Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Campak general_alomedika 2022-07-15T14:10:17+07:00 2022-07-15T14:10:17+07:00
Campak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Campak

Oleh :
dr.Gloscindy Arma Occifa
Share To Social Media:

Diagnosis campak atau measles atau rubeola didapat dari karakteristik gejala demam, coryza, konjungtivitis, dan koplik spot yang dilanjutkan dengan ruam makulopapular khas. Periode paling menular dalam infeksi campak adalah 5 hari sebelum dan 4 hari setelah ruam muncul.[23]

Anamnesis

Anamnesis pada infeksi campak diawali dengan riwayat kontak dengan penderita campak ataupun bepergian ke wilayah yang berstatus kejadian luar biasa (KLB) campak pada masa inkubasi. Selain itu, tanda dan gejala klinis yang khas seperti keluhan demam, batuk, pilek, dan ruam harus ditanyakan.[2,4,5,23]

Selain itu, pasien juga dapat mengeluh mual, muntah, dan diare, sehingga pada keadaan ini, selain menanyakan gejala, tenaga kesehatan juga harus menilai status hidrasi pasien.[21]

Fase Inkubasi

Fase inkubasi infeksi campak dimulai dari paparan hingga muncul gejala prodromal berkisar antara 11 sampai 12 hari dan waktu dari paparan hingga timbul rash 7 sampai 21 hari, rata-rata 14 hari. Pada fase ini, pasien bisa tidak mengalami keluhan atau mengalami keluhan demam, konjungtivitis dan ruam.[2,4,5]

Fase Prodromal

Gejala pada fase prodromal campak berlangsung selama 2 sampai 4 hari. Gejala tersebut meliputi keluhan demam yang semakin tinggi, minimal salah satu dari 3c, yaitu cough, coryza, conjunctivitis. Muncul koplik spot membran mukosa terutama di bagian dalam pipi.[2,5]

Identifikasi gejala prodromal infeksi campak, pada saat anamnesis dapat ditanyakan mengenai gejala yang dirasakan pasien seperti demam, batuk, pilek; mata merah, berair, dan fotofobia. Adanya koplik spot dapat ditanyakan mengenai bercak putih seperti garam dengan dasar kemerahan di dalam mulut.[2,5]

Tanda koplik spot merupakan tanda patognomonik yang hanya muncul pada campak sebelum ruam makulopapular muncul, sehingga sangat penting mengidentifikasi hal ini dalam usaha diagnosis campak.[23]

Fase Exanthema

Gejala selanjutnya pada infeksi campak di fase exanthema adalah ruam makulopapular yang muncul 2 sampai 4 hari dari onset demam dan berlangsung selama 5 sampai 6 hari. Saat anamnesis dapat ditanyakan mengenai munculnya bintik-bintik merah yang bermula pada garis rambut atau belakang telinga kemudian menyebar ke wajah dan leher bagian atas. Setelah 3 hari, bintik merah tersebut menyebar hingga ekstremitas.[2,5]

Ruam ini kemudian akan menghilang sesuai dengan urutan bagian tubuh yang pertama kali muncul.[23]

Hal lain yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis adalah adanya penurunan nafsu makan serta riwayat vaksinasi campak sebelumnya.[5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik khas pada infeksi campak sebenarnya mulai dapat diidentifikasi mulai fase prodromal, yaitu munculnya demam, cough, coryza, dan konjungtivitis. Selain itu, pada fase exanthema dapat muncul ruam makulopapular, limfadenopati, dan splenomegali.[1,2,5,23]

Selain pemeriksaan ini, pemeriksaan menyeluruh mengenai status hidrasi pasien juga sangat diperlukan, terutama pada mereka yang datang dengan mual dan muntah serta diare.[21]

Demam

Demam pada infeksi campak dapat mencapai suhu ≥38°C. Demam biasanya bertambah tinggi sampai hari ke 4 sampai 6 dari onset gejala, kemudian perlahan turun.[1,24]

Koplik Spot

Koplik spot muncul sebagai plak putih kecil kebiruan pada mukosa bukal. Koplik spot terdapat pada 70% kasus campak dan dianggap sebagai tanda patognomonik campak. Koplik spot muncul 1-2 hari sebelum timbul rash dan mungkin berlangsung 1-2 hari setelah timbul rash.[2]

Ruam Makulopapular

Ruam makulopapular adalah khas pada campak. Lesi makulopapular ini muncul dari muka atau belakang telinga, kemudian menyebar secara sefalokaudal ke leher, dada, abdomen, kemudian ke ekstremitas. Pada awalnya lesi memucat dengan tekanan menggunakan ujung jari. Sekitar 3 sampai 4 hari kemudian sebagian besar lesi tidak memucat dengan tekanan. Ruam akan memudar dengan urutan sama seperti kemunculannya.[2,5]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding infeksi campak sebelum muncul ruam makulopapular adalah penyakit pernapasan oleh sebab virus lain seperti influenza, atau common cold.[11,12]

Sedangkan setelah ruam makulopapular muncul, diagnosis banding campak adalah penyakit lain dengan gejala demam dan ruam makulopapular yaitu demam dengue, penyakit Kawasaki, roseola atau exanthema subitum, rubella, atau enterovirus.[11,12]

Demam Dengue

Demam dengue disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae. Infeksi campak dan dengue sama-sama memiliki manifestasi klinis demam dan ruam makulopapular. Hal yang membedakan adalah pada infeksi campak disertai gejala infeksi saluran pernapasan bagian bawah berupa batuk dan pilek, serta munculnya koplik spot. Sedangkan pada dengue disertai gejala nyeri kepala, myalgia, muntah, dan dapat muncul perdarahan pada dengue haemorrhagic fever (DHF).[12,13]

Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki merupakan penyakit demam akut pada masa kanak-kanak yang ditandai dengan vaskulitis arteri ekstra parenkim, berukuran sedang, dan dengan predileksi pada arteri koroner. Penyakit Kawasaki memiliki manifestasi klinis yang serupa dengan infeksi campak yaitu berupa demam, konjungtivitis non purulen, dan ruam makulopapular.[12,14,15]

Akan tetapi, penyakit Kawasaki tidak memiliki gejala pada sistem pernapasan melainkan terdapat gejala seperti edema pada tangan dan kaki yang disertai deskuamasi, bibir merah dan pecah-pecah, strawberry tongue, eritema pada mukosa oral dan faringeal, serta limfadenopati servikal.[12,14,15]

Roseola (Exanthema Subitum)

Roseola infantum atau exanthema subitum adalah infeksi virus akut pada bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh virus herpes-6 dan 7. Seperti infeksi campak, roseola juga ditandai dengan adanya demam, gejala sistem pernapasan bagian bawah, dan ruam makulopapular.[12,16]

Demam pada roseola bahkan dapat mencapai ≥40°C dan berlangsung selama 3-5 hari. Namun, ruam roseola muncul setelah demam turun dimulai dari badan menyebar ke lengan, leher, wajah, dan tungkai.[12,16]

Rubella

Rubella disebabkan oleh togavirus dengan RNA berselubung. Hal yang membedakan rubella dengan infeksi campak adalah pada rubella ruam makulopapular muncul 1-3 hari setelah onset gejala prodromal yang sama dengan campak. Ruam tersebut muncul dimulai dari wajah kemudian menyebar secara sefalokaudal. Selain itu, pada rubella juga dapat dijumpai petekie pada palatum mole (Forchheimer spot).[12,17]

Enterovirus

Infeksi enterovirus atau penyakit tangan kaki mulut (PTKM) juga dapat menimbulkan gejala yang menyerupai campak yaitu demam dan ruam makulopapular pada anak. Tetapi rash pada infeksi enterovirus dimulai dari wajah kemudian menyebar ke badan dan ekstremitas.[12,17]

Erupsi Obat

Erupsi obat dapat memiliki manifestasi menyerupai ruam pada campak. Akan tetapi, ruam yang timbul pada erupsi obat dapat dibedakan dengan melakukan anamnesis mengenai adanya konsumsi obat tertentu sebelumnya. Selain itu, ruam pada erupsi obat biasanya akan menghilang setelah menghentikan penggunaan obat tersebut.[23]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada infeksi campak dilakukan untuk menemukan mendeteksi antibodi IgM spesifik virus campak dan melihat gambaran klinis trombositopenia, leukopenia, serta pencitraan toraks untuk melihat adanya pneumonia interstitial.[2,4,18]

Penegakkan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan serologis, namun karena keterbatasan sumber daya dan manifestasi klinis yang khas pada campak, gambaran klinis saja sudah cukup untuk melakukan diagnosis.[2,4,18]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk infeksi campak meliputi pemeriksaan spesifik yaitu serologi dan real-time polymerase-chain-reaction (RT-PCR) serta pemeriksaan tidak spesifik.

Serologi:

Pemeriksaan serologi dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) digunakan untuk mendeteksi keberadaan IgM spesifik virus campak. Pemeriksaan serologi memiliki sensitivitas 83-89% dan spesifisitas 95-99%. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada hari ke empat setelah muncul rash.[2,11]

Real-time Polymerase-chain-reaction (RT-PCR):

Pemeriksaan RT-PCR digunakan untuk mendeteksi adanya RNA virus campak pada urin, darah, cairan oral, sekret orofaring dan nasofaring, cairan serebrospinal, ataupun jaringan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan 3 hari setelah muncul gejala sebelum terbentuk IgM.[2,11]

Pemeriksaan Tidak Spesifik:

Pemeriksaan penunjang tidak spesifik yang dapat dilakukan pada penderita campak adalah pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan tersebut dapat menunjukkan adanya leukopenia, limfopenia, terkadang limfositosis relatif, trombositopenia, dan neutropenia absolut.[11]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada infeksi campak dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi berupa pneumonia. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi rontgen toraks atau CT scan toraks.[19]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Amanda Sonia Arliesta

Referensi

1. Misin A, Antonello RM, Bella SD, Campisciano G, Zanotta N, Giacobbe DR, et al. Measles: An overview of a re-emerging disease in children and immunocompromised patients. Microorganisms. 2020;8:276-291 Doi: 10.3390/microorganisms8020276
2. Strebel PM, Orenstein WA. Measles. The New England Journal of Medicine. 2019;381(4):349-357. Doi: 10.1056/NEJMcp1905181
4. Husada D, Kusdwijono, Puspitasari D, Kartina L, Basuki PS, Ismoedijanto. An evaluation of the clinical features of measles virus infection for diagnosis in children witjin a limited resources setting. BMC Pediatrics. 2020;20(5):1-10. Doi: 10.1186/s12887-020-1908-6
5. CDC. Measles. August 2021. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/meas.html
11. Xavier AR, Rodrigues TS, Santos LS, Lacerda GS, Kanaan S. Clinical, laboratorial diagnosis and prophylaxis of measles in Brazil. J Bras Patol Med Lab. 2019;55(4):390-401. Doi: 10.5935/1676-2444.20190035
12. Manoharan KS, Ramasamy K, Heinz P. Rash with fever in children: A clinical approach. Paediatrics and Child Health. 2017;27(4):196-201. Doi: 10.1016/j.paed.2017.02.003
13. Osmani H. Fatima A, Huneza A, Fatima S. Evaluating the febrile patient with rash in case of dengue, chikungunya and measles in Gandhi Hospital: 2017=2018. International Journal of Contemporary Medical Research. 2019;6(3):C5-C8. Doi: 10.21276/ijcmr.2019.6.3.28
14. Son MBF, Newburger JW. Kawasaki disease. Pediatrics in Review. 2018;39(2):78-90. Doi: 10.1542/pir.2016.0182
15. Buonsenso D. Macchiarulo G, Supino MC, La Penna F, Scateni S, Marchesi A, et al. Laboratory biomarkers to facilitate differential diagnosis between measles and Kawasaki disease in a pediatric emergency room: A retrospective study. Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Diseases. 2018;10(1):1-4. Doi: 10.4084/MJHID.2018.033
16. Bicakci Z, Arvas MH, Bicer C, Akay A, Ustebay S, Ustebay DU. Evaluation of roseola infantum cases in terms of demographic properties and laboratory values. J Pediatr Inf. 2017;11(2):e53-e59. Doi: 10.5578/ced.201717
17. Saffar MJ, Rokni GR, Raeasian M. Pediatric viral exanthema: A review article. J Pediatr Rev. 2017;5(2):1-7. Doi: 10.5812/jpr.9487
18. CDC. Measles (Rubeola). November 2020. https://www.cdc.gov/measles.
19. Albarello F, Cristofaro M, Rizzi EB, Giancola ML, Nicastri E, Schinina V. Pulmonary measles disease: Old and new imaging tools. La Radiologia Medica. 2018;123(S5):1-9. Doi: 10.1007/s11547-018-0919-y
23. Gans H, Maldonado YA. Measles: Clinical manifestations, diagnosis, treatment, and prevention. Uptodate. May 2022.

Epidemiologi Campak
Penatalaksanaan Campak
Diskusi Terkait
Anonymous
05 November 2022
Muncul bintik kemerahan di badan bayi setelah suntik DPT
Oleh: Anonymous
1 Balasan
dok, saya ada kasus bayi 5 BLN habis suntik dpt 3 nya kemarin, terus sekarang pasien nya demam sampe sekarang, trus muncul bintik kecil kemerahan...
Anonymous
13 Februari 2021
Pasien anak usia 11 tahun dengan keluhan demam yang disertai kemerahan di sekujur badan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter,Mohon ijin berdiskusi.Pasien anak berumur 11 tahun, demam 2 hari dan mengeluh nyeri di pergelangan kaki. Di sekujur tubuh pasien juga muncul...
dr.Dian Ayu Ekowati
31 Maret 2020
Terapi untuk menghilangkan ruam secara cepat pada pasien usia 1th yang terdapat ruam kemerahan pada dada hingga punggung
Oleh: dr.Dian Ayu Ekowati
4 Balasan
Selamat sore ts, mohon bertanya. Os usia 1th, bb 10kg. keluhan demam 38,7 sudah 2 hari. Vital sign baik, tidak ada pembesaran kgb, batuk pilek disangkal,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.