Prognosis Non Alcoholic Fatty Liver
Adanya fibrosis hepar dan sirosis akan memperburuk prognosis non-alcoholic fatty liver atau perlemakan hati non-alkohol. Non-alcoholic fatty liver juga meningkatkan risiko komplikasi karsinoma hepatoseluler.[1-3]
Komplikasi
Non-alcoholic fatty liver yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi non-alcoholic steatohepatitis hingga fibrosis, kemudian sirosis, hingga karsinoma hepatoseluler. Pada tahap sirosis, penderita dapat mengalami asites, varises esofagus, perdarahan varises esofagus, hipertensi portal, hingga gagal jantung.
Non-alcoholic fatty liver juga meningkatkan risiko pasien mengalami penyakit kardiovaskular, obstructive sleep apnea, penyakit ginjal kronik, sindrom ovarium polikistik, dan osteoporosis. Non-alcoholic fatty liver juga meningkatkan risiko perdarahan intraserebral.[22-25]
Prognosis
Prognosis pasien non-alcoholic fatty liver bergantung dari diagnosis spesifik dan progresivitas penyakit. Fibrosis hepar memperburuk prognosis pasien dan meningkatkan angka kematian pasien.
Angka kesintasan pasien dengan non-alcoholic fatty liver adalah 24,2 tahun bergantung pada penyebab yang mendasari dan sudah sampai mana perjalanan penyakit. Non-alcoholic fatty liver yang disebabkan oleh obesitas dan dislipidemia dapat dikendalikan dengan obat-obatan penurun lemak seperti golongan statin dan perbaikan gaya hidup.
Mortalitas meningkat pada tahap fibrosis, sirosis hepar dan kanker hepar. Prognosis juga kurang baik pada kasus yang dipicu oleh gagal jantung (sirosis kardiak). Mortalitas meningkat seiring dengan peningkatan nilai liver stiffness measurement (LSM).[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta