Diagnosis Endometritis
Diagnosis endometritis utamanya ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, dapat ditemukan demam, nyeri perut bawah, dan lochia berbau. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri tekan pada uterus dan adneksa uterus.
Pemeriksaan penunjang bermanfaat untuk eksklusi diagnosis banding dan konfirmasi diagnosis, terutama pada kasus endometritis kronis. Endometritis kronis merupakan kondisi yang sulit didiagnosis dan hanya dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologis pada biopsi endometrium.
Anamnesis
Demam setelah persalinan biasanya merupakan tanda pertama endometritis. Demam setelah persalinan dinamakan puerperal fever yang dapat dibagi menjadi cepat (bila terjadi dalam waktu 24-48 jam post partum) dan lambat (bila terjadi dalam waktu > 48 jam post partum). Endometritis pasca persalinan juga dapat menyebabkan keluhan berikut ini:
- Lochia yang berbau
- Demam
- Menggigil
- Nyeri perut bawah
Pada endometritis yang tidak berhubungan dengan persalinan, perlu juga ditanyakan mengenai keluhan berikut ini:
- Perdarahan per vagina yang abnormal
- Keputihan abnormal
- Nyeri saat berhubungan intim (dyspareunia)
- Nyeri saat buang air kecil (dysuria)
- Malaise
Selain keluhan pasien, hal-hal yang dapat ditanyakan saat anamnesis di antaranya adalah:
- Usia
- Riwayat seksual, termasuk riwayat berganti-ganti pasangan seksual
- Riwayat obstetrik, termasuk jumlah anak, cara persalinan, riwayat keguguran, riwayat ketuban pecah dini
- Siklus haid
- Riwayat kontrasepsi
- Riwayat penyakit menular seksual
-
Riwayat penggunaan cairan pembersih vagina (vaginal douche)[8,9]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien endometritis di antaranya:
- Demam
- Takikardia
- Pada kondisi berat, keadaan umum pasien terlihat lemah
- Nyeri abdomen bawah
- Nyeri tekan pada uterus atau adneksa uterus
- Nyeri goyang serviks
- Lochia yang berbau[8,9]
Pada endometritis kronis, pasien juga dapat mengeluhkan abortus rekuren, infertilitas, atau perdarahan uterus abnormal.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari endometritis di antaranya adalah appendicitis akut, infeksi saluran kemih, atau septic pelvic thrombophlebitis.
Appendicitis Akut
Appendicitis akut biasanya diawali dengan nyeri ulu hati dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah, disertai dengan mual dan demam ringan. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri pada titik Mcburney, nyeri lepas tekan, tanda Rovsing, dan tanda Psoas. Pada pemeriksaan rectal touche, terdapat nyeri pada arah jam 10-11.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil, terdapat rasa tidak tuntas setelah buang air kecil, dan dapat disertai dengan demam dan nyeri perut bawah. Pada pemeriksaan urine lengkap dan kultur urine, dapat ditemukan bakteri.
Septic Pelvic Thrombophlebitis
Septic pelvic thrombophlebitis merupakan infeksi pada pelvis melalui pleksus vena, yang dapat melibatkan vena ovarium dan vena cava. Gejalanya adalah nyeri menetap, leukositosis, dan demam yang terus meninggi walaupun sudah diberikan antibiotik adekuat. Trombus pada pleksus dapat diketahui dengan pemeriksaan CT Scan maupun MRI.[8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada endometritis terutama bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan konfirmasi diagnosis endometritis kronis. Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan terutama adalah biopsi dan pemeriksaan radiologis.
Biopsi
Pemeriksaan biopsi digunakan untuk konfirmasi diagnosis, terutama pada kasus endometritis kronis. Endometritis akut ditandai dengan adanya infiltrasi neutrofil pada kelenjar endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel limfosit dan sel plasma di dalam stroma endometrium pada pemeriksaan biopsi.[3]
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvis sebaiknya dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotik selama 48-72 jam. Pemeriksaan ini terutama bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti septic pelvic thrombophlebitis.
Pemeriksaan USG abdomen dan pelvis tidak terlalu bermanfaat secara klinis karena dapat ditemukan normal pada pasien endometritis. Selain itu, hasil abnormal juga dapat menyerupai gambaran pada hematoma intrauterine atau sisa produk konsepsi.[1]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap pada endometritis menunjukkan leukositosis dengan shift to the left. Walau demikian, pada pasien postpartum, leukositosis dapat bersifat fisiologis. Pemeriksaan darah lengkap juga bermanfaat untuk melihat ada tidaknya anemia yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya endometritis pada pasien.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dari duh vagina bermanfaat untuk mengeksklusi diagnosis endometritis. Nilai prediksi negatif dari pewarnaan Gram untuk endometritis mencapai 95% jika tidak ditemukan sel nanah (pus cells) pada hasil pewarnaan Gram.
Kultur
Kultur cairan endoservikal tidak terlalu membantu dalam menegakkan diagnosis endometrium karena bisa terkontaminasi oleh flora normal. Kultur darah pada pasien endometritis memiliki tingkat spesifisitas yang rendah, sekitar 10-30%.