Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Endometritis general_alomedika 2020-04-14T10:59:54+07:00 2020-04-14T10:59:54+07:00
Endometritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Endometritis

Oleh :
Yelvi Levani
Share To Social Media:

Diagnosis endometritis utamanya ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, dapat ditemukan demam, nyeri perut bawah, dan lochia berbau. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri tekan pada uterus dan adneksa uterus.

Pemeriksaan penunjang bermanfaat untuk eksklusi diagnosis banding dan konfirmasi diagnosis, terutama pada kasus endometritis kronis. Endometritis kronis merupakan kondisi yang sulit didiagnosis dan hanya dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologis pada biopsi endometrium.

Anamnesis

Demam setelah persalinan biasanya merupakan tanda pertama endometritis. Demam setelah persalinan dinamakan puerperal fever yang dapat dibagi menjadi cepat (bila terjadi dalam waktu 24-48 jam post partum) dan lambat (bila terjadi dalam waktu > 48 jam post partum). Endometritis pasca persalinan juga dapat menyebabkan keluhan berikut ini:

  • Lochia yang berbau
  • Demam
  • Menggigil
  • Nyeri perut bawah

Pada endometritis yang tidak berhubungan dengan persalinan, perlu juga ditanyakan mengenai keluhan berikut ini:

  • Perdarahan per vagina yang abnormal
  • Keputihan abnormal
  • Nyeri saat berhubungan intim (dyspareunia)
  • Nyeri saat buang air kecil (dysuria)
  • Malaise

Selain keluhan pasien, hal-hal yang dapat ditanyakan saat anamnesis di antaranya adalah:

  • Usia
  • Riwayat seksual, termasuk riwayat berganti-ganti pasangan seksual
  • Riwayat obstetrik, termasuk jumlah anak, cara persalinan, riwayat keguguran, riwayat ketuban pecah dini
  • Siklus haid
  • Riwayat kontrasepsi
  • Riwayat penyakit menular seksual
  • Riwayat penggunaan cairan pembersih vagina (vaginal douche)[8,9]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien endometritis di antaranya:

  • Demam
  • Takikardia
  • Pada kondisi berat, keadaan umum pasien terlihat lemah
  • Nyeri abdomen bawah
  • Nyeri tekan pada uterus atau adneksa uterus
  • Nyeri goyang serviks
  • Lochia yang berbau[8,9]

Pada endometritis kronis, pasien juga dapat mengeluhkan abortus rekuren, infertilitas, atau perdarahan uterus abnormal.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari endometritis di antaranya adalah appendicitis akut, infeksi saluran kemih, atau septic pelvic thrombophlebitis.

Appendicitis Akut

Appendicitis akut biasanya diawali dengan nyeri ulu hati dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah, disertai dengan mual dan demam ringan. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri pada titik Mcburney, nyeri lepas tekan, tanda Rovsing, dan tanda Psoas. Pada pemeriksaan rectal touche, terdapat nyeri pada arah jam 10-11.

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil, terdapat rasa tidak tuntas setelah buang air kecil, dan dapat disertai dengan demam dan nyeri perut bawah. Pada pemeriksaan urine lengkap dan kultur urine, dapat ditemukan bakteri.

Septic Pelvic Thrombophlebitis

Septic pelvic thrombophlebitis merupakan infeksi pada pelvis melalui pleksus vena, yang dapat melibatkan vena ovarium dan vena cava. Gejalanya adalah nyeri menetap, leukositosis, dan demam yang terus meninggi walaupun sudah diberikan antibiotik adekuat. Trombus pada pleksus dapat diketahui dengan pemeriksaan CT Scan maupun MRI.[8]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada endometritis terutama bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan konfirmasi diagnosis endometritis kronis. Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan terutama adalah biopsi dan pemeriksaan radiologis.

Biopsi

Pemeriksaan biopsi digunakan untuk konfirmasi diagnosis, terutama pada kasus endometritis kronis. Endometritis akut ditandai dengan adanya infiltrasi neutrofil pada kelenjar endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel limfosit dan sel plasma di dalam stroma endometrium pada pemeriksaan biopsi.[3]

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvis sebaiknya dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotik selama 48-72 jam. Pemeriksaan ini terutama bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti septic pelvic thrombophlebitis.

Pemeriksaan USG abdomen dan pelvis tidak terlalu bermanfaat secara klinis karena dapat ditemukan normal pada pasien endometritis. Selain itu, hasil abnormal juga dapat menyerupai gambaran pada hematoma intrauterine atau sisa produk konsepsi.[1]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap pada endometritis menunjukkan leukositosis dengan shift to the left. Walau demikian, pada pasien postpartum, leukositosis dapat bersifat fisiologis. Pemeriksaan darah lengkap juga bermanfaat untuk melihat ada tidaknya anemia yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya endometritis pada pasien.

Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram dari duh vagina bermanfaat untuk mengeksklusi diagnosis endometritis. Nilai prediksi negatif dari pewarnaan Gram untuk endometritis mencapai 95% jika tidak ditemukan sel nanah (pus cells) pada hasil pewarnaan Gram.

Kultur

Kultur cairan endoservikal tidak terlalu membantu dalam menegakkan diagnosis endometrium karena bisa terkontaminasi oleh flora normal. Kultur darah pada pasien endometritis memiliki tingkat spesifisitas yang rendah, sekitar 10-30%.

Referensi

1. Rivlin ME, Alderman E, Chandran L, Simmons GT. Endometritis. Medscape, 2019. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/254169-overview#a1
3. King AE, Fleming DC, Critchley HO, Kelly RW. Differential expression of the natural antimicrobials, beta-defensins 3 and 4, in human endometrium. J Reprod Immunol. 2003;59:1–16.
8. Dalton E, Castillo E. Post partum infections: A review for the Non-OBGYN. Obstet Med. 2014 Sep; 7(3): 98-102.
9. JDC Ross. What is endometritis and does it require treatment? BMJ journal. 2004; 80:251-251.

Epidemiologi Endometritis
Penatalaksanaan Endometritis

Artikel Terkait

  • Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
    Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
Diskusi Terkait
dr. Irene Cindy Sunur
20 Januari 2022
Artikel SKP - Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
1 Balasan
ALO Dokter!Selama ini masih ada perdebatan mengenai jenis antibiotik yang paling tepat diberikan untuk pasien penyakit radang panggul. Regimen antibiotik...
dr. Jeffry Kristiawan
08 Oktober 2018
Berbagi kasus PID dengan retensio urine dan hidronefrosis
Oleh: dr. Jeffry Kristiawan
4 Balasan
seorang wanita 49 tahun dengan keluhan awal nyeri perut sejak 6 hari lalu. nyeri dirasakan di perut bagian bawah disertai adanya keputihan berbau.vital sign...
dr. Firda Jusela
27 September 2018
apakah bisa terapi ozon untuk pengobatan salphingitis?
Oleh: dr. Firda Jusela
2 Balasan
selamat siang docs, ingin bertanya.ada user yang menanyakan mengenai terapi ozon untuk pengobatan salphingitis. apakag sudah ada di indonesia dan apakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.