Etiologi Restless Legs Syndrome
Berdasarkan etiologi restless legs syndrome (RLS) diklasifikasikan menjadi 2 kategori yakni RLS primer dan RLS sekunder. Penyebab RLS primer adalah berkaitan dengan gangguan pada sistem saraf yang bersifat idiopatik serta berkorelasi dengan kelainan genetik. Umumnya pasien yang mengalami RLS primer memiliki onset usia kurang dari 40 tahun. Melainkan, pada RLS sekunder berkaitan dengan berbagai macam penyebab semisal defisiensi zat besi, penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis, diabetes mellitus dan penyakit tiroid serta penyakit saraf. Jika dilihat dari onsetnya, RLS sekunder terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.[1-8,11,12]
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang membuat pasien berisiko mengalami Restless Legs Syndrome (RLS) diantaranya usia, riwayat penyakit keluarga, defisiensi zat besi, gangguan saraf seperti penyakit Parkinson, hipotiroid dan penyakit kronis seperti diabetes mellitus atau gagal ginjal kronis. Penggunaan obat-obatan psikotropika dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan terjadinya RLS.[1-8,11,12]
Usia
Faktor risiko terjadinya RLS sekunder pada seseorang adalah usia diatas 40 tahun. Usia tersebut terhadap berbagai masalah kesehatan yang timbul seperti diabetes mellitus, gangguan saraf, dan gagal ginjal kronis. Selain itu pada seseorang yang mengalami proses degeneratif akan mengalami perubahan metabolisme dan sistem kardiovaskular yang tentunya memicu terjadinya RLS sekunder.[2-8]
Riwayat Penyakit Keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit keluarga RLS biasanya akan mengalami RLS pada usia kurang dari 40 tahun. Penyakit RLS bersifat herediter dan berkaitan dengan kelainan genetik dalam hal ini varian genetik MEIS1 (Meis homeobox 1) dan BTBD9 (BTB Domain containing 9).[1-3]
Defisiensi Zat Besi
Seseorang yang mengalami anemia defisiensi besi berpotensi mengalami RLS jika tidak segera ditangani dengan baik. Hal ini terjadi karena jika seseorang mengalami kekurangan zat besi akan menimbulkan gangguan pada sistem saraf pusat yang memicu terjadinya RLS.[2-4,6] Pada kehamilan trimester ketiga berkaitan dengan kebutuhan zat besi yang meningkat dan mengakibatkan defisiensi zat besi yang berpotensi menjadi RLS. Namun, terjadinya RLS pada kehamilan trimester ketiga masih jadi perdebatan hingga saat ini.[1-3]
Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi sehingga terjadi gangguan metabolisme dopamin di sistem saraf pusat yang berakibat terjadinya RLS. Selain itu terdapat hipotesis bahwa kadar ureum tinggi menyebabkan neuropati perifer dan peningkatan serum kalsium memicu terjadinya RLS pada pasien gagal ginjal kronis.[1-3,19]
Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus menyebabkan komplikasi ke sistem saraf pusat. Dimana adanya gangguan pada sistem saraf ini berpotensi menimbulkan RLS. Selain itu, pada seseorang yang mengalami diabetes berpotensi terjadinya penyakit ginjal, diabetes atau nefropati diabetes yang kemudian menimbulkan RLS.[1-3,20]
Gangguan Saraf
Gangguan saraf seperti penyakit Parkinson merupakan salah satu faktor risiko terjadinya RLS, hal ini terjadi karena secara patofisiologi dimana adanya disfungsi proses pada sistem dopaminergik sistem saraf pusat menyebabkan seseorang dapat mengalami RLS.[1-3,20]
RLS yang Diinduksi Obat
Penggunaan obat seperti fluoxetine, carbidopa, L-thyroxine, olanzapine dan tramadol dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko RLS. Selain itu penggunaan obat dopaminergik pada pasien Parkinson juga akan meningkatkan resiko RLS. Penggunaan obat-obatan tersebut dalam jangka panjang menyebabkan gangguan pada pusat dopaminergik di otak.[1-3]
Hipotiroid
Mekanisme terjadinya Restless Leg Syndrome pada hypotiroid adalah terjadi gangguan hormon tiroid yang kemudian menyebabkan ketidakseimbangan antara sistem dopaminergik agonis dan hormon tiroid dalam tubuh.[1-3,8,13] Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., yang menggunakan metode kuesioner Cambridge Hopkins, membandingkan antara pasien yang menderita RLS dengan pasien tanpa RLS. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil subjek yang menderita hipotiroid memiliki angka prevalensi RLS sebesar 22.3% (59 orang) dan non hipotiroid sebesar 13.8% (44 orang). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi RLS meningkat pada pasien yang menderita hipotiroid.[21]