Penatalaksanaan Azoospermia
Penatalaksanaan pasien azoospermia bergantung pada penyebabnya. Tujuan dari penatalaksaan azoospermia adalah untuk mengembalikan fertilitas dan mencapai kehamilan.
Defisiensi Testikular
Pada 50-60% pasien dengan defisiensi testikular atau azoospemia nonobstruktif, spermatogenesis masih dapat ditemukan pada lokus tertentu di testis. Oleh karena itu, testicular sperm extraction (TESE) dapat dilakukan untuk mengambil sperma dan digunakan untuk ICSI. Selain menggunakan TESE, testicular fine needle aspiration (TEFNA) juga dapat dilakukan namun prosedur ini memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah dan tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan histologi untuk mendeteksi keganasan testis. Komplikasi dari TEFNA berupa kerusakan tubulus dan pembuluh darah yang lebih buruk dibandingkan TESE.[4,6]
Azoospermia Obstruktif
Pada pasien dengan azoospermia obstruktif, tindakan microsurgical epididymal sperm aspiration (MESA), TESE ataupun TEFNA dapat mengembalikan sperma pada hampir seluruh pasien. Selain pengambilan sperma, tindakan rekonstruksi dan rekanalisasi juga dapat dilakukan misalnya pada pasien dengan obstruksi setinggi epididimis (vasoepididimostomi), vas deferens proksimal (vasovasostomi), dan duktus ejakulatorius (transurethral resection of ejaculatory duct/TURED). Walaupun akan dilakukan tindakan rekonstruksi, sperma yang ada sebaiknya tetap diambil dan dikriopreservasi untuk mengantisipasi kegagalan rekanalisasi.[10,11]
Hasil ICSI dari sperma pasien dengan azoospermia obstruktif lebih baik dibandingkan nonobstruktif dilihat dari lebih tingginya angka fertilisasi, implantasi, dan kelahiran (28% vs 19%), serta lebih rendahnya angka keguguran (2,5% vs 11,5%). Tidak terdapat perbedaan angka keberhasilan ICSI yang bermakna antara sperma yang diambil dari testis atau epididimis, maupun yang baru atau yang telah dikriopreservasi.[6,10]
Varikokel
Tindakan perbaikan varikokel dapat meningkatkan spermatogenesis pada 39,1% pasien. Varikokelektomi memperbaiki parameter analisa sperma, khususnya volume semen, densitas, motilitas, dan vitalitas sperma. Namun pengaruh varikokelektomi terhadap tingkat kehamilan spontan masih belum jelas dan kondisi azoospermia dapat kembali, akibatnya TESE tetap perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sperma serta meningkatkan tingkat kehamilan dan kelahiran hidup.[1,4,7]
Beberapa metode tata laksana varikokel yaitu:
- skleroterapi antegrad
- skleroterapi retrograd
- embolisasi retrograd
- operasi skrotum
- pendekatan inguinal
- ligase tinggi
- bedah mikro
- laparoskopi[6]
Saat ini, terapi varikokel dengan bedah mikro merupakan metode yang paling efektif dengan angka rekurensi yang rendah (0,8-4%) dan morbiditas yang paling sedikit.[6]
Hipogonadisme
Pada kondisi hipogonadotropik hipogonadisme, pemberian terapi gonadotropin yaitu hCG dan FSH rekombinan dapat menstimulasi produksi sperma. Terapi alternatif lainnya dengan GnRH pulsatil diberikan untuk pasien yang tidak merespon dengan terapi gonadotropin. Sperma yang diproduksi nantinya digunakan untuk proses ICSI.[4,11]