Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Asma karyanti 2022-11-03T09:04:36+07:00 2022-11-03T09:04:36+07:00
Asma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Asma

Oleh :
dr. Dyah Ayu Kusumoputri Buwono
Share To Social Media:

Diagnosis asma perlu dicurigai pada pasien dengan mengi, sesak, dan batuk berulang terkait pencetus tertentu. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan mengi dengan atau tanpa penggunaan otot bantu napas tambahan. Spirometri bermanfaat untuk menentukan derajat keparahan dan reversibilitas asma.[4]

Anamnesis

Keluhan utama pasien dapat berupa gejala saluran napas berulang, mencakup sesak, mengi, batuk, dan keluhan dada terasa berat. Keluhan akan dipicu oleh situasi tertentu, misalnya olahraga, paparan asap rokok, debu, atau infeksi saluran pernapasan atas.[1,6,10]

Dalam anamnesis, dokter juga dapat menggali mengenai riwayat eksaserbasi, riwayat alergi pada pasien serta keluarga, dan riwayat pemakaian obat–obatan asma. Selain itu, dokter juga dapat menanyakan mengenai frekuensi eksaserbasi yang pernah dialami pasien, riwayat merokok, komorbid seperti obesitas dan gastroesophageal reflux disease, serta riwayat pekerjaan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya paparan bahan polutan.[1]

Asma juga bisa disertai riwayat atopi pada pasien, seperti alergi makanan, rhinitis alergi, dan dermatitis atopik. Bisa juga ditemukan riwayat atopi atau asma pada keluarga pasien atau riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan paparan bahan polutan dan iritan.[1,4,8]

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien asma yang stabil biasanya dalam batas normal. Pada pemeriksaan hidung dapat ditemukan tanda–tanda rhinitis alergi maupun polip nasal. Selain itu, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda sesak, seperti napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi sela iga.[6]

Hasil pemeriksaan fisik tidak normal yang paling sering didapatkan adalah adanya mengi ketika fase ekspirasi pada pemeriksaan auskultasi. Namun demikian, hal tersebut bisa jadi tidak ditemukan atau hanya dapat terdengar ketika pasien melakukan ekspirasi paksa.[1]

Silent chest pada asma eksaserbasi berat juga dapat menyebabkan mengi tidak dapat terdengar pada pemeriksaan fisik. Beberapa temuan lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah hiperinflasi paru, pemanjangan waktu ekspirasi, dan peningkatan usaha napas. Pada pasien dengan asma eksaserbasi berat juga dapat ditemukan sianosis.[1,4,6]

Diagnosis Banding

Global Strategy for Asthma Management and Prevention (GINA) 2021 membedakan diagnosis banding asma berdasarkan kelompok usia, yaitu anak  6–11 tahun, usia 12–39 tahun, di atas 40 tahun, dan seluruh usia.[1,6]

Tabel 1. Diagnosis Banding Asma Berdasarkan Kelompok Usia

Usia Diagnosis Banding
6 hingga 11 tahun Cystic Fibrosis, penyakit jantung kongenital, inhalasi benda asing.
12 hingga 39 tahun Infeksi saluran napas atas, bronkiektasis, penyakit jantung kongenital
Di atas 40 tahun Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkiektasis, emboli paru, obstruksi jalan napas sentral
Seluruh kelompok usia Tuberkulosis

Sumber: dr. Dyah Ayu Kusumoputri Buwono, Alomedika, 2022.[1,6]

Benda Asing Saluran Napas

Benda asing dapat masuk ke saluran napas dan menyebabkan kelainan bunyi napas yang mirip dengan asma. Pasien anak biasanya mengalami hal ini karena memasukkan benda ke hidung. Sementara orang dewasa dapat mengalami obstruksi jalan napas sentral.[11]

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bisa mengeluhkan gejala sesak dan batuk yang rekuren seperti pada asma. Pasien PPOK biasanya memiliki riwayat merokok sebelumnya. Pemeriksaan rontgen toraks dapat membedakan dengan asma, dimana akan ditemukan air trapping.[12]

Bronkiektasis

Gejala bronkiektasis mirip dengan asma. Keluhan pada bronkiektasis adalah batuk kronis, sputum mukopurulen, dan infeksi paru berulang. Pasien juga bisa mengalami sesak napas, rhinosinusitis, rasa lelah, hemoptisis, dan nyeri toraks. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi rontgen toraks, uji fungsi paru, dan CT scan dada.[13]

Cystic Fibrosis

Anak dengan cystic fibrosis akan mengeluhkan batuk lama, sesak napas, produksi dahak berlebihan, diare, malnutrisi akibat gangguan absorbsi nutrisi, hingga gangguan pada sistem hepatobilier seperti kolelitiasis. Cystic fibrosis merupakan penyakit genetik dan tidak dapat disembuhkan.[14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada asma adalah pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri dan tes provokasi bronkial.

Pemeriksaan Fungsi Paru

Pada pemeriksaan fungsi paru pasien asma, terdapat istilah variabilitas, yaitu perbaikan dan/atau perburukan gejala saluran napas maupun fungi paru. Secara objektif, variabilitas jalan napas ditunjukkan dengan nilai penurunan rasio forced expiratory volume in one second (FEV1) terhadap forced vital capacity (FVC) yang dibandingkan dengan hasil pada individu normal. Variabilitas jalan napas dapat berupa variabilitas diurnal, antara hari ke hari, atau berdasarkan kunjungan satu dan kunjungan lainnya.

Selain variabilitas, terdapat parameter lain, yaitu reversibilitas yang didefinisikan sebagai perbaikan cepat dari FEV1 atau peak expiratory flow (PEF) yang diukur dalam satu menit setelah inhalasi bronkodilator kerja cepat, seperti 200–400 µg salbutamol.  Selain itu, terdapat definisi lain dari reversibilitas adalah perbaikan dari hari ke hari pasca pemberian terapi pengontrol, seperti steroid. Dalam hal ini, peningkatan atau penurunan FEV1 lebih dari 12% dan 200 ml dari nilai basal, atau perubahan nilai PEF sebanyak 20% pasca pemberian bronkodilator kerja cepat konsisten dengan diagnosis asma.[1,6]

GINA 2021 menyebutkan bahwa pada individu dewasa variabilitas diurnal dengan rerata PEF > 10% dapat mengindikasikan variabilitas limitasi jalan napas ekspiratori. Parameter lain yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

  • Peningkatan fungsi paru 4 minggu pasca pemberian antiinflamasi: peningkatan FEV1 > 12% dan > 200 ml dari nilai dasar
  • Hasil positif pada exercise challenge test: penurunan nilai FEV1 > 10% dan > 200 ml dari nilai dasar
  • Hasil positif pada bronchial challenge test: Nilai FEV1 lebih dari atau sama dengan 20% dengan dosis standar metakolin atau lebih dari atau sama dengan 15% dengan hiperventilasi terstandarisasi
  • Peningkatan variasi fungsi paru antar kunjungan: peningkatan FEV1 > 12% dan > 200 ml antar kunjungan[1,10]

Tes Provokasi Bronkial

Tes provokasi bronkus dilakukan untuk mengidentifikasi hiperresponsivitas jalan napas. Beberapa obat, seperti metakolin maupun histamin inhalasi dapat digunakan dalam pemeriksaan ini. GINA 2022 menyebutkan tes ini cukup sensitif namun tidak memiliki spesifisitas yang baik dalam mendiagnosis asma. Dalam hal ini, hiperresponsivitas jalan napas pasca inhalasi metakolin dapat terlihat pada pasien dengan rhinitis alergi, displasia bronkopulmonal, maupun cystic fibrosis.[1,6]

Tes Alergi

Tes alergi digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan pencetus asma. Namun, tes ini hanya dapat membantu dalam penegakkan diagnosis asma dengan fenotip alergi.[6]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold SP Tampubolon

Referensi

1. Reddel HK, Bacharier LB, Bateman ED, Brightling CE, Brusselle GG, Buhl R, Cruz AA, Duijts L, Drazen JM, FitzGerald JM, Fleming LJ, Inoue H, Ko FW, Krishnan JA, Levy ML, Lin J, Mortimer K, Pitrez PM, Sheikh A, Yorgancioglu AA, Boulet LP. Global Initiative for Asthma Strategy 2021: Executive Summary and Rationale for Key Changes. Am J Respir Crit Care Med. 2022 Jan 1;205(1):17-35. doi: 10.1164/rccm.202109-2205PP.
4. McCracken JL, Veeranki SP, Ameredes BT, Calhoun WJ. Diagnosis and Management of Asthma in Adults: A Review. JAMA. 2017 Jul 18;318(3):279-290. doi: 10.1001/jama.2017.8372.
6. Nanda A, Wasan AN. Asthma in Adults. Med Clin North Am. 2020 Jan;104(1):95-108. doi: 10.1016/j.mcna.2019.08.013. Epub 2019 Oct 28. PMID: 31757240.
8. Morris MJ. Asthma. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#a5
10. Quirt J, Hildebrand KJ, Mazza J, Noya F, Kim H. Asthma. Allergy Asthma Clin Immunol. 2018 Sep 12;14(Suppl 2):50. doi: 10.1186/s13223-018-0279-0. PMID: 30275843; PMCID: PMC6157154.
11. Ng J, Kim S, Chang B, Lee K, Um SW, Kim H, Jeong BH. Clinical features and treatment outcomes of airway foreign body aspiration in adults. J Thorac Dis. 2019 Mar;11(3):1056-1064. doi: 10.21037/jtd.2018.12.130. PMID: 31019795; PMCID: PMC6462713.
12. Gentry S, Gentry B. Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2017 Apr 1;95(7):433-441. PMID: 28409593.
13. Smith MP. Diagnosis and management of bronchiectasis. CMAJ. 2017 Jun 19;189(24):E828-E835. doi: 10.1503/cmaj.160830. PMID: 28630359; PMCID: PMC5478409.
14. Naehrig S, Chao CM, Naehrlich L. Cystic Fibrosis. Dtsch Arztebl Int. 2017 Aug 21;114(33-34):564-574. doi: 10.3238/arztebl.2017.0564. PMID: 28855057; PMCID: PMC5596161.

Epidemiologi Asma
Penatalaksanaan Asma

Artikel Terkait

  • Penggunaan Antibiotik pada Serangan Asthma
    Penggunaan Antibiotik pada Serangan Asthma
  • Terapi Inhalasi Nebulizer Vs MDI Spacer Sebagai Terapi Asma Akut pada Anak di Rumah
    Terapi Inhalasi Nebulizer Vs MDI Spacer Sebagai Terapi Asma Akut pada Anak di Rumah
  • Penatalaksanaan Asma pada Awal Kehamilan
    Penatalaksanaan Asma pada Awal Kehamilan
  • Penanganan Asthma Menurut Global Initiatives for Asthma (GINA) 2019
    Penanganan Asthma Menurut Global Initiatives for Asthma (GINA) 2019
  • Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi Dosis Tinggi pada Asma Eksaserbasi
    Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi Dosis Tinggi pada Asma Eksaserbasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
3 hari yang lalu
Algoritman terapi ISPA, asma, dan bronkiolitis pada anak usia di bawah 2 tahun
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, ijin bertanya....Adakah yg memiliki algoritma terapi ISPA atau asma/bronkiolitis pada anak 2 th ke bawah?Adakah yg memiliki cttn dosis combivent...
Anonymous
23 Desember 2022
Obat asma yang aman untuk ibu hamil - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Thomas,Sp.OG, apa saja obat asma yang aman untuk ibu hamil terutama pada trisemester pertama?Terimakasih dok🙏
dr. Hudiyati Agustini
21 Desember 2022
Pilihan Terapi Yang Tepat untuk Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Pilihan terapi yang tepat untuk pasien asma dan PPOK adalah kombinasi long-acting beta-2 agonist (LABA) dan inhaled corticosteroid (ICS). Termasuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.