Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Keracunan Makanan general_alomedika 2022-12-12T17:10:52+07:00 2022-12-12T17:10:52+07:00
Keracunan Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi kesehatan

Pendahuluan Keracunan Makanan

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Keracunan makanan, atau disebut sebagai foodborne illness, merupakan kondisi klinis yang umumnya hanya pada sistem gastrointestinal dan bersifat self-limited. Keracunan makanan disebabkan oleh kontaminasi pada makanan atau minuman dengan kontaminan dapat berupa bakteri, virus, parasit, atau bahan kimia.[1]

Kondisi ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, telah terjadi dua milyar kasus dan lebih dari satu juta kematian akibat keracunan makanan dari 22 etiologi yang berbeda. Prevalensi ini berbeda-beda tergantung dari negara masing-masing.[2]

Keracunan Makanan-min

Beberapa etiologi yang sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli, Shigella, Listeria, Vibrio, virus hepatitis A, rotavirus, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cyclospora, Cryptosporidium, skombroid, dan keracunan ikan laut.[3,4]

Sebagian besar manifestasi akibat keracunan makanan yang disebabkan penyebab infeksius bersifat self-limited dengan gejala umumnya muncul pada sistem gastrointestinal. Hanya beberapa patogen yang menyebabkan gejala invasif atau menimbulkan manifestasi pada sistem organ lain.[5]

Keracunan makanan perlu dicurigai pada pasien dengan gejala gastrointestinal atau neurologi, terutama pada sekelompok pasien dengan gejala yang sama. Pada saat anamnesis, sumber penularan perlu diidentifikasi dengan menanyakan konsumsi makanan terakhir, riwayat konsumsi daging mentah, konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, dan riwayat berpergian. Pada umumnya, diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja.[5]

Tata laksana pada keracunan makanan umumnya bersifat suportif yaitu dengan menjaga status hidrasi menggunakan larutan rehidrasi oral dan mengkoreksi jika ada ketidakseimbangan elektrolit. Pemberian antibiotik hanya untuk kasus-kasus dengan infeksi invasif atau infeksi bakteri dan parasit tertentu. Tata laksana spesifik bergantung dari penyebab keracunan.[6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. DuPont HL. Diarrhea in immunocompetent adults. N Eng J Med. 2014;370:1532-1540
2. Kirk MD, Pires S, Black RE, et al. World Health Organization estimates of the Global and Regional Disease Burden of 22 Foodborne Bacterial, Protozoal, and Viral Diseases, 2010: A Data Synthesis. PLOS Medicine. 2015.12(12):e1001921
3. Crowe SJ, Mahon BE, Vieira AR, Gould H. Vital signs: multistate foodborne outbreaks – United States, 2010 – 2014. MMWR Weekly. 2015;64(43):1221-5
4. Leder K, Torresi J, Libman MD, Cramer JP, Castelli F, Schlagenhauf P, et al. GeoSentinel surveillance of illness in returned travelers, 2007-2011. Ann Intern Med. 2013;158(6):456-68
5. Donnenberg MS, Narayanan SN. How to diagnose a foodborne illness. Infect Dis Clin N Am. 2013;27:535-54
6. Steiner T. Treating foodborne illness. Infect Dis Clin N Am. 2013;27:555-76

Patofisiologi Keracunan Makanan
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 15:30
Bisul dan luka di kaki
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...
Anonymous
Kemarin, 15:27
Dosis Itraconazole untuk onikomikosis setelah ektraksi kuku
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya baru saja melakukan ekstraksi kuku kaki karena kuku onikomikosis yang terbentur, sehingga kuku agak terlepas. Saya akan meresepkan...
Anonymous
Kemarin, 14:15
Lesi di kulit yang terasa gatal dan perih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien datang dengan keluhan lesi seperti di foto sudah 3 hari. Lesi terasa gatal dan perih. Riwayat digigit serangga (-). Pasien rutin konsumsi obat jantung...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.