Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Keracunan Makanan general_alomedika 2021-04-19T11:23:06+07:00 2021-04-19T11:23:06+07:00
Keracunan Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi kesehatan

Penatalaksanaan Keracunan Makanan

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Tata laksana keracunan makanan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu tata laksana suportif yang merupakan tata laksana utama, dan tata laksana khusus yang diberikan sesuai dengan etiologinya masing-masing. Tata laksana suportif yang utama adalah rehidrasi dan koreksi elektrolit.

Tata Laksana Umum

Tata laksana yang secara umum dapat diberikan pada pasien dengan keracunan makanan adalah rehidrasi, obat-obatan antidiare dan antiemetik

Rehidrasi

Rehidrasi dapat diberikan menggunakan cairan rehidrasi oral yang telah distandarisasi oleh WHO. Larutan ini mengandung elektrolit dan karbohidrat yang seimbang. Terapi ini terbukti dapat menangani dehidrasi pada segala kelompok usia, terutama pada anak dengan risiko dehidrasi yang lebih tinggi. [23,25]

Untuk anak, jumlah cairan yang diberikan adalah:

  • Pasien tanpa dehidrasi → 5 – 10 mL/kg setiap diare cair atau muntah
  • Dehidrasi ringan-sedang → 75 mL/kg dalam 3 jam dan 5 – 10 mL/kg setiap diare cair atau muntah
  • Dehidrasi berat → pasien dibawah 12 bulan: 30 mL/kg dalam 60 menit, dilanjutkan 70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya; pasien diatas 12 bulan: 30 mL/kg dalam 30 menit, dilanjutkan 70 mL/kg dalam 5 jam berikutnya [26]

Anak yang sedang diberikan ASI dapat terus melanjutkan ASI. Pemberian cairan lain seperti jus, minuman bersoda, atau minuman elektrolit untuk olahraga sebaiknya dihindari. [27] Pasien dewasa dapat diberikan cairan sebanyak yang dapat diberikan (kira-kira 3 sampai 4 liter dalam satu hari). [28]

Antidiare dan Antiemetik

Antidiare seperti antimotilitas, antikolinergik, maupun adsorben tidak direkomendasikan diberikan kepada anak, terutama anak berusia di bawah 2 tahun. [29] Akan tetapi, pemberian loperamide dan bismuth subsalisilat dinilai efektif pada pasien dewasa dengan diare. [30]

Penggunaan antiemetik pada anak dapat mengurangi gejala, kebutuhan rawat inap, dan pemberian cairan melalui intravena. Ondansentron dosis tinggal pada anak dapat digunakan untuk mengurangi muntah. [31]

Tata Laksana Khusus

Tata laksana khusus untuk keracunan makanan  yang belum diketahui penyebabnya adalah pemberian antibiotik empiris.

Antibiotik Empiris

Antibiotik empiris dapat diberikan pada kasus keracunan makanan yang mengalami demam, tanda penyakit invasif, gejala menetap lebih dari satu minggu, atau membutuhkan rawat inap. Antibiotik yang diberikan adalah fluoroquinolon untuk dewasa dan kotrimoksazol pada anak. [23]

Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Akibat Bakteri

Keracunan makanan yang diakibatkan oleh Clostridium perfringens, Enterohemorrhagic E. coli, dan staphylococcus aureus tidak memiliki tata laksana spesifik. Tata laksana khusus untuk penyebab bakterial lainnya dapat dilihat pada tabel 3a.[8,9]

Tabel 3a. Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Akibat Bakteri

Patogen Tata Laksana Khusus
Bacillus anthracis Penisilin atau ciprofloxacin

Bacillus cereus Suportif
Brucella Rifampin dan doxycycline selama minimal 6 minggu atau rifampin, tetracycline dan aminoglikosida untuk infeksi dengan komplikasi
Campylobacter jejuni Erithromycin atau quinolon jika ada infeksi berat
Clostridium botulinum Antitoxin IV berguna jika diberikan saat awal, persiapan ventilasi mekanik jika terjadi gagal respirasi

Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)

Antibiotik jika ditemukan diare persisten

Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)

Rifaximin, fluorokuinolon, atau azithromycin jika terjadi infeksi berat
Listeria monocytogenes Ampicillin untuk infeksi invasif
Salmonella Ciprofloksasin, ceftriaxon, dan kotrimoksazol untuk pasien dengan risiko tinggi infeksi berat
Shigella Antibiotik untuk infeksi berat
Vibrio cholerae Tetracycline atau doxycycline untuk dewasa, kotrimoksazol untuk anak di bawah 8 tahun (pada kasus yang telah dikonfirmasi)
Vibrio parahaemolyticus

Antibiotik diperlukan untuk kasus dengan komplikasi

●     Tetracycline untuk kasus ringan

●     Sefalosporin generasi ketiga untuk bakteremia

Vibrio vulnificus Tetracycline, doksisiklin, dan seftazidim jika infeksi berat
Yersinia Flurokuinolon, aminoglikosida, kotrimoksazol, dan sefalosporin generasi ketiga jika terdapat infeksi berat

Sumber: dr. Shofa, 2019.

Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Akibat Virus

Keracunan makanan akibat hepatitis A dan rotavirus tidak memerlukan tata laksana spesifik. Keracunan makanan akibat norovirus dapat ditata laksana menggunakan nitazoksanid.

Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Akibat Parasit

Tata laksana khusus untuk keracunan makanan akibat parasit dapat dilihat pada tabel 3b.

Tabel 3b. Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Akibat Parasit

Patogen Tata Laksana Khusus
Angiostrongylus cantonensis

Pungsi lumbal dan analgetik untuk meningitis eosinofilik, kortikosteroid, antihelmintik, pembedahan untuk mengambil cacing di mata (hanya untuk infeksi berat)

Anisakiasis Albendazole atau pembedahan untuk mengambil larva
Cryptosporidium Nitazoksanid
Cyclospora cayetanesis Kotrimoksazol (lini pertama); siprofloksasin atau nitazoksanid (untuk pasien alergi sulfametoksazol)
Entamoeba histolytica

Metronidazole + agen luminal (iodoquinol atau paromomisin)

Giardia lamblia Metronidazole, tinidazol, atau ornidazol
Toxoplasma gondii

●      Dewasa: pirimetamin + sulfadiazin + asam folinit (luekovorin)

●      Hamil trimester pertama dan kedua: spiramisin

●      Hamil trimester ketiga: pirimetamin + sulfadiazin + leukovorin

●      Infeksi kongenital: pirimetamin + leukovorin selama 1 tahun

Trichinella Antiparasit (mebendazole atau albendazole) + steroid untuk infeksi berat

Sumber: dr. Shofa, 2019.

Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Noninfeksius

Kebanyakan penyebab noninfeksius tidak memerlukan tata laksana khusus. Penyebab noninfeksius yang membutuhkan tata laksana khusus dan tata laksananya dapat dilihat pada tabel 3c.

Tabel 3c. Tata Laksana Khusus untuk Keracunan Makanan Noninfeksius

Patogen Tata Laksana khusus
Arsenik

Whole bowel irrigation dengan polyethylene glycol jika pasien kooperatif dan sadar penuh, terapi kelasi

Nitrit Methylene blue
Pestisida Atropin dan/atau pralidoksim
Scombroid Antihistamin atau epinefrin untuk kasus berat
Toksin ciguatera Manitol IV ketika ada gangguan neurologis berat
Toksin pada hewan laut Suportif, pada kasus paralitik membutuhkan ventilasi mekanik
Toksin jamur kerja lambat Suportif, pada kasus berat membutuhkan ventilasi mekanik

Sumber: dr. Shofa, 2019.

Referensi

8. U.S. Food and Drug Administration. Foodborne illnesses: what you need to know. http://www.fda.gov/food/resourcesforyou/consumers/ucm103263.htm
9. Centers for Disease Control and Prevention. Diagnosis and management of foodborne illness. MMWR. 2001;50
23. Guerrant RL, Van Gilder T, Steiner TS, et al.; Infectious Diseases Society of America. Practice guidelines for the management of infectious diarrhea. Clin Infect Dis. 2001;32(3):331-351
25. Suh JS, Hahn WH, Cho BS. Recent Advances of Oral Rehydration Therapy (ORT). Electrolyte Blood Press. 2010;8(2):82-6
26. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. 2009
27. Centers for Disease Control and Prevention. Cholera – Vibrio cholerae infection: rehydration therapy. 2018. Available from: https://www.cdc.gov/cholera/treatment/rehydration-therapy.html
28. POAC clinical reference group. POAC clinical guideline: acute adult dehydration. 2015
29. Faure C. Role of antidiarrhoeal drugs as adjunctive therapies for acute diarrhoea in children. International Journal of Pediatrics. 2013
30. Löscher T, Alberer M. Clinical presentation and management of travelers’ diarrhea. In: Keystone JS, ed. Travel Medicine. 3rd ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier/Saunders; 2012
31. DeCamp LR, Byerley JS, Doshi N, Steiner MJ. Use of antiemetic agents in acute gastroenteritis: a systematic review and meta-analysis. Arch Pediatr Adolesc Med. 2008;162(9):858-865

Diagnosis Keracunan Makanan
Prognosis Keracunan Makanan
Diskusi Terbaru
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Kemarin, 19:58
BRU 2022
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Bali Reumatology Update 2022Link Registrasi: bit.ly/WebinarBRU2022
Anonymous
Kemarin, 16:56
Terapi SLE dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie, Sp.PD , saya ingin bertanya bagaimana penyesuaian dosis kortikosteroid pada pasien SLE yang kemudian diketahui mengalami diabetes mellitus...
Anonymous
Kemarin, 16:50
Terapi T-3 hormone replacement therapy pada Hashimoto's Disease - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie Warapsari, Sp. PD saya ingin bertanya mengenai kapan diperlukan terapi T-3 hormone replacement therapy pada kasus hashimoto disease ya dok?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.