Diagnosis Torsio dan Ruptur Kista Ovarium
Diagnosis torsio dan ruptur kista ovarium dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang radiologi. Diagnosis baku emas adalah dengan cara melihat langsung ovarium melalui laparoskopi atau laparotomi. Tampilan klinis pada kista ovarium seringkali tidak spesifik, begitu juga pada kondisi torsio dan ruptur kista ovarium. Hal yang penting diperhatikan dalam mendiagnosis adalah apakah ada kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan cepat.[2-4,8]
Anamnesis
Anamnesis pada kasus yang dicurigai sebagai torsio dan ruptur kista ovarium sangatlah krusial, terutama untuk evaluasi adanya kegawatdaruratan. Pasien mungkin sudah mengetahui menderita kista ovarium atau belum. Baik pada kasus torsio atau ruptur kista ovarium, pasien datang dengan keluhan utama nyeri akut abdomen, yang biasanya dirasakan setelah aktivitas fisik intensitas tinggi seperti olahraga atau kegiatan seksual. Nyeri dirasakan unilateral sesuai segmen ovarium yang terkena, dapat menjalar ke punggung, daerah pelvis, atau paha.[2-4,8]
Gejala torsio Kista Ovarium
Pada kasus torsioo kista ovarium, nyeri sering dideskripsikan sebagai nyeri yang tajam, menusuk, intermitten, dan kram. Gejala lain yang dirasakan adalah mual dan muntah, mirip dengan masalah gastrointestinal. Pada torsio kista ovarium, nyeri seringkali dirasakan selama lebih dari 8 jam. Pada pasien yang lebih muda seperti pasien usia premenarche, nyeri dapat berlangsung hingga 24 jam.[2-4,8]
Gejala Ruptur Kista Ovarium
Sedangkan pada ruptur kista ovarium, karena penyebab terbanyak adalah ruptur kista korpus luteum, maka onset terjadi pada pertengahan siklus menstruasi. Nyeri dirasakan mendadak, dan paling nyeri tepat saat kista ruptur yang kemudian berangsur mereda. Beberapa wanita seringkali rutin merasakan nyeri ruptur kista ovarium setiap bulannya. Kondisi ini sering disebut sebagai mittelschmerz yang digambarkan dengan onset nyeri mendadak, unilateral dan lokal, pada pertengahan siklus, dapat bertahan hingga 48 jam.[2-4,8]
Apabila ruptur mengakibatkan perdarahan, nyeri akan kembali meningkat dan memberat dengan gerakan. Gejala lain yang dikeluhkan adanya kelemahan, pingsan, kaku pada pundak, perdarahan vagina, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi hingga syok hipovolemik.[2-4,8]
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu terutama apakah pernah terdiagnosa kista ovarium, massa pada abdomen, atau pernah mengalami kelainan menstruasi. Faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian kista ovarium juga harus ditanyakan, seperti terapi infertilitas yang menginduksi ovulasi, terapi dengan gonadotropin, penggunaan tamoksifen, kehamilan, hipotiroid, gonadotropin maternal, merokok, dan ligase tuba.[5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada torsio dan ruptur kista ovarium tidak spesifik. Pada fase awal, tanda vital seringkali dalam batas normal. Dapat ditemukan demam subfebris. Massa pada adneksa unilateral dapat teraba apabila kista berukuran besar, tetapi massa yang tidak teraba tidak menyingkirkan diagnosis. Nyeri pada palpasi sering ditemukan. Perlu dilihat apakah ada tanda-tanda iritasi peritoneal seperti peningkatan tonus otot perut, posisi paha fleksi, distensi abdomen, dan bising usus yang menghilang.[2-4,8,9]
Beberapa tampilan klinis yang terlihat dari pemeriksaan fisik dapat membedakan torsio dengan ruptur kista ovarium yang menimbulkan perdarahan, di antaranya:
- Suhu pada kasus torsio naik 10% terutama ketika torsio terjadi beberapa jam sebelumnya, sedangkan pada ruptur suhu dapat terdeteksi normal atau sedikit meningkat
- Denyut nadi pada kasus torsio secara signifikan lebih meningkat dari pada ruptur yang hanya meningkat sedikit dari nilai normal
- Tekanan darah pada kasus torsio dapat menurun apabila terdapat gangguan sistemik akibat iskemia dan nekrosis, sedangkan pada ruptur tekanan darah dapat normal kecuali terdapat perdarahan masif
Pemeriksaan abdomen pada kasus torsio seringkali ditemukan distensi menyeluruh, tanda-tanda iritasi peritoneum, dan bising usus yang menghilang, sementara pada ruptur kista ovarium nyeri tekan lebih terlokalisir
Pemeriksaan fisik genitalia wanita, terutama pada pemeriksaan vagina, baik pada torsio maupun ruptur kista ovarium sama-sama menunjukkan adanya nyeri goyang porsio, yang membedakan adalah pada torsio dapat teraba massa pada adneksa sedangkan pada ruptur dapat teraba kista[8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari torsio dan ruptur kista ovarium di antaranya massa lain pada ovarium dan jaringan sekitarnya, seperti tumor ovarium, abses tuba fallopi, atau perforasi karsinoma kolon. Diagnosis banding lain yang dapat dipikirkan adalah apendisitis, infeksi saluran kemih, diverticulitis, kehamilan ektopik, endometriosis, obstruksi usus, batu saluran kemih, atau penyakit radang panggul. Untuk membedakannya, pemeriksaan penunjang perlu dilakukan karena tampilan klinis yang tidak khas dan bisa saling tumpang tindih.[2,3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis torsio dan ruptur kista ovarium terdiri dari pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi awal adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan doppler, baik secara USG panggul maupun USG transvaginal. Perlu diingat bahwa sensitifitas pemeriksaan USG sangat dipengaruhi oleh keterampilan pemeriksa dan variasi anatomi pasien. Pemeriksaan radiologi lainnya adalah CT scan panggul.[8,10,12,13]
USG Torsio Kista Ovarium:
USG dengan doppler pada kasus torsio kista ovarium akan tampak gambaran massa kistik, aliran darah yang berkurang, dan pembesaran ovarium dengan hiperechoik sentral yang mengindikasikan adanya edema. Iskemia karena aliran darah yang berkurang dapat menyebabkan edema atau pembesaran ovarium. Apabila terdapat perdarahan yang diakibatkan oleh torsio, maka akan tampak juga gambaran cairan bebas yang tidak spesifik.[8,10,12]
CT Scan Torsio Kista Ovarium:
CT scan pada torsio kista ovarium akan ditemukan massa adneksa dengan diameter lebih dari 5 cm, pembesaran ovarium, dan penebalan dinding kista lebih dari 3 mm. Sebagai prediktor adanya torsio kista ovarium, keakuratan CT scan lebih rendah dibanding dengan USG.[8,10,12]
USG Ruptur Kista Ovarium:
Pada kasus ruptur kista ovarium, gambaran khas yang dapat ditemukan dari USG adalah adanya cairan bebas lebih dari 10 ml pada pelvis, yang juga dapat ditemukan pada kavum Douglas. Selain itu, sering ditemukan penebalan dinding kista ovarium yang dikelilingi cairan bebas. Pada ruptur kista ovarium, ukuran ovarium akan terlihat normal. Perlu diingat bahwa cairan pada cavum Douglas bisa didapatkan juga pada ruptur kista yang fisiologis, sehingga diagnosis ruptur kista ovarium harus mempertimbangkan kondisi klinis dan mengenali tanda kegawatdaruratan.[8,12,13]
CT Scan Ruptur Kista Ovarium:
Pada pemeriksaan CT scan ruptur kista ovarium, tidak banyak gambaran yang khas karena kebanyakan kista ovarium merupakan kista yang fisiologis. Gambaran penebalan dinding ovarium dengan atau tanpa gambaran kista yang menebal dan irregular disertai adanya gambaran cairan bebas dalam jumlah kecil dapat terlihat pada CT scan. CT scan dapat membantu mendeteksi komplikasi ruptur kista ovarium seperti hemoperitoneum yang merupakan kegawatdaruratan pada kasus ruptur kista ovarium dapat dideteksi lebih awal dengan menggunakan CT scan. Pada hemoperitoneum sering terlihat gambaran cairan bebas pada kavitas pelvis.[8,12,13]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang tidak spesifik, tetapi penting untuk dilakukan. Pemeriksaan kehamilan wajib dilakukan pada semua wanita usia reproduktif dengan keluhan nyeri abdomen, termasuk pada kasus yang dicurigai sebagai torsio dan ruptur kista ovarium.[8,10]
Hasil pemeriksaan laboratorium pada fase awal seringkali terlihat normal. Pemeriksaan darah terdiri dari hematologi rutin, urea, elektrolit, fungsi hepar, dan koagulasi harus selalu dilakukan, terutama jika terjadi perburukan atau harus dilakukan tindakan operasi. Angka leukosit dapat meningkat pada kasus torsio kista ovarium, tetapi juga pada kasus apendisitis, ataupun infeksi dan abses panggul. Anemia dapat terjadi dan mengindikasikan adanya perdarahan. Pemeriksaan Ca-125 tidak selalu harus dilakukan, karena pemeriksaan tersebut bukan pemeriksaan yang spesifik.[8,10]
Rasio neutrofil terhadap leukosit (neutrophil to lymphocyte ratio / NLR) dapat menjadi prediktor. Median NLR pada torsio kista ovarium adalah 8.0, median NLR pada ruptur kista ovarium adalah 7.5, sedangkan median NLR pada kasus kista ovarium tanpa komplikasi hanya 2,2. Interpretasi NLR yang meningkat ini dapat digunakan sebagai prediktor untuk membedakan kista ovarium tanpa komplikasi dengan yang mengalami ruptur maupun torsio kista ovarium. Namun, tidak memiliki nilai diagnostik untuk membedakan antara torsio dan ruptur kista ovarium.[11]
Infeksi dan batu saluran kemih dapat disingkirkan melalui pemeriksaan urin. Tripel swab untuk infeksi harus dilakukan apabila diagnosis banding mengarah ke penyakit inflamasi panggul.[8,10]