Patofisiologi Azoospermia
Untuk mengerti mengenai patofisiologi sperma, harus terlebih dahulu mempelajari fisiologi sperma.
Fisiologi Sperma
Proses fisiologi sperma dibagi menjadi 4 aspek: hormonal, spermatogenesis, penyimpanan, dan pengeluaran sperma.
Hormonal
Produksi sperma diatur oleh aksis hipotalamus-pituitari-gonad (HPG). Hipotalamus melepaskan gonadotropin-releasing hormon (GnRH) secara pulsatil. Pelepasan GnRH distimulasi oleh melatonin dan dihambat oleh testosteron, inhibin B, corticotropin-releasing hormone, opium, stress dan penyakit sistemik lainnya. GnRH kemudian menstimulasi kelenjar pituitari anterior untuk menghasilkan luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Selanjutnya LH menstimulasi sel Leydig di testis untuk menghasilkan testosteron, dan FSH menstimulasi sel Sertoli untuk memulai diferensiasi sel germinal dalam spermatogenesis. FSH juga menyebabkan sel Sertoli untuk memproduksi inhibin B. Testosteron dan inhibin B kemudian memberikan umpan balik negatif kepada hipotalamus.[5]
Spermatogenesis
Sel Sertoli yang distimulasi oleh FSH akan memulai proses spermatogenesis dengan melakukan diferensiasi sel germinal. Sperma yang dihasilkan oleh proses spermatogenesis ini kemudian akan dilepaskan dari sel Sertoli ke tubulus seminiferus, hingga mencapai epididimis.
Penyimpanan
Selama 1-12 hari berada di epididimis, sperma mengalami maturasi sehingga mampu melakukan fertilisasi. Selanjutnya sperma masuk ke vas deferens, lalu ke vesika seminalis dan duktus ejakulatorius. Sperma siap dikeluarkan saat ejakulasi.
Pengeluaran Sperma
Saat ejakulasi, terjadi kontraksi otot polos yang mengelilingi duktus serta otot bulbouretra dan otot pelvis lainnya. Leher kandung kemih akan tertutup untuk mencegah aliran balik ejakulat.[5]
Patofisiologi Azoospermia
Azoospermia terjadi ketika tidak dapat ditemukan sperma pada ejakulat. Jika melihat proses fisiologi sperma di atas, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan pada 4 proses tersebut, baik kelainan hormonal, kelainan spermatogenesis, kelainan pada proses penyimpanan sperma, maupun masalah pada jalur pengeluaran sperma. Penyebab kelainan pada 4 proses tersebut akan dibahas pada bagian etiologi penyakit.