Diagnosis Keracunan Makanan
Diagnosis keracunan makanan perlu dicurigai jika ditemukan pasien dengan keluhan gastrointestinal atau gejala neurologis, terutama jika terjadi bersamaan pada sekelompok orang. Diagnosis keracunan makanan umumnya dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya digunakan pada beberapa kasus. [5]
Anamnesis
Pasien yang mengalami keracunan makanan dapat menimbulkan presentasi yang bervariasi, mulai dari gejala ringan yang dapat dirawat jalan sampai ke penyakit berat yang membutuhkan rawat inap. Sebagian besar kasus keracunan makanan berkaitan dengan gejala gastrointestinal seperti muntah dan diare. Gejala lain yang dapat muncul adalah demam, diare berdarah, nyeri perut, nyeri kepala, dehidrasi, mialgia, dan arthralgia. [22]
Jarak waktu antara konsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab dan munculnya gejala menjadi hal penting karena hal ini berbeda-beda antar patogen. Bahan kimia biasanya menimbulkan gejala dalam hitungan menit; toksin yang diproduksi di luar tubuh dapat menimbulkan gejala dalam hitungan jam; sedangkan bakteri dan virus dapat menimbulkan gejala dalam hitungan jam hingga hari. Beberapa patogen juga dapat menimbulkan penyakit dalam hitungan minggu seperti virus hepatitis A dan listeria. Karakteristik feses juga penting karena dapat membedakan patogen penyebab. [5]
Selain menggali gejala yang timbul, sumber penularan juga perlu diidentifikasi. Riwayat konsumsi daging atau ikan yang kurang matang, produk susu yang tidak dipasteurisasi, makanan kaleng, produk daging olahan, ikan atau produk laut yang tidak segar, dan air yang terkontaminasi atau yang tidak direbus terlebih dahulu perlu ditanyakan. Riwayat berpergian dan penggunaan antibiotik juga dapat ditanyakan untuk mengeliminasi penyebab diare yang lain. [23]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital dan status hidrasi penting untuk menilai banyaknya cairan yang keluar. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara menyeluruh untuk menentukan ada tidaknya komplikasi keracunan makanan yang berbahaya.
Hasil pemeriksaan fisik yang perlu diwaspadai adalah:
- Tanda vital: takikardi, hipotensi, peningkatan suhu
- Neurologi: penurunan kesadaran, pandangan buram, parestesi, kelemahan ekstremitas, adanya tanda rangsang meningeal, paralisis,
- Kulit: ruam, flushing, turgor kulit, ikterus
- Gastrointestinal: nyeri tekan, peningkatan bising usus, diare berdarah
- Muskuloskeletal: artralgia, mialgia [23]
Diagnosis Spesifik Keracunan Makanan
Diagnosis banding keracunan makanan adalah etiologi spesifik penyebab masing-masing keracunan makanan yang perlu dibedakan berdasarkan gejala, lama masa inkubasi, dan durasi penyakit.[8,9]
Tabel 2a. Diagnosis Keracunan Makanan Akibat Bakteri.
Patogen | Inkubasi | Tanda dan Gejala | Durasi | Sumber Penularan |
Bacillus anthracis | 2 hari – minggu | Mual, muntah, malaise, diare berdarah, nyeri perut akut | Hitungan minggu | |
Bacillus cereus | 10 – 16 jam | Nyeri perut, mual, diare berair | 24 – 48 jam | Daging, saus vanila |
Brucella | 5 hari – 5 bulan | Demam, keringat dingin, malaise, anoreksi, nyeri kepala, artralgia, mialgia, dapat perburukan menjadi artritis, endokarditis, dan gangguan neurologis | Bervariasi | Produk susu yang tidak dipasteurisasi, daging yang tidak matang |
Campylobacter jejuni | 2 – 5 hari | Nyeri perut, diare (dapat berdarah), demam, muntah | 2 – 10 hari | Air yang terkontaminasi, unggas mentah atau kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi |
Clostridium botulinum | 12 – 72 jam | Pandangan buram atau ganda, diare, kesulitan menelan, kelemahan ekstremitas, muntah, dapat menyebabkan kegagalan respiratori dan kematian | Bervariasi | Ikan yang difermentasi, makanan kaleng, kentang yang dipanggang alumunium foil |
Clostridium perfringens | 8 – 16 jam | Nyeri perut hebat, diare berair | 24 jam | Makanan kering atau yang telah dimasak dalam kemasan, daging, unggas, makanan yang tidak matang |
Enterohemorrhagic E. coli | 1 – 8 hari | Nyeri perut, diare berat (sering berdarah), muntah, dapat menyebabkan gagal ginjal | 5 – 10 hari | Air minum dan bahan mentah yang terkontaminasi, daging yang tidak matang, susu yang tidak dipasteurisasi |
Enteropathogenic E. coli | 1 – 3 hari | Demam, muntah, diare berair | 3 – 7 hari | Makanan atau minum yang terkontaminasi feses |
Enterotoxigenic E. coli | 1 – 2 hari | Diare berair, nyeri kepala, nyeri perut, demam, mual, muntah, dehidrasi | 3 – 4 hari | Air atau makanan yang terkontaminasi feses |
Listeria monocytogenes | 9 – 48 jam untuk gejala GI; 2 – 6 minggu untuk gejala invasif | Diare, demam, nyeri otot, mual. Pasien dengan imunosupresi dapat mengalami bakteremia atau meningitis | Bervariasi | Daging dalam kemasan, susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi |
Salmonella | 6 – 48 jam | Nyeri perut, diare, demam, muntah | 4 – 7 hari | Bahan mentah yang terkontaminasi, keju, telur, daging, unggas, susu yang tidak dipasteurisasi |
Shigella | 1 – 4 hari | Nyeri perut, diare (dapat berdarah atau berlendir), demam | 24 – 48 jam | Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak |
Staphylococcus aureus | 1 – 6 jam | Nyeri perut, diare, demam, mual dan muntah tiba-tiba | 24 – 48 jam | Krim yang tidak disimpan dengan benar, daging, salad kentang atau telur |
Vibrio cholerae | 24 – 72 jam | Diare berair profus menyebabkan dehidrasi berat | 3 – 7 hari | Air dan makanan yang terkontaminasi, ikan, hewan laut |
Vibrio parahaemolyticus | 4 – 96 jam (rata-rata 17 jam) | Nyeri perut, demam, mual, muntah, diare (dapat berdarah) | 2 – 5 hari | Makanan laut yang mentah atau tidak dimasak dengan baik |
Vibrio vulnificus | 1 – 7 hari | Nyeri perut, pendarahan dibawah kulit, diare, demam, muntah | 2 – 8 hari | Makanan laut yang mentah atau tidak dimasak dengan baik (terutama kerang) |
Yersinia | 4 – 7 hari | Nyeri perut, demam (dapat menyerupai apendisitis, limfadenitis mesenterik atau penyakit Crohn) | Diare dapat mencapai beberapa minggu | Air dan makanan yang terkontaminasi (daging babi paling sering), susu yang tidak dipasteurisasi, |
Sumber: dr. Shofa, 2019.
Tabel 2b. Diagnosis Keracunan Makanan Akibat Virus.
Patogen | Inkubasi | Tanda dan Gejala | Durasi | Sumber Penularan |
Hepatitis A | 15 – 50 hari | Nyeri perut, urin pekat, diare, demam, nyeri kepala, ikterus, mual | 2 – 12 minggu | Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak |
Norovirus | 12 – 48 jam | Nyeri perut dan diare (pada dewasa); demam, nyeri kepala, mual, dan muntah (pada anak) | 12 – 60 jam | Air dan bahan mentah yang terkontaminasi, makanan matang yang tidak dihangatkan kembali setelah terkontaminasi, makanan yang tidak dimasak |
Rotavirus | 1 – 2 hari | Demam tiba-tiba, diikuti diare dan muntah | 3 – 7 hari | Air atau makanan yang terkontaminasi feses |
Sumber: dr. Shofa, 2019.
Tabel 2c. Diagnosis Keracunan Makanan Akibat Parasit.
Patogen | Inkubasi | Tanda dan Gejala | Durasi | Sumber Penularan |
Angiostrongylus cantonensis | 1 – lebih dari 4 minggu | Nyeri kepala hebat, mual, muntah, kaku pada leher, parestesi, hiperestesi, kejang, dan gangguan neurologi lain | Minggu - bulanan | Siput atau bekicot, kepiting atau udang yang mentah atau tidak matang |
Anisakiasis | 1 – 12 jam | Nyeri perut, diare, mual, muntah, dapat menimbulkan reaksi alergi dan bermigrasi ke jaringan lain | 5 – 7 hari | Ikan atau cumi yang mentah atau tidak matang |
Cryptosporidium | 2 – 10 hari | Nyeri perut, diare, demam | Dapat berulang atau relaps dalam minggu – bulan | Air yang terkontamnasi, makanan matang yang tidak dipanaskan kembali setelah terkontaminasi, makanan tidak matang |
Cyclospora cayetanesis | 1 – 14 hari (paling sering 1 minggu) | Nyeri perut, diare, lemas, penurunan nafsu makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, penurunan berat badan | Dapat berulang atau relaps dalam minggu – bulan | Bahan mentah yang terkontaminasi |
Entamoeba histolytica | 2 – 3 hari sampai 1 – 4 minggu | Diare (dapat berdarah), bising usus meningkat, nyeri perut bawah | Minggu – bulanan | Makanan atau minuman yang terkontaminasi feses |
Giardia lamblia | 1 – 3 minggu | Asimtomatik, diare (dapat akut sampai kronik), malaise, flatulens, feses berlemak, nyeri perut, kembung, anoreksia, dan penurunan berat badan | Dapat mencapai hitungan bulan jika tidak diterapi | Air atau makanan yang terkontaminasi feses |
Toxoplasma gondii | 1 – 3 minggu | Asimtomatik; pada pasien imunokompeten gejala flu, limfadenopati servikal, demam, nyeri kepala, mialgia, retinitis, nyeri tenggorokan; pada pasien imunosupresi demam, penurunan kesadaran, kejang, retinitis Infeksi kongenital: korioretinitis, kalsifikasi intrakranial, hidrosefalus | Bervariasi | Daging mentah atau tidak matang, air atau makanan yang terkontaminasi feses kucing |
Trichinella | 1 – 2 hari | Demam, diare, mialgia, nyeri kepala, edema (terutama pada muka) | Bervariasi | Daging mentah atau tidak matang (terutama daging babi) |
Sumber: dr. Shofa, 2019.
Tabel 2d. Diagnosis Keracunan Makanan Noninfeksius.
Patogen | Inkubasi | Tanda dan Gejala | Durasi | Sumber Penularan |
Antimony | 5 menit – 8 jam | Mual, rasa metalik | Dapat sembuh sendiri | Tempat makanan metalik |
Arsenik | Hitungan jam | Muntah, kolik, diare | Hitungan hari | Makanan yang terkontaminasi |
Kadmium | 5 menit – 8 jam | Mual, muntah, mialgia, peningkatan salivasi, nyeri perut | Dapat sembuh sendiri | Hewan laut, kerang, lobster, biji-bijian, kacang |
Merkuri | 1 minggu atau lebih | Kebas, kelemahan pada kaki, paralisis spastik, gangguan penglihatan, kebutaan, koma | Dapat berlangsung lama | Hewan laut yang terpapar merkuri |
Natrium florida | Menit – 2 jam | Rasa asin atau seperti sabun, kebas pada mulut, muntah, diare, dilatasi pupil, spasme, pucat, syok, kolaps | Dapat sembuh sendiri | Makanan kering (tepung, baking soda, premiks kue) yang terkotaminasi natrium florida dari insektisida atau rodentisida |
Nitrit | 1 – 2 jam | Mual, muntah, sianosis, nyeri kepala, pusing, kelemahan, penurunan kesadaran, darah berwarna merah kecoklatan | Dapat sembuh sendiri | Daging yang diawetkan, makanan yang terkontaminasi, tumbuhan yang terpapar dengan nitrifikasi berlebih |
Pestisida (organofosfat, karbamat) | Hitungan menit – jam | Mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri kepala, pandangan kabur, konvulsi, salivasi, twitching | Dapat sembuh sendiri | Makanan yang terkontaminasi |
Scombroid | 1 menit – 3 jam | Flushing, ruam, sensasi terbakar pada kulit, mulut, dan tenggorokan, pusing, urtikaria, parestesi | 3 – 6 jam | Ikan bluefin, tuna, skipjack, sarden, marlin, mahi mahi |
Tembaga | 5 menit – 8 jam | Mual, muntah, muntah biru atau hijau | Dapat sembuh sendiri | Tempat makan metalik |
Tetrodotoxin (ikan buntal) | < 30 menit | Parastesi, muntah, diare, nyeri perut, paralisis asenden, gagal pernapasan | Kematian dalam 4 – 6 jam | Ikan buntal |
Thalium | Beberapa jam | Mual, muntah, diare, parestesia yang nyeri, polineuropati motorik, kerontokkan rambut | Hitungan hari | Makanan yang terkontaminasi |
Tin | 5 menit – 8 jam | Mual, muntah, diare | Dapat sembuh sendiri | Tempat makan metalik |
Toksin ciguatera | 2 – 6 jam | Nyeri perut, mual, muntah, diare. Gejala neurologis: parestesia, sensasi dingin dan panas terbalik, kelemahan. Gejala kardiovaskular: bradikardi, hipotensi, abnormalitas gelombang T (setelah 2 – 5 hari) | Hitungan hari – bulan | Ikan karang (ikan grouper, red snapper, amberjack, barracuda) |
Toksin pada hewan laut | Diarrheic (30 menit – 2 jam) | Mual, muntah, diare, nyeri perut, demam, nyeri kepala | Jam sampai 2 – 3 hari | Hewan laut yang bercangkak |
Neurotoksik (menit – jam) | Rasa kebas dan kesemutan pada bibir, mulut, dan tenggorokanl nyeri otot, pusing, diare, muntah | |||
Amnesik (24 – 48 jam) | Muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran, kehilangan memori, disorientasi, kejang, atau koma | |||
Paralitik (30 menit – 3 jam) | Diare, mual, muntah, parestesi bibir dan mulut, kelemahan, disfasia, disfoni, paralisis respiratori | Hitungan hari | Kerang-kerangan | |
Toksin jamur kerja cepat (museinol, muskarin, psilosibin, koprius, artemetaris, asam ibotenat) | < 2 jam | Muntah, diare, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, salivasi, diaforesis, halusinasi | Dapat sembuh sendiri | Jamur liar |
Toksin jamur kerja lambat (amanitin) | 4 – 8 jam untuk diare; 24 – 48 jam untuk gangguan hepar | Diare, nyeri perut, gangguan pada hepar dan ginjal | Bersifat fatal | Jamur |
Vomitoxin | Menit – 3 jam | Mual, nyeri kepala, nyeri perut, muntah | Dapat sembuh sendiri | Biji-bijian seperti gandum, jagung |
Zinc | Hitungan jam | Nyeri perut, mual, muntah, diare, mialgia | Dapat sembuh sendiri | Tempat makan metalik |
Sumber: dr. Shofa, 2019.
Diagnosis Banding
Selain keracunan makanan, diare akut dapat disebabkan oleh etiologi lain, seperti:
- Kelainan endokrin: hipertiroid, insufisiensi adrenokortikal, tumor karsinoid
- Kelainan gastrointestinal: kolitis ulseratif, penyakit Crohn, irritable bowel syndrome, penyakit seliak, intoleransi laktosa, kolitis iskemik, kanker kolorektal, short bowel syndrome, malabsorpsi, gastrinoma, obstruksi saluran pencernaan, atau konstipasi yang disertai dengan overflow
Kondisi di atas lebih jarang terjadi jika diare akut hanya terjadi dalam satu periode. Akan tetapi jika diare akut terus berulang, maka penyebab di atas perlu dipikirkan. [24]
Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar kasus keracunan makanan tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang, terutama untuk kasus rawat jalan dengan penyakit yang tidak terlalu berat. Pemeriksaan penunjang dapat dipertimbangkan jika pasien mengalami penyakit yang berat atau pada kelompok imunosupresi, misalnya pada pasien HIV. [22]
Pemeriksaan Darah Rutin dan Mikroskopik Feses
Pemeriksaan umum seperti pemeriksaan darah lengkap dan mikroskopik feses dapat dilakukan untuk mengarahkan penyebab keracunan makanan. Adanya eritrosit dan leukosit pada feses mengindikasikan bahwa patogen berada di kolon. [22] Pada diare persisten atau diare berdarah, identifikasi adanya ova, kista, atau parasit dapat mengindikasikan bahwa keracunan disebabkan oleh parasit. Untuk hasil yang lebih sensitif, pemeriksaan antigen pada feses dapat digunakan. [5]
Kultur Feses
Kultur feses dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis definitif diare dan perlu dipertimbangkan pada kasus wabah. Akan tetapi, kultur feses ini hanya ditemukan pada kurang dari 40% kasus. [22,23] Pada kelompok dengan imunosupresi, pemeriksaan kultur darah dan protein C reaktif dapat dilakukan karena dapat terjadi bakteremia dan sepsis. [23]
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi abdomen dapat dilakukan untuk mencari komplikasi seperti toksik megakolon. [22]
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dapat dlakukan jika hasil pemeriksaan awal seperti pemeriksaan darah dan feses tidak menunjukkan hasil yang konklusif, terapi empiris tidak menunjukkan perbaikan, atau gejala bersifat persisten. Pemeriksaan endoskopi dari kolon atau kolonoskopi dengan biopsi dapat membantu membedakan antara infeksi dengan kasus non-infeksi seperti kanker, kolitis iskemik, atau penyakit inflamasi saluran cerna [24]