Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Azoospermia general_alomedika 2021-01-29T11:21:46+07:00 2021-01-29T11:21:46+07:00
Azoospermia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Azoospermia

Oleh :
dr.Della Puspita Sari
Share To Social Media:

Diagnosis azoospermia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan genitalia, analisis semen, pemeriksaan hormon, dan pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan.

Anamnesis

Pada pasien yang datang dengan keluhan infertilitas, perlu dilakukan anamnesis menyeluruh kepada kedua pasangan. Pada pasien laki-laki, perlu ditanyakan mengenai faktor risiko yang dimiliki serta kemungkinan penyebab dengan mengetahui riwayat:

  • Pekerjaan, paparan toksin lingkungan
  • Onset pubertas
  • Kesuburan sebelumnya, fungsi ejakulasi
  • Masalah pada testis, seperti trauma, torsio testis, cryptorchidism, orkitis

  • Operasi: operasi pelvis, inguinal, skrotum, dan vasektomi
  • Penyakit seperti infeksi saluran kemih, dan gondongan/mumps

  • Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, sirosis, gagal ginjal kronik

  • Keganasan dan pengobatan yang didapatkan (kemoterapi, radioterapi)
  • Penggunaan obat-obatan gonadotoksik seperti simetidin, nitrofurantoin, penghambat kanal kalsium[1,4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi habitus pasien. Persebaran rambut abnormal, ginekomastia, dan postur eunochoid menunjukkan adanya defisiensi testosteron dan gangguan hormonal seperti hiperprolaktinemia, abnormalitas rasio estrogen dan testosteron, disfungsi adrenal, atau sindrom genetik. Pasien yang memiliki ekstremitas panjang dan tidak proporsional dengan anggota tubuh lainnya menunjukkan keterlambatan penutupan epifisis akibat defisiensi testosteron pada masa pubertas.

Pemeriksaan Genital

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan genital. Pada inspeksi, perlu diperhatikan kurvatura penis, hipospadia, dan luka operasi. Pada palpasi skrotum dilakukan pemeriksaan ada tidaknya testis, ukuran, konsistensi dan kesimetrisan testis kanan dan kiri. Ukuran testis dewasa normal adalah 4x3 cm atau sekitar 20 ml. Pasien dengan volume testis yang kecil berpotensi mengalami gangguan spermatogenesis. Pada pasien dengan azoospermia nonobstruktif biasanya volume testis kecil, tidak lebih dari 15 ml.

Selanjutnya, dilakukan palpasi epididimis untuk melihat adanya pembesaran, indurasi dan kista. Palpasi dilanjutkan ke korda sprematikus untuk memeriksa ada tidaknya vas deferens dan varikokel. Untuk memeriksa varikokel derajat rendah perlu dilakukan manuver Valsava. Untuk memeriksa ada tidaknya obstruksi pada duktus ejakulatorius, dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa ada tidaknya kista di garis tengah prostat (mengarah pada diagnosis kista duktus Mullerian), indurasi, dan nyeri tekan pada prostat (mengarah pada diagnosis prostatitis).[1,2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari azoospermia adalah kelainan sperma lainnya seperti:

  • Oligospermia = <15 juta spermatozoa/mL

  • Astenozoospermia = <32% spermatozoa motil

  • Teratozoospermia = <4% bentuk spermatozoa yang normal[6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk azoospermia berupa analisis semen, pemeriksaan kadar hormon, pencitraan, biopsi testis, dan pemeriksaan genetik.

Analisis Semen

Analisis semen merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi kondisi infertilitas pada pria. Pemeriksaan semen dilakukan berdasarkan standar WHO tahun 2010. Batas bawah hasil pemeriksaan analisis semen yang normal dapat dilihat pada tabel 1.[3]

Parameter Batas bawah
Volume semen (mL) 1,5 (1,4-1,7)
Jumlah sperma total (106 per ejakulat) 39 (33-46)
Konsentrasi sperma (106 per mL) 15 (12-16)
Motilitas total (PR+NP, %) 40 (38-42)
Motilitas progresif (PR, %) 32 (31-34)
Vitalitas (spermatozoa yang hidup, %) 58 (55-63)
Morfologi sperma (bentuk normal, %) 4 (3,0-4,0)
Konsensus Lainnya
pH >7,2
Leukosit peroksidase positif (106 per mL) <0,1
Pemeriksaan Opsional
Tes MAR (spermatozoa motil dengan dengan partikel ikatan, %) <50
Tes immunobead (spermatozoa motil dengan bound beads, %) <50
Zinc seminal (µmol/ejakulat) >2,4
Fruktosa seminal (µmol/ejakulat) >13
Glukosidase netral seminal (µmol/ejakulat) >20

MAR = Mixed antiglobulin reaction; PR = progressive; NP = non-progressive

Tabel 1. Batas bawah hasil analisis semen. Sumber: WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm-Cervical Mucus Interaction, 2010.

Analisis dilakukan pada semen yang diperoleh setelah 2-7 hari abstinen. Apabila hasil analisis normal maka pemeriksaan hanya dilakukan 1 kali. Observasi sperma diawali dengan pemeriksaan pada sediaan basah. Apabila pada sediaan basah tidak ditemukan adanya sperma, pemeriksaan dilanjutkan dengan melakukan setrifugasi sampel pada kecepatan 3000 g selama 15 menit dan dilihat dengan mikroskop menggunakan pembesaran 200x. Apabila sperma tetap tidak ditemukan maka analisis semen harus diulangi lagi dengan jarak pemeriksaan 2 minggu.[1,6]

Komposisi utama dari cairan semen adalah hasil produksi dari vesika seminalis. Pasien azoospermia yang memiliki volume semen yang normal kemungkinan mengalami obstruksi setinggi vasa atau epididimis atau mengalami gangguan spermatogenesis. Sedangkan pasien azoospermia dengan volume semen yang rendah namun volume testis yang normal kemungkinan mengalami disfungsi ejakulasi ataupun obstruksi duktus ejakulatorius. Pasien ini memerlukan pemeriksaan urin pasca ejakulasi untuk menyingkirkan adanya aliran balik ejakulat ke kandung kemih.[1]

Pemeriksaan Kadar Hormon

Pemeriksaan kadar hormon direkomendasikan pada semua pasien dengan infertilitas dan diutamakan untuk pasien yang memiliki gejala gangguan endokrin seperti ginekomastia, dan ukuran testis yang kecil. Pada umumnya hasil pemeriksaan testosteron dan FSH disertai dengan gejala klinis dan hasil analisis semen dapat digunakan untuk menentukan etiologi azoospermia.[1,2]

Apabila kadar testosteron rendah, perlu dilakukan pemeriksaan kadar hormon lain seperti LH, prolaktin dan estradiol. Pada pasien dengan azoospermia obstruktif dapat ditemukan kadar LH, FSH dan testosteron yang normal, sedangkan pada pasien dengan azoospermia nonobstruktif, kadar LH dan FSH dapat meningkat pada kegagalan testis primer sedangkan pada kegagalan testis sekunder kadar LH dan FSH menurun.[1,2]  

Pencitraan

Modalitas pencitraan yang umumnya digunakan adalah ultrasonografi skrotum, dan ultrasonografi transrektal. Ultrasonograsi skrotum merupakan modalitas pencitraan lini pertama untuk mengukur volume testis, dan memeriksa mikrovaskularisasi testis. Ultrasonografi transrektal digunakan untuk mendiagnosis obstruksi duktus ejakulatorius dan hanya dilakukan pada pasien dengan volume semen yang sedikit.[1,6]  

Biopsi Testis

Biopsi testis dilakukan untuk membedakan etiologi dari azoospermia. Hasil biopsi testis yang normal ditemukan pada azoospermia obstruktif. Sedangkan pada azoospermia nonobstruktif, spermatogenesis masih dapat ditemukan tersebar di lokus tertentu pada 50-60% pasien. Pada kondisi ini, sperma yang ditemukan sebaiknya sekaligus diambil dan dikriopreservasi untuk digunakan pada ICSI.[1,6]

Pemeriksaan Genetik

Pemeriksaan genetik penting untuk dilakukan terutama pada pasien dengan azoospermia disertai dengan kelainan lain. Konseling dan pemeriksaan genetik dapat memberikan informasi mengenai penyebab, pola penurunan dan akibat dari kelainan genetik yang terjadi. Hal ini kemudian dapat menjadi pertimbangan pasien dan pasangan dalam menentukan keputusan medis berikutnya.[6,9]

Algoritma diagnosis azoospermia. Sumber: dr. Della PS, 2017. Algoritma diagnosis azoospermia. Sumber: dr. Della PS, 2017.

Referensi

1. A. Gudeloglu, S.J. Parekattil, Clinics, 2013, 68(S1) 27-34. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583174/
2. M. Cocuzza, C. Alvarenga, R. Pagani, Clinics, 2013, 68(S1) 15-26. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583160/
3. World Health Organization, WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm-Cervical Mucus Interaction, Cambridge University Press, Cambridge, 5th edn, 2010. http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44261/1/9789241547789_eng.pdf
6. G.W.K. Duarsa, D.M. Soebadi, A. Taher, B.B. Purnomo, N. Rasyid, B.S. Noegroho, et al, Panduan penanganan infertilitas pria, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, Jakarta, 2015.
9. A. J. Hamada, S. C. Esteves, A. Agarwal, Clinics, 2013, 68(1) 39-60. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583155/

Epidemiologi Azoospermia
Penatalaksanaan Azoospermia

Artikel Terkait

  • Perbedaan IVF dan IUI
    Perbedaan IVF dan IUI
  • Jenis Pengobatan Infertilitas
    Jenis Pengobatan Infertilitas
  • Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
    Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
  • Efikasi Penggunaan GnRH pada Luaran Prosedur IVF
    Efikasi Penggunaan GnRH pada Luaran Prosedur IVF
  • Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas
    Manfaat Histeroskopi dalam Penanganan Kasus Infertilitas

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
29 Maret 2022
Suplemen infertilitas yang dapat dianjurkan untuk pasutri menikah 7 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter pasutri kurang lebih 7 bulan berhubungan suami istri teratur di masa subur tanpa menggunakan alat KB belum mempunyai anak. Riwayat dismenorrhea,...
Anonymous
15 Februari 2022
Sering berhubungan seksual menurunkan kualitas sperma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pertanyaan dari pasien mengenai jika tidak berhubungan seks dalam jangka waktu yang lama apakah bisa meningkatkan kualitas sperma...
Anonymous
28 Oktober 2021
Pasien dengan Teratozoospermia
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Selamat malam alo dok. Saya ingin bertanya, Pada pasien dengan yg memiliki diagnosis Teratozoopermia pada pemeriksaan analisis sperma, terapi atau...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.