Pendahuluan Non Alcoholic Fatty Liver
Non-alcoholic fatty liver yang disebabkan oleh akumulasi lemak dalam sel hepar dapat menyebabkan inflamasi pada sel hepar dan akhirnya kematian sel hepar (steatohepatitis). Kondisi yang kronis dapat menyebabkan sirosis hepar dan keganasan hepar.[10,11]
Fatty liver (perlemakan hati) adalah kondisi penumpukan trigliserida dan lemak lain pada sel-sel hepar yang bersifat reversibel. Kondisi penumpukan ini merupakan akibat ketidakseimbangan proses pengantaran dan penguraian lemak. Fatty liver dapat terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebih yang biasa disebut dengan alcoholic liver disease, dan kondisi metabolik lainnya yang biasa disebut non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD).[1-13]
Non-alcoholic fatty liver dapat didiagnosis dengan melakukan skrining pada orang dengan risiko tinggi, seperti orang dengan sindrom metabolik seperti diabetes melitus, dislipidemia, obesitas, mengkonsumsi alkohol atau obat hepatotoksik dalam jumlah banyak dan jangka panjang. Skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat pengumpulan lemak pada sel hepar serta sistem skrining NAFLD Fibrosis Score (NFS) yang mampu mendeteksi fibrosis hepar akibat perlemakan dengan 6 variabel, yakni usia, indeks massa tubuh, hiperglikemia, jumlah trombosit, albumin, dan rasio SGOT/SGPT.[3,10]
Tata laksana non-alcoholic fatty liver adalah dengan mengatasi kondisi-kondisi metabolik yang mendasarinya, yakni mengatasi diabetes melitus, penurunan berat badan dan kontrol kalori makanan, olahraga rutin, serta penggunaan medikamentosa untuk mengurangi fatty liver.[11,14,15]