggunaan alat ini akan menyediakan kesempatan lebih besar untuk mendeteksi gangguan irama atau penyakit jantung terkait gejala yang dialami pasien.[4]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah

Referensi

1. Desai DS, Hajouli S. Arrhythmias. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558923/
2. Pollack Jr CV, Cantor RM, Blanck JF. Tachyarrhythmias. Differential Diagnosis of Cardiopulmonary Disease: A Handbook. 2019:1013-35.
3. Rees CJ, Cantor RM, Pollack Jr CV, Riese VG. Bradyarrhythmias. Differential Diagnosis of Cardiopulmonary Disease: A Handbook. 2019:213-31.
4. Moulton KP, Bhutta BS, Mullin JC. Evaluation Of Suspected Cardiac Arrhythmia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585054/
6. Kusumoto FM, Schoenfeld MH, Barrett C, et al. 2018 ACC/AHA/HRS guideline on the evaluation and management of patients with bradycardia and cardiac conduction delay: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society. Journal of the American College of Cardiology. 2019 Aug 20;74(7):e51-156.
7. Katritsis DG, Arbelo E, Arribas F, et al. 2019 ESC Guidelines for the management of patients with supraventricular tachycardia. European Heart Journal. 2020;41:655À720.
8. Zeppenfeld K, Tfelt-Hansen J, de Riva M, et al. 2022 ESC Guidelines for the management of patients with ventricular arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death: Developed by the task force for the management of patients with ventricular arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death of the European Society of Cardiology (ESC) Endorsed by the Association for European Paediatric and Congenital Cardiology (AEPC). European heart journal. 2022 Oct 21;43(40):3997-4126.

Epidemiologi Aritmia
Gambaran EKG Aritmia

Artikel Terkait

  • Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
    Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
  • Red Flag Palpitasi
    Red Flag Palpitasi
  • Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
    Penggunaan Digoxin Pada Gagal Jantung: Keamanan dan Manfaat
  • 5 Interaksi Serius Obat Kardiovaskuler
    5 Interaksi Serius Obat Kardiovaskuler
  • Pedoman Penanganan Atrial Fibrilasi ESC 2024 – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Penanganan Atrial Fibrilasi ESC 2024 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Rizky Adithra Farhan
Dibuat 17 Juli 2024, 09:28
Incomplete RBBB tanpa keluhan perlukah dirujuk
Oleh: dr. Rizky Adithra Farhan
0 Balasan
Pasien saya pria 60 thn, kondisi EKG Incomplete RBB, Sebelumnya rutin MCU incl. EKG, selama ini normal hsl EKG nya..belum ada keluhan di dada/...
dr. Gabriela
Dibalas 28 Maret 2024, 07:20
Membedakan Premature Ventricular Complexes (PVCs) Jinak dan Ganas – Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Premature ventricular complexes (PVC) merupakan jenis aritmia yang sering ditemukan pada praktik klinis. Presentasi klinis PVC bervariasi, mulai...
Anonymous
Dibalas 01 Januari 2024, 15:22
Interpretasi hasil EKG
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Dok, ini pasien 37 thn dtg dengan tidak sadarkan diri, pasien riwayat sakit jantung, baru keluar RS 5hari lalu. TD tidak terukur, nadi 125x/m lemah, SpO2 :...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.