Penatalaksanaan Non Alcoholic Fatty Liver
Penatalaksanaan non-alcoholic fatty liver atau perlemakan hati non-alkohol utamanya modifikasi gaya hidup dan disesuaikan dengan etiologi dan tahap progresinya. Tata laksana terdiri dari modifikasi gaya hidup, medikamentosa, hingga pembedahan.[1-3]
Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup menjadi lini pertama tata laksana non-alcoholic fatty liver. Penderita sebaiknya disarankan untuk cukup istirahat, meningkatkan aktivitas fisik, memperbanyak konsumsi serat, dan membatasi konsumsi lemak. Penderita juga sebaiknya disarankan menghindari konsumsi alkohol.[1-3]
Penurunan Berat Badan
The Asian Pacific Association for the Study of the Liver (APASL) merekomendasikan penurunan berat badan sekitar 7-10% untuk penderita non-alcoholic fatty liver dengan obesitas dan 3-5% pada penderita tanpa obesitas.
Tujuan modifikasi gaya hidup sebaiknya penurunan berat badan perlahan (hingga 1 kg/ minggu) dengan diet hipokalorik (defisit 500-1000 kcal). Perencanaan diet sebaiknya menganjurkan diet rendah karbohidrat, rendah lemak, bahkan diet Mediterranean. Penurunan berat badan ini perlu dipertahankan.[1-3]
Perubahan Diet
Perubahan diet bertujuan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat dan mendorong penurunan berat badan, meliputi :
- Restriksi kalori 500 – 1000 kkal per hari
- Diet rendah karbohidrat (<40-45% karbohidrat)
- Mengganti kalori dengan asam lemak polyunsaturated dan monounsaturated
- Menghindari konsumsi trans fat, atau dibatasi menjadi 7-10%
- Menghindari makanan tinggi kalori dan tinggi gula[1-3]
Aktivitas Fisik
APASL merekomendasikan untuk populasi umum, aktivitas fisik 30 menit per hari olahraga intensitas sedang selama ≥5 hari per minggu atau total ≥150 menit per minggu; atau olahraga intensitas berat selama ≥20 menit per minggu selama ≥3 hari per minggu (≥75 menit/minggu). Latihan ketahanan 2-3 hari per minggu dan latihan kelenturan (fleksibilitas) lebih dari 2 hari per minggu juga direkomendasikan.
Perbaikan diet dan olahraga ini dapat mengurangi kerusakan hepar, mengurangi keluarnya enzim hepar, perlemakan hepar, dan memperbaiki histologi hepar.[1-3]
Medikamentosa
Belum ada medikamentosa yang secara spesifik disetujui FDA dan BPOM untuk non-alcoholic fatty liver. Medikamentosa terutama diarahkan kepada penyakit yang mendasari.
Penanganan Dislipidemia, Resistensi Insulin, dan Hipertensi
Menurut rekomendasi The Asian Pacific Association for the Study of the Liver (APASL) clinical practice guidelines for the diagnosis and management of metabolic associated fatty liver disease, dislipidemia sebaiknya diterapi dengan statin hingga mencapai target. Pedoman ini menyarankan target tekanan darah <130/80 mmHg dan menganggap optimal target kadar HbA1c ≤ 6.5% jika dapat dicapai dengan cara yang aman dan cost-effective.
Obat-obatan yang lebih baru untuk diabetes melitus tipe 2, seperti glucagon-like peptide-1 analogue (GLP-1a) dan sodium glucose cotransporter 2 inhibitors (SGLT2i) telah terbukti memperbaiki sindrom metabolik dan luaran kardiovaskular, dan mungkin berguna untuk tata laksana steatohepatitis.
Metformin tidak memperbaiki histologi, namun memperbaiki resistensi insulin dan mengurangi risiko karsinoma hepatoseluler. Pioglitazone memperbaiki histologi pada steatohepatitis, namun ada risiko kanker kandung kemih dan penurunan densitas tulang.[1-3]
Terapi Medikamentosa Lainnya
Vitamin E memperbaiki histopatologi hepar, mengurangi risiko dekompensata, transplantasi dan kematian, namun memiliki risiko mengakibatkan kanker prostat. Pentoxyfilline memperbaiki proses inflamasi, namun tidak memperbaiki histopatologi.[1-3]
Pembedahan
Transplantasi hepar diindikasikan bagi penderita yang sudah mencapai tahap sirosis, bahkan tahap gagal hati tingkat akhir dan karsinoma hepar. Namun, pelaksanaan transplantasi di Indonesia sangat terbatas (hanya di rumah sakit tipe A).
Pembedahan bariatrik dan by pass jejunum memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus. Prosedur ini diindikasikan bagi pasien obesitas dengan indeks massa tubuh di atas 40 kg/m2 maupun yang telah mengalami non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD).
Menurut rekomendasi APASL, pembedahan bariatrik metabolik mengurangi lemak hepar dan memperbaiki histologi hepar. Prosedur ini memiliki risiko komplikasi pasca operasi yang besar jika dikerjakan pada penderita yang sudah mencapai tahap sirosis, sehingga keputusan bersifat individu.[1-3]
Perkembangan Terapi Non-Alcoholic Fatty Liver
Penelitian menunjukkan beberapa bagian dari jalur patofisiologi dapat menjadi target terapi non-alcoholic fatty liver, seperti Leukemia Inhibitory Factor Receptor (LIFR) dan autofagi.[12,18]
Saat ini, beberapa ekstrak herbal dinilai berpotensi meredakan progresi perlemakan hepar dalam penelitian. Peptida jagung mengurangi stres oksidatif dan endoplasmik, mengurangi sintesis lemak dan mengaktifkan jalur AMPK/Sirt. Asam arjunolik dari Cyclocarya paliurus juga mengaktivasi jalur AMPK sehingga mengurangi adipositas, steatosis, inflamasi, dan memperbaiki resistensi insulin.
Tetrahidrokurkumin meningkatkan ekspresi CYP51 dan FOXQ1. Tetrahidrokurkumin juga mengurangi akumulasi lemak yang diinduksi sodium oleat, mengaktivasi jalur NRF2 dan meningkatkan ekspresi mRNA FGF21 dalam sel HepG2 sehingga meningkatkan kapasitas antioksidan hepar.[18-21]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta