Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Cedera Otak Traumatik karyanti 2022-08-29T14:52:02+07:00 2022-08-29T14:52:02+07:00
Cedera Otak Traumatik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Cedera Otak Traumatik

Oleh :
dr.Samuel Bungaran Partahi Saud Manalu
Share To Social Media:

Prognosis cedera otak traumatik derajat berat tidak baik dengan resiko kematian hingga 30% berdasarkan beberapa penelitian.

Komplikasi

Secara umum komplikasi yang sering dijumpai pada cedera otak traumatik adalah gangguan kognitif, kesulitan mengolah rangsang sensori dan komunikasi, kejang, hidrosefalus, kebocoran cairan serebrospinal, cedera pembuluh darah ataupun jaringan saraf, tinnitus, gagal organ dan politrauma.[23]

Venous Thromboembolism (VTE)

Venous thromboembolism (VTE) merupakan komplikasi sistemik yang paling ditakuti pada pasien poli-trauma terutama mereka yang juga mengalami cedera otak traumatik. meskipun demikian sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa resiko VTE lebih tinggi pada mereka dengan poli-trauma dan cedera otak traumatik. Upaya pencegahan seperti pemberian kemoprofilaksis pada pasien-pasien trauma terbukti mengurangi angka kejadian deep vein thrombosis (DVT) namun tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi emboli paru.[28]

Komplikasi Neurologis

Adapun komplikasi neurologis yang mungkin dialami pasien cedera otak traumatik meliputi defisit neurologis fokal, defisit neurologis global, kejang, fistula cairan serebrospinal, hidrosefalus, cedera pembuluh darah dan mati otak.

Defisit Neurologis Fokal:

Defisit neurologis fokal yang terjadi pada umumnya terkait gangguan pada saraf kranial yang berada pada dasar tengkorang. akselerasi dan deselerasi yang terjadi pada proses trauma mengakibatkan pergeseran hingga peregangan pada saraf-saraf kranial.

Hidrosefalus:

Hidrosefalus merupakan komplikasi cedera otak traumatik yang biasanya terjadi belakangan. Hidrosefalus pasca-trauma biasanya dipresentasikan dengan gambaran ventriculomegaly dengan atau tanpa peningkatan tekanan intrakranial. Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial umumnya mengalami gejala sakit kepala, gangguan penglihatan, mual/muntah dan gangguan kesadaran. Sedangkan mereka dengan tekanan intrakranial normal umumnya mengalami gejala gangguan memori, gait ataxia dan inkontinensia urine.[28]

Kejang:

Kejang pasca-trauma merupakan salah satu komplikasi yang sering dialami pasien dengan cedera otak traumatik. Kejang akibat kondisi ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: kejang dalam 24 jam pertama setelah trauma, kejang antara 1-7 hari setelah trauma dan kejang lebih dari 7 hari setelah trauma. Kejang pasca-trauma umumnya terjadi pada pasien cedera otak penetrasi dimana hampir setengah dari pasien ini mengalami kejang.[28]

Fistula Serebrospinal:

Fistula cerebrospinal biasanya ditunjukkan dengan gejala rinore atau otore yang muncul pada 5-10% dari pasien cedera otak traumatik. Biasanya gejala ini terjadi segera setelah trauma atau beberapa saat setelahnya. Komplikasi ini lebih sering diderita oleh pasien dengan fraktur basis kranium.[28]

Cedera Pembuluh Darah:

Cedera pembuluh darah merupakan sekuel yang juga sering terjadi pada pasien dengan cedera otak traumatik. Cedera yang sering terjadi berupa transeksi arteri, fenomena tromboembolik, aneurisma pasca-trauma, diseksi dan fistula carotid-cavernous.[28]

Mati Otak:

Kematian awalnya didefinisikan pada pasien yang mengalami apnea dan tidak adanya denyut nadi. Namun, saat ini kematian lebih didefinisikan sebagai suatu proses dibandingkan peristiwa sesaat. Kurangnya aliran darah ke otak dapat mengakibatkan gangguan bahkan hilangnya kesadaran. Pasien cedera otak traumatik dapat mengalami komplikasi ini meskipun mereka belum apnea atau jantung berhenti berdetak. Hal ini karena pada keadaan cedera otak berat yang mengganggu perfusi darah ke otak, organ somatik maupun jaringan ikat masih dapat bertahan lebih lama.[28]

Komplikasi Psikiatri

Penderita cedera otak traumatik memiliki kemungkinan menderita komplikasi berupa depresi, dysthymia, gangguan bipolar, gangguan cemas menyeluruh, gangguan panic, fobia, obsessive-compulsive disorder (OCD), posttraumatic stress disorder (PTSD), ketergantungan obat dan skizofrenia.

Terdapat berbagai faktor yang mungkin menyebabkan sekuele neuropsikiatri pada pasien cedera otak traumatik, seperti jenis cedera, diagnosis psikiatri sebelumnya, sosiopati, gangguan perilaku, dukungan sosial, penyalahgunaan obat, gangguan saraf yang diidap dan usia.[23]

Post Traumatic Stress Disorder:

Post traumatic stress disorder paling sering pada cedera otak traumatik yang berhubungan dengan ledakan.[38]

Gangguan kognitif, sekuele yang sering ditemukan bahkan pada cedera otak traumatik ringan sebanyak 65%. Gangguan kognitif menyebabkan pasien kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya di rumah maupun di tempat kerja.

Gangguan Tidur:

Gangguan tidur dikeluhkan oleh 50% pasien yang pernah mengalami cedera otak traumatik. Prevalensi insomnia, hipersomnia dan sleep apnea lebih tinggi masing 19%, 18%, dan 23% pada pasien yang mengalami cedera otak traumatik dibandingkan populasi normal.[23]

Prognosis

Pada pasien dengan derajat sedang sekitar 60% akan mengalami perbaikan yang positif dengan estimasi 25% yang lain akan mengalami kecacatan sedang. Kematian atau keadaan vegetatif yang persisten biasanya terjadi pada 7-10% kasus. Sisanya pasien akan mengalami kecacatan derajat berat.[22]

Pasien dengan derajat berat akan mengalami luaran yang berat pula. Hanya sekitar 25 hingga 33% dari mereka yang akan mengalami perbaikan positif. Sekitar seperenam pasien akan mengalami kecacatan derajat sedang dan berat dengan kecacatan sedang sedikit lebih banyak. Sekitar 33% dari pasien ini tidak akan selamat dan sisanya akan mengalami keadaan vegetatif yang persisten.[22]

Prediction Models

Saat ini telah tersedia beberapa prediction models yang digunakan untuk menilai luaran dan prognosis dari pasien-pasien dengan cedera otak traumatik. Dua diantaranya yang telah divalidasi dengan jumlah pasien yang besar adalah sebagai berikut:

  • The Corticosteroid Randomisation After Significant Head Injury (CRASH) prediction model yang dihasilkan dari penelitian klinis yang luas tentang penggunaan glukokortikoid pada pasien dengan cedera otak traumatik yang melibatkan 10008 subjek dari negara-negara berpendapatan tinggi, menengah dan rendah. Variabel-variabel yang dinilai dalam model ini adalah asal negara, usia, GCS, refleks pupil, adanya cedera ekstrakranial yang signifikan dan temuan spesifik pada CT scan[40]

  • The International Mission for Prognosis and Analysis of Clinical Trials TBI (IMPACT) prediction model yang dikembangkan dari data 8509 pasien dari 11 penelitian dengan variabel-variabel seperti: usia, GCS dan refleks pupil sebagai variabel klinis inti dan hipoksia, hipotensi, Marshall CT grade dan temuan CT lainnya serta kadar gula dan hemoglobin[41]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon

Referensi

20. Traumatic Brain Injury – Causes, Symptoms and Treatments. American Association of Neurological Surgeons. 2020.
21. Ahmed S, Venigalla H, Mekala HM, Dar S, Hassan M, Ayub S. Traumatic brain injury and neuropsychiatric complications. Indian J Psychol Med. 2017;39(2):114–21.
26. David A Olson. Head injury. Medscape. 2018.
38. MRC CRASH Trial Collaborators, Perel P, Arango M, et al. Predicting outcome after traumatic brain injury: practical prognostic models based on large cohort of international patients. BMJ 2008; 336:425.
39. Schutzman S. Patient education: Head injury in children and adolescents (Beyond the Basics). Uptodate. 2021.
41. Steyerberg EW, Mushkudiani N, Perel P, et al. Predicting outcome after traumatic brain injury: development and international validation of prognostic scores based on admission characteristics. PLoS Med 2008; 5:e165; discussion e165.

Penatalaksanaan Cedera Otak Trau...
Edukasi dan Promosi Kesehatan Ce...

Artikel Terkait

  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
    Intubasi pada Pasien Penurunan Kesadaran
  • Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
    Anak Muntah Setelah Cedera Kepala: Perlu CT Scan atau Tidak
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
  • Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii
    Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi pada Fraktur Basis Cranii

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.dr Ahmad krinein
Dibalas 14 April 2025, 09:18
Apa pertolongan pertama (berupa obat) pada pasien dengan cidera kepala GCS 10
Oleh: dr.dr Ahmad krinein
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien cidera kepala dfn gcs 10 untuk pertolongan pertama apa obat yv saya kasih
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 13:27
Vitamin C untuk Cephalhematoma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien perempuan usia 53 tahun datang ke IGD dengan benjolan Cephalhematoma di regio ocipitalis dengan ukuran 7x7 cm setelah...
Anonymous
Dibalas 24 Juli 2024, 10:03
Reflek cahaya negatif pada pasien GCS E1V ETT M4
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi. Pasien laki-laki usia 40 tahun post kraniotomi evakuasi perdarahan ec ICH. 2 jam post op TD menurun 50/32 mmHg, diberikan dobutamin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.