Pendahuluan Tes Provokasi Bronkial
Tes provokasi bronkial adalah pemeriksaan hiperresponsivitas saluran napas terhadap stimulus yang dapat digunakan dalam penegakan diagnosis asthma. Tes ini dibagi menjadi 2 tipe, yaitu langsung dan tidak langsung. Tes provokasi langsung dilakukan menggunakan metakolin. Tes provokasi tidak langsung dilakukan dengan stimulus fisik atau farmakologis yang menginduksi penyempitan saluran napas melalui respon inflamasi.[1,2]
Tes provokasi bronkial langsung lebih cocok digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis asthma. Sedangkan tes provokasi bronkial tidak langsung digunakan untuk menegakkan diagnosis asthma dan menilai respon terhadap terapi antiinflamasi.[3,4]
Kontraindikasi tes provokasi bronkial dibagi menjadi kontraindikasi absolut, relatif, dan khusus berdasarkan stimulus yang dipakai. Kontraindikasi absolut dari tes provokasi bronkial antara lain obstruksi saluran napas berat, infark miokard, atau stroke iskemia dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, kontraindikasi relatif pemeriksaan ini adalah infeksi saluran napas atas dalam dua minggu terakhir, hipertensi tidak terkontrol, dan kehamilan.[3,5]
Tes provokasi bronkial dilakukan dengan menilai penurunan forced expiratory volume detik pertama (FEV1) setelah administrasi stimulus, dibandingkan dengan nilai awal. FEV1 dinilai menggunakan spirometri. Tes ini memiliki potensi kegawatdaruratan berupa gejala berat dari bronkokonstriksi, sehingga peralatan resusitasi harus tersedia sebelum tes dilakukan.[1]