Epidemiologi Non Alcoholic Fatty Liver
Data epidemiologi memperkirakan non-alcoholic fatty liver atau perlemakan hati non-alkohol akan terus meningkat dan akan menjadi penyebab utama kebutuhan transplantasi hepar pada tahun 2030.[1-3]
Global
Insidensi dan prevalensi non-alcoholic fatty liver terus meningkat di seluruh dunia, seiring dengan meningkatnya insidensi dan prevalensi obesitas, dislipidemia, dan diabetes melitus. Prevalensi global non-alcoholic fatty liver di antara penderita diabetes melitus tipe 2 sebesar 55,5% dan hingga 10–20% penderita telah mengalami fibrosis.
Meta-analisis dari 18 studi di Asia Pasifik mengindikasikan bahwa insidensi tahunan non-alcoholic fatty liver terkait masalah metabolik di Asia sebesar 50,9 kasus per 1000 orang-tahun. Populasi Asia lebih rentan mengalami steatosis hingga sirosis pada berat badan yang lebih rendah ketimbang populasi Kaukasia.[1-3]
Indonesia
Saat ini belum ada data spesifik terbaru mengenai epidemiologi non-alcoholic fatty liver di Indonesia.
Mortalitas
Berdasarkan studi di Swedia, laju mortalitas meningkat seiring meningkatnya progresi non-alcoholic fatty liver dan fibrosis hepar. Angka mortalitas keseluruhan non-alcoholic fatty liver diperkirakan mencapai 28,6/1000 orang tahun.[16]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta