Penatalaksanaan Endometritis
Sebagian besar kasus endometritis akan membaik dengan penatalaksanaan adekuat berupa pemberian antibiotik spektrum luas dalam waktu 48-72 jam. Pada kondisi penyebaran infeksi walaupun sudah diterapi dengan antibiotik yang adekuat, maka tindakan pembedahan seperti histerektomi dapat menjadi pilihan.
Pertimbangan Terapi
Pasien endometritis umumnya harus dirawat inap, kecuali pada kasus endometritis ringan dengan riwayat persalinan per vaginam, antibiotik oral dapat diberikan dan pasien dirawat jalan. Pilihan antibiotik untuk endometritis sebaiknya yang bersifat spektrum luas. Jika kondisi tidak membaik setelah pemberian antibiotik selama 48-72 jam, pasien harus dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Selain itu, dokter juga perlu mengevaluasi ada tidaknya komplikasi endometritis, misalnya abses atau peritonitis.
Pada endometritis yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), alat kontrasepsi tersebut sebaiknya dicabut.
Terapi Antibiotik
Pada pasien endometritis ringan dengan riwayat persalinan per vaginam, maka antibiotik dapat diberikan per oral. Sedangkan, pada pasien endometritis dengan riwayat persalinan sectio caesarea, antibiotik harus diberikan secara intravena dan dirawat inap.
Rekomendasi Pemberian Antibiotik untuk Endometritis
Terapi lini pertama yang disarankan untuk endometritis postpartum menurut pedoman klinis Collège National des Gynécologues et Obstétriciens Français (CNGOF) dan Société de Pathologie Infectieuse de Langue Française (SPILF) tahun 2019 adalah amoxicillin-asam klavulanat (amoxiclav) 3-6 gram/hari intravena atau per oral. Pada pasien alergi penisilin, dapat diberikan kombinasi clindamycin 600 gram, 4 kali/hari, dengan gentamicin 5 mg/kgBB, sekali sehari. Terapi diberikan hingga 48 jam tidak demam dan nyeri pelvis mereda. Pasien yang mengalami septic thrombophlebitis perlu diberikan terapi heparin selama 5 minggu atau lebih jika terdapat faktor risiko trombotik atau emboli.
Di Indonesia sendiri, penanganan endometritis mengacu pada Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual tahun 2016 berupa terapi empiris untuk gonorrhea, klamidia, dan bakteri anaerob (tabel 1 dan 2). Pasien sebaiknya dirawat inap jika setelah 72 jam diberikan terapi rawat jalan tidak menunjukkan perbaikan. Rawat inap juga dipertimbangkan pada kondisi berikut ini:
- Diagnosis tidak dapat dipastikan
- Indikasi bedah darurat
- Dugaan abses rongga panggul
- Penyakit dinilai akan bertambah parah bila rawat jalan
- Pasien sedang hamil
- Kepatuhan berobat pasien buruk
Tabel 1. Terapi Rawat Jalan Endometritis
Terapi Empiris | Pilihan Antibiotik |
Gonorrhea | Cefixime 1x400 mg/hari, per oral, selama 5 hari |
Kanamicin 2 gram/hari, injeksi intramuskuler, dosis tunggal | |
Ceftriaxon 250 mg/hari, injeksi intramuskuler, dosis tunggal | |
Klamidia | Doxycycline 2x100 mg/hari, per oral, selama 14 hari |
Erithromycin 4x500 mg/hari, per oral, selama 14 hari | |
Bakteri anaerob | Metronidazole 2x500 mg/hari, per oral, selama 14 hari |
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.[7]
Tabel 2. Terapi Rawat Inap Endometritis
Terapi Empiris | Pilihan Antibiotik |
Gonorrhea | Cefixime 1x400 mg/hari, per oral, selama 5 hari |
Kanamicin 2 gram/hari, injeksi intramuskuler, dosis tunggal | |
Ceftriaxon 250 mg/hari, injeksi intramuskuler, dosis tunggal | |
Klamidia | Doxycycline 2x100 mg/hari, per oral, selama 14 hari |
Erithromycin 4x500 mg/hari, per oral, selama 14 hari | |
Bakteri anaerob | Metronidazole 2x500 mg/hari, per oral atau intravena, selama 14 hari |
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual. 2016.[7]
Untuk terapi rawat inap, pengobatan dilakukan sampai sekurangnya 2 hari sesudah pasien menunjukkan perbaikan kemudian dilanjutkan dengan pilihan obat berikut ini:
- Doxycycline 2x100 gram/hari, per oral, selama 14 hari
- Tetracycline 4x500 mg/hari, per oral, selama 14 hari
Terapi Antibiotik Profilaksis
Untuk mengurangi risiko terjadinya endometritis, antibiotik profilaksis perlu diberikan sebelum operasi sectio caesarea. Pilihan antibiotik yang disarankan adalah terapi tunggal menggunakan sefalosporin generasi pertama atau kedua, misalnya cefazoline. Walau demikian, saat ini masih diperlukan penelitian untuk membandingkan efektivitas antara pemberian profilaksis sebelum dan setelah operasi dilakukan.[11]
Selain pemberian antibiotik, profilaksis menggunakan antiseptik vaginal sebelum operasi sectio caesarea juga terbukti menurunkan risiko endometritis.[15]
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan umumnya tidak diperlukan pada endometritis, kecuali pada 2 kondisi berikut ini:
- Terdapat sisa jaringan konsepsi dalam rahim: dilatasi dan kuretase
- Infeksi berat yang tidak merespons terhadap terapi: histerektomi dapat dipertimbangkan untuk menyelamatkan nyawa