Pendahuluan Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan keganasan pada ovarium yang menyebabkan angka mortalitas yang tinggi. Angka mortalitas yang tinggi ini berhubungan dengan sulitnya deteksi dini kanker ovarium karena tidak adanya gejala spesifik pada stadium awal.
Berdasarkan jenis histologinya, kanker ovarium dibagi menjadi tipe epitelial, tumor stromal, tumor sel germinal, karsinoma peritoneal primer dan metastasis tumor ovarium.
Kanker ovarium memiliki etiologi multifaktorial dengan faktor genetik sebagai faktor yang berperan penting. Faktor genetik yang berperan dalam kanker ovarium adalah adanya mutasi pada gen BRCA1 dan 2.
Anamnesis gejala pada kanker ovarium umumnya bersifat tidak spesifik sehingga menyulitkan deteksi dini pada pasien, misalnya mudah lelah, perut kembung, sesak napas, dan penurunan berat badan. Walau demikian, dapat digali faktor yang meningkatkan risiko kanker ovarium, seperti riwayat kanker pada keluarga dan riwayat penggunaan obat hormonal. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya efusi pleura, asites, serta massa pada pelvis atau abdomen.
Diagnosis kanker ovarium berdasarkan pada pemeriksaan radiologis dan penanda tumor. Pemeriksaan radiologis yang paling rutin dikerjakan adalah ultrasonografi, X-ray thorax, dan CT scan. Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125.
Terapi kanker ovarium disesuaikan dengan stadiumnya. Pilihan utama terapi kanker ovarium adalah pembedahan dengan sitoreduksi serta penambahan kemoterapi. Prognosis kanker ovarium bergantung dari stadiumnya. Semakin awal dideteksi maka prognosisnya akan semakin baik.[1]