Pendahuluan Rubella
Rubella atau disebut juga campak Jerman adalah infeksi virus eksantematosa akut yang disebabkan oleh virus rubella. Kendati sebagian besar kasus infeksi rubella menyebabkan gejala yang ringan dan self limited, penyakit ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius ketika virus rubella menginfeksi janin khususnya pada trimester pertama kehamilan. Infeksi rubella maternal dan sejumlah gejala yang dialami janin akibat gangguan pembentukan organ serta inflamasi sistemik disebut sebagai sindrom rubella kongenital. [1]
Walaupun hingga kini belum diketahui secara pasti apakah terdapat reseptor seluler khusus yang menjadi jalur masuknya virus rubella ke dalam sel, bukti yang ada secara in vitro menunjukkan bahwa protein E1 pada rubella dapat mengikat glikoprotein oligodendrosit mielin (myelin oligondendrocyte glycoprotein/MOG). Kemampuan rubella dalam menginfeksi plasenta disertai adanya patologi saraf yang berkaitan dengan sindrom rubella kongenital (SRK) dan ekspresi MOG pada kedua jenis jaringan tersebut menimbulkan dugaan bahwa MOG adalah reseptor virus rubella. [2]
Pemeriksaan serologi masih menjadi pemeriksaan penunjang ideal untuk memastikan diagnosis infeksi rubella. Hasil yang didapat adalah peningkatan titer imunoglobulin M spesifik rubella sebanyak empat kali lipat atau lebih pada sampel berpasangan yang diambil dengan interval 2 minggu, atau serokonversi imunoglobulin G yang mengisyaratkan adanya infeksi baru. [3]
Sementara itu, diagnosis rubella kongenital dibantu adanya riwayat infeksi rubella maternal atau manifestasi klinis pada janin yang sesuai dengan infeksi rubella kongenital seperti mikrosefali, hepatosplenomegali, limfadenopati, trombositopenia, dan kelainan penglihatan. Konfirmasi diagnosis rubella kongenital kemudian dilakukan melalui pemeriksaan serologi atau virologi melalui pengukuran antibodi terhadap virus rubella dari sampel ibu dan bayi[4].
Hingga kini belum ada terapi spesifik yang terbukti memperpendek perjalanan penyakit rubella. Imunisasi dengan menggunakan vaksin virus rubella yang dilemahkan masih menjadi pendekatan preventif yang berfungsi untuk mencegah infeksi dan komplikasi penyakit rubella. Rasionalisasi penggunaan vaksin adalah untuk mencegah sindrom rubella kongenital melalui pengendalian infeksi rubella pascanatal. [5]