Prognosis Cedera Otak Traumatik
Prognosis cedera otak traumatik tergantung pada keparahan benturan. Angka morbiditas dan mortalitas pasien cedera otak traumatik berat tinggi yakni masing-masing 38% dan 29%.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemui pada cedera otak traumatik antara lain:
- Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur basis kranii
- Meningitis
- Serangan kejang
- Hidrosefalus akubat perdarahan subaraknoid
- Cedera saraf kranial
- Higroma subdural
- Chronic subdural hematoma
- Disfungsi pituitari akibat fraktur basis kranii anterior [11]
Komplikasi cedera otak traumatik dapat bertahan jangka panjang. Komplikasi tersebut menjadi beban tersendiri karena muncul menjadi sekuele antara lain:
Post traumatic stress disorder, paling sering pada cedera otak traumatik yang berhubungan dengan ledakan.[4]
- Gangguan kognitif, sekuele yang sering ditemukan bahkan pada cedera otak traumatik ringan sebanyak 65%. Gangguan kognitif menyebabkan pasien kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya di rumah maupun di tempat kerja.[12]
- Gangguan tidur dikeluhkan oleh 50% pasien yang pernah mengalami cedera otak traumatik. Prevalensi insomnia, hipersomnia dan sleep apnea lebih tinggi masing 19%, 18%, dan 23% pada pasien yang mengalami cedera otak traumatik dibandingkan populasi normal.[13]
Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE) yaitu kelainan neuropatologis yang ditemukan pada autopsi yang berhubungan dengan gangguan mood, gangguan perilaku, dan gangguan kognitif yang pada awalnya ditemukan dalam seri kasus pada pemain American football. CTE dihubungkan dengan cedera otak traumatik ringan yang repetitif.[14]
Prognosis
Angka morbiditas dan mortalitas pasien cedera otak traumatik berat tinggi yakni masing-masing 38% dan 29%. Sementara pada pasien cedera otak traumatik ringan tanpa kelainan pada CT-Scan prognosisnya membaik dalam 24 jam dimana pasien sudah dapat kembali orientasi penuh. Gejala gegar otak (post concussive) yakni gejalan somatik (nyeri kepala, pusing), gejala kognitif (gangguan memori dan pemusatan perhatian), dan gejala emosional (iritabilitas, depresi) berangsur-angsur pulih hingga dalam 12 minggu. Walaupun pemulihan mencapai 12 minggu, namun pada umumnya pasien dapat kembali bekerja dalam waktu 1 bulan.[15]