GINA (Global Initiative for Asthma) mengeluarkan Pedoman Penatalaksanaan Asthma pada tahun 2018. Asthma merupakan penyakit respiratorik kronis yang ditandai dengan gejala mengi (wheezing), sesak napas (dyspnea), dada terasa berat, dan atau batuk disertai dengan keterbatasan ekspirasi pada tes spirometri. Asthma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor diantaranya aktivitas, paparan alergen atau iritan, perubahan cuaca, atau infeksi virus pada saluran napas. [1]
Fenotip asthma yang telah diidentifikasi diantaranya:
-
Asthma alergi: Biasanya mengenai anak-anak, berhubungan dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti dermatitis atopik, rhinitis alergi, atau alergi makanan. Pasien dengan fenotip asthma ini biasanya memiliki respon yang baik dengan terapi kortikosteroid inhalasi (inhaled corticosteroid / ICS)
- Asthma non alergi: Beberapa asthma yang terjadi pada dewasa tidak berhubungan dengan alergi. Sputum pasien dapat mengandung neutrofilia, eosinofilia, atau hanya mengandung sedikit sel inflamasi. Pasien dengan alergi non asthma biasanya kurang berespon terhadap ICS.[3]
GINA (Global Initiative for Asthma) merupakan kumpulan pakar asthma, organisasi, dan lembaga kesehatan masyarakat dari berbagai negara yang didirikan untuk memberikan informasi mengenai penanganan pasien asthma berdasarkan pada bukti ilmiah. Laporan GINA terus diperbaharui setiap tahunnya sejak tahun 2002 berdasarkan studi literatur terbaru.[2]
Penilaian Faktor Risiko Asthma
Pada pedoman 2018, konsep faktor risiko independen dijelaskan lebih rinci. Faktor risiko independen adalah, faktor yang meningkatkan risiko eksaserbasi asthma walaupun pasien hanya memiliki sedikit gejala. Beberapa faktor risiko tambahan yang menyebabkan keterbatasan jalan napas persisten juga ikut dimasukkan.[4,5]
Tabel 1 Penilaian Faktor Risiko Luaran Asthma yang Buruk
Faktor Risiko Eksaserbasi |
Modifiable risk factor lain yang dapat meningkatkan risiko eksaserbasi :
|
Faktor Risiko Terkena Keterbatasan Jalan Napas Menetap |
|
Faktor Risiko Efek Samping Obat |
|
Nitrik Oksida Ekshalasi (FENO)
FENO merupakan tes untuk mengukur konsentrasi fraksi nitrit oksida ekshalasi. Tes ini sudah tersedia secara luas di beberapa negara.
Pada studi yang melibatkan anak dan dewasa muda, analisis menunjukkan bahwa pemilihan terapi berdasarkan FENO berhubungan dengan tingkat eksaserbasi yang jauh lebih rendah. Untuk pasien dewasa, tidak ditemukan perbedaan secara signifikan antara pemilihan terapi berdasarkan FENO.[6]
Hingga saat ini, belum ada studi yang menganalisis tentang keamanan jangka panjang dari penundaan penggunaan ICS pada pasien dengan hasil FENO awal yang rendah. Pada pasien yang terdiagnosis atau dicurigai menderita asthma, FENO dapat membantu dokter dalam memutuskan penggunaan ICS, namun tidak dapat mengeksklusi jika ICS tidak diperlukan. [2] Sayangnya, pemeriksaan FENO ini belum tersedia di Indonesia.
Langkah Penatalaksanaan Asthma
Pedoman GINA 2018 menambahkan keluaran studi keamanan LABA (long acting beta agonist) oleh FDA pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Kombinasi ICS/LABA dosis rendah dapat digunakan sebagai terapi rumatan untuk orang dewasa dan remaja. Pada pasien yang berisiko, kombinasi ICS/formoterol (budesonide atau beklometason) dosis rendah dilaporkan menurunkan risiko eksaserbasi dan efektif dalam mengontrol gejala asthma. [2]
Tabel 2. Pilihan Obat untuk Langkah Penatalaksanaan Asthma GINA 2018
Langkah | Pilihan Controller Utama | Pilihan Controller Lainnya | Pilihan Reliever |
Langkah I | Pertimbangkan ICS dosis rendah | Short acting beta agonist (SABA) jika perlu | |
Langkah II | ICS dosis rendah | Leucotriene receptor antagonist (LTRA) | |
Teofilin dosis rendah* | |||
Langkah III | ICS/LABA dosis rendah** | ICS dosis sedang/tinggi | SABA atau ICS/formoterol jika perlu |
ICS dosis rendah + LTRA atau teofilin | |||
Langkah IV | ICS/LABA dosis sedang/tinggi | Tiotropium | |
ICS dosis sedang/tinggi + LTRA atau teofilin | |||
Langkah V | Tiotropium*** atau anti IL-5 | + Kortikosteroid oral |
*Tidak untuk anak <12 tahun
**Untuk anak 6-11 tahun, langkah 3 yang direkomendasikan adalah ICS dosis sedang
***Tiotropium menggunakan inhaler adalah terapi tambahan untuk pasien ≥12 tahun dengan riwayat eksaserbasi
Langkah I
Pada langkah I, opsi yang lebih direkomendasikan adalah penggunaan inhaler jika diperlukan. Pilihan lainnya adalah penambahan ICS dosis rendah. Pilihan lain yang dapat digunakan tetapi tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin adalah ipratropium inhalasi, teofilin atau SABA oral, dan LABA onset cepat.
Langkah II
Pada langkah II, opsi yang lebih direkomendasikan adalah ICS dosis rendah secara reguler, dengan SABA yang digunakan jika perlu sebagai reliever.
Langkah III
Pada langkah III, opsi yang direkomendasikan untuk pasien dewasa adalah penggunaan 1 atau 2 controller dengan reliever yang digunakan jika perlu. Untuk anak usia 6-11 tahun, pilihannya adalah ICS dosis sedang dengan SABA jika perlu sebagai reliever.
Langkah IV
Pada langkah IV, opsi rekomendasi bagi pasien dewasa adalah kombinasi ICS/formoterol sebagai rumatan ditambah dengan reliever, atau kombinasi ICS/LABA dosis sedang ditambah SABA jika perlu. Pada pasien anak usia 6-11 tahun, lebih direkomendasikan untuk melakukan rujukan ke spesialis.
Langkah V
Pada langkah V, rekomendasinya adalah merujuk atau penggunaan terapi tambahan. Terapi tambahan dapat berupa tiotropium atau anti IL-5.
Asthma Perimenstrual dan Kehamilan
Asthma dilaporkan memburuk gejalanya di sekitar jadwal menstruasi pada 20% wanita. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita dengan usia lebih tua, indeks massa tubuh berlebih, memiliki gejala asthma yang lebih berat, dan biasanya memiliki gangguan menstruasi.
Follow up Setelah Eksaserbasi Asthma
Pada rekomendasi GINA 2018, disebutkan bahwa pasien sebaiknya dipantau secara rutin setelah eksaserbasi sampai gejala dan fungsi paru kembali normal.
Hal-hal yang perlu dipantau adalah :
- Pemahaman pasien mengenai penyebab eksaserbasi
- Adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi, misalnya rokok
- Kepatuhan terhadap pengobatan
- Penggunaan SABA hanya jika perlu, bukan secara rutin
-
Kemampuan menggunakan inhaler dengan benar[2]
Tumpang Tindih Asthma-PPOK
Pada pedoman 2018 ini, telah ditambahkan fitur pembeda antara pasien asthma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan asthma-PPOK. [2]
Tabel 3. Fitur Pembeda Antara Asthma, PPOK, dan Asthma-PPOK.
Fitur | Asthma | PPOK | Asthma-PPOK |
Usia saat onset | Biasanya saat masa kanak, namun bisa timbul di usia berapapun | Usia >40 tahun | Biasanya >40 tahun, namun bisa memiliki gejala di masa kanak |
Pola gejala pernapasan | Dapat bervariasi seiring waktu, biasanya membatasi aktivitas. Dipengaruhi olahraga, emosi, alergen, debu | Kronik, biasanya gejala berkelanjutan, dengan derajat gejala berubah-ubah | Sesak saat beraktivitas dapat persisten, tetapi derajat gejala dapat bervariasi |
Fungsi paru | Keterbatasan saluran napas saat ini atau riwayat | FEV1 dapat membaik setelah penatalaksanaan | Keterbatasan saluran napas tidak sepenuhnya reversibel, namun derajatnya bervariasi |
Fungsi paru antar gejala | Dapat normal antar gejala | Keterbatasan saluran napas menetap | Keterbatasan saluran napas menetap |
Riwayat penyakit dahulu atau keluarga | Riwayat alergi atau riwayat keluarga | Riwayat paparan terhadap gas seperti rokok | Biasanya riwayat terdiagnosis asthma, alergi, riwayat keluarga, dan atau paparan terhadap gas seperti rokok |
Rontgen dada | Biasanya normal | Hiperinflasi paru | Mirip PPOK |
Penatalaksanaan Asthma Anak ≤5 Tahun
Terjadi perubahan pada langkah II dan langkah III penatalaksanaan asthma pada anak berusia ≤5 tahun. Pada langkah II, penggunaan ICS dosis rendah reguler harus dilakukan terlebih dulu. ICS yang digunakan jika perlu dapat dipertimbangkan. Pada langkah III, pilihan yang direkomendasikan adalah ICS dosis sedang. Pedoman baru ini juga memasukkan eosinofil dan atopi sebagai prediktor respon jangka pendek terhadap ICS dosis sedang.
Tabel 4. Pilihan Penatalaksanaan Asthma pada Anak ≤ 5 tahun
Langkah | Pilihan Controller Utama | Pilihan Controller Lainnya | Pilihan Reliever |
Langkah I | Short acting beta agonist (SABA) jika perlu | ||
Langkah II | ICS dosis rendah harian | Leucotriene receptor antagonist (LTRA) | |
ICS intermiten | |||
Langkah III | Double ICS dosis rendah | ICS dosis rendah + LTRA | |
Langkah IV | Lanjutkan controller dan rujuk ke spesialis | Tambahkan LTRA | |
Tambahkan frekuensi pemberian ICS |
Langkah I
Langkah I digunakan pada anak yang jarang menunjukkan gejala viral wheezing dengan hanya sedikit atau tanpa gejala interval.
Langkah II
Langkah II digunakan pada anak yang pola gejalanya sesuai dengan asthma dan kontrol gejala kurang baik, atau ≥3 eksaserbasi dalam setahun. Langkah ini juga digunakan pada anak yang pola gejalanya tidak sesuai asthma, namun wheezing sering timbul (misalnya setiap 6-8 minggu), pada kasus ini sebaiknya dilakukan uji coba diagnosis selama 3 bulan.
Langkah III
Langkah III dilakukan pada anak yang sudah terdiagnosis asthma, dan penggunaan ICS dosis rendah tidak terkontrol.
Langkah IV
Langkah IV digunakan pada anak yang gejalanya tidak terkontrol dengan penggunaan double ICS dosis rendah.
Peran Nutrisi pada Asthma
Pada pedoman GINA 2018 disebutkan adanya studi yang melaporkan bahwa konsumsi ikan dan long-chain polyunsaturated fatty acids selama kehamilan tidak menunjukkan efek yang konsisten dalam menurunkan risiko mengi, asthma, maupun atopi.[11]
Kesimpulan
Pedoman GINA (Global Initiative for Asthma) 2018 memasukkan beberapa perubahan dalam penilaian faktor risiko asthma. Konsep faktor risiko independen dijelaskan lebih rinci. Faktor risiko independen adalah faktor yang meningkatkan risiko eksaserbasi asthma walaupun pasien hanya memiliki sedikit gejala. Reversibilitas bronkodilator yang lebih tinggi dimasukkan sebagai faktor risiko independen pada pedoman terbaru ini.
Nitrit oksida inhalasi (FENO) dijelaskan dengan lebih rinci berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Pemeriksaan ini dimasukkan dalam pilihan pemeriksaan untuk diagnosis dan strategi alternatif untuk menentukan penatalaksanaan asthma.
Pada langkah penatalaksanaan asthma, pedoman GINA 2018 memasukkan bukti ilmiah terbaru mengenai penggunaan kombinasi inhaled corticosteroid/long acting beta agonist (ICS/LABA) yang dibandingkan dengan ICS saja. Selain itu, anti IL5 juga dimasukkan dalam pilihan terapi Langkah 5.
Subbab baru mengenai asthma perimenstrual dimasukkan, dimana dilaporkan bahwa gejala asthma memburuk pada 20% wanita di periode perimenstruasi. Pembeda fenotip antara asthma, PPOK, dan asthma-PPOK juga dimasukkan dalam subbab tersendiri.
Terjadi perubahan pada langkah II dan langkah III penatalaksanaan asthma pada anak berusia ≤5 tahun. Pada langkah II, penggunaan ICS dosis rendah reguler harus dilakukan terlebih dulu. ICS yang digunakan jika perlu dapat dipertimbangkan. Pada langkah III, pilihan yang direkomendasikan adalah ICS dosis sedang. Pedoman baru ini juga memasukkan eosinofil dan atopi sebagai prediktor respon jangka pendek terhadap ICS dosis sedang.
Pada subbab pencegahan asthma bagian nutrisi, disebutkan adanya studi yang melaporkan bahwa konsumsi ikan dan long-chain polyunsaturated fatty acids selama kehamilan tidak menunjukkan efek yang konsisten dalam menurunkan risiko mengi, asthma, maupun atopi.