Pendahuluan Varikokel
Varikokel adalah penyakit genitourinaria yang merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pria dengan gambaran khas berupa pembuluh darah vena skrotum yang terdilatasi menyerupai kantong cacing (bag of worms).
Pada varikokel, terjadi dilatasi pleksus pampiniformis dan vena spermatika interna yang mengelilingi korda spermatika. Hal ini terjadi akibat inkompetensi vena yang dapat disebabkan oleh kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun penyakit lainnya.[1-3]
Penyakit varikokel dialami oleh 15% pria dewasa dan merupakan penyebab infertilitas pada 40% pria.[1,2] Kondisi ini paling sering terjadi pada sisi kiri, namun pada 50% kasus dapat ditemukan varikokel pada kedua sisi skrotum.[3]
Dasar utama penegakan diagnosis varikokel adalah pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi skrotum. Hasil pemeriksaan fisik berbeda tergantung derajat varikokel:
- Derajat 3: terlihat melalui inspeksi, dan pada perabaan teraba dilatasi vena yang menyerupai gambaran bag of worms
- Derajat 2: dilatasi vena tidak terlihat melalui inspeksi tapi ditemukan pada perabaan skrotum
- Derajat 1: dilatasi vena tidak terlihat dan perabaan hanya positif ketika dilakukan manuver Valsalva
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk memperkuat penemuan pada pemeriksaan fisik serta menilai derajat disfungsi testis yang dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan modalitas terapi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain ultrasonografi (USG) Doppler, venografi, skintigrafi, termografi, CT Scan, serta MRI.[4]
Hingga saat ini belum ada penatalaksanaan medikamentosa yang dapat menangani varikokel. Penderita varikokel yang memenuhi indikasi disarankan untuk menjalani varikokelektomi. Pembedahan diharapkan dapat memperbaiki oklusi pada pembuluh darah vena, mempertahankan aliran darah arteri pada testis, serta mengurangi ketidaknyamanan penderita. Beberapa penelitian menunjukkan pembedahan dapat memperbaiki kualitas semen dan meningkatkan fertilitas.[1,5]