Patofisiologi Asthma
Asthma merupakan penyakit inflamasi kronis dengan karakteristik meningkatnya responsivitas bronkial serta obstruksi jalan napas secara episodik. Karakteristik patologis mayor pada asthma antara lain:
- peluruhan epitelial
- peningkatan massa otot polos pada jalan napas yang diakibatkan oleh hipertrofi, hiperplasia, atau migrasi.
- hiperplasia kelenjar mukosa
- fibrosis sub epitelial
- inflitrasi sel inflamasi pada dinding bronkial [1]
Abnormalitas imunologis utama pada asthma adalah respon imun tipe 2 yaitu sekresi sitokin tipe 2. Kelebihan sekresi sitokin tipe 2 pada saluran napas bagian bawah akan merangsang hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE. [2]
Bagaimana mekanisme atopi maupun infeksi virus pada saluran napas menginisiasi respon imun tipe 2 belum sepenuhnya dipahami. Stimulus ekternal seperti oksidan (asap rokok, polutan), aeroalergen, dan infeksi terutama virus dapat mengaktifkan sel epitel. Aktivasi sel epitel memicu pelepasan sitokin, kemokin, mediator lipid, nitrit oksida, dan oksigen reaktif. Sitokin utama yang dilepaskan adalah IL-25, IL-33, dan thymic stromal lymphopoietin (TSLP) yang menginisiasi respon imun tipe 2. [3]
IL-25, IL-33, dan TSLP yang dilepaskan oleh sel epitel menginduksi sel inflamasi masuk saluran napas dan mengaktifkan dan memobilisasi sel dendritik. Sel dendritik merupakan sel imun yang khusus menggunakan MHC (Major Histocompatibility Complex) kelas II untuk memediasi sel T-helper berespon terhadap protein asing seperti alergen.
Secara singkat kaskade abnormalitasnya adalah:
- Aktivasi sel epitel
- Sel inflamasi masuk ke saluran napas
-
Terjadi respon remodelling pada epitel dan matriks subepitelial
Pada asthma persisten diduga terjadi fiksasi sistem imun aberan dalam bentuk epigenetik yakni metilasi DNA atau modifikasi asam amino post translasional. Perilaku sel tersebut menurun ke sel berikutnya. Akibat perubahan epigenetik menetap pada sel-sel yang membelah, sel-sel tersebut mengalami perubahan yang stabil dalam bentuk fenotip tanpa disertai perubahan pada genotip. Perubahan epigenetik biasanya terjadi pada masa pre natal atau segera saat setelah kelahiran.
Mekanisme eksaserbasi akut pada asthma merupakan perburukan oleh obstruksi saluran napas akibat spasme otot saluran napas, edem saluran napas, dan obstruksi luminal oleh mukus. Virus terutama rhinovirus merupakan faktor penyebab eksaserbasi yang paling sering. Pada eksaserbasi akan terjadi perubahan lapisan epitel yang meningkatkan penyimpanan musin, dan otot polos saluran napas menjadi hipereaktif sehingga terjadi edem dan spasme.

Gambar: Patofisiologi eksaserbasi asthma. Saluran nafas yang sudah mengalami remodelling mengalami inflamasi dan reaksi hiperresponsif akibat pemicu (terutama virus). Inflamasi dan reaksi hiperresponsif ini kemudian menyebabkan obstruksi yang umumnya hanya akan pulih secara parsial.