Edukasi dan Promosi Kesehatan Campak
Edukasi dan promosi kesehatan campak (measles) atau rubeola dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien untuk melakukan vaksinasi.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
- Penderita campak harus diisolasi dari orang lain untuk menghindari resiko penularan. Penderita dilarang pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai sekurang-kurangnya empat hari setelah munculnya ruam.
- Penderita campak harus menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik dan tidak menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut yang sama dengan orang lain.
- Wanita hamil, anak penderita kanker atau penderita gangguan imunitas harus menghindari kontak dengan penderita campak. Jika terdapat kontak dengan penderita, sebaiknya segera menghubungi dokter.
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan menjalankan program wajib imunisasi campak berupa BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).

Vaksinasi campak
Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Mumps, Measles, Rubella) dengan dosis 0,5 mL, diberikan secara subkutan.
Menurut jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2017:
-
Vaksin campak diberikan pada anak usia 9 bulan. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah mencapat vaksin MMR. Selanjutnya, vaksin penguat (booster) dapat diberikan saat anak berusia 6-7 tahun.
- Vaksin MMR/MR dapat diberikan pada anak usia 12 bulan yang belum mendapatkan imunisasi campak. Apabila anak sudah mendapat imunisasi campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR dapat diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Selanjutnya vaksin MMR ulangan diberikan pada saat anak berusia 5-6 tahun. [3,5,9]
Menurut jadwal imunisasi rekomendasi WHO tahun 2017:
- Vaksin campak diberikan pada anak usia 9 atau 12 bulan. Vaksin campak diberikan dalam 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Vaksin campak dapat diberikan pada anak usia 6 bulan yang tinggal di daerah endemik campak atau yang berisiko tinggi terkena infeksi campak.
Imunisasi campak tidak dianjurkan pada:
- Ibu hamil
- Anak dengan imunodefisiensi primer
- Pasien tuberkulosis yang tidak diobati
- Pasien kanker atau transplantasi organ
- Pengobatan imunosupresif jangka panjang
- Anak imunokompromais yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak bisa mendapatkan imunisasi campak.
Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) yang dapat terjadi paska vaksinasi campak :
- Demam (5-15% kasus), dimulai sekitar 5-6 hari setelah imunisasi dan dapat berlangsung sekitar 5 hari.
- Ruam (5%), bisa muncul 7-10 hari setelah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari.
- Reaksi berat berupa gangguan sistem saraf pusat (SSP), seperti: ensefalitis dan ensefalopati paska imunisasi. Risiko tersebut dapat terjadi dalam 30 hari sesudah imunisasi, dengan angka kejadian 1 di antara 1.000.000 dosis vaksin. [10]
Reaksi KIPI yang dapat terjadi paska vaksinasi MMR:
- Malaise, demam dan ruam yang terjadi 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung selama 2-3 hari.
- Kejang demam (0,1%) yang terjadi 6-11 hari setelah imunisasi.
- Ensefalitis pada < 1/1.000.000 dosis vaksin. [10]

Gambar: Pasien anak yang menderita campak akibat orang tuanya tidak mengimunisasikan anak