Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Non Alcoholic Fatty Liver general_alomedika 2023-03-06T11:03:45+07:00 2023-03-06T11:03:45+07:00
Non Alcoholic Fatty Liver
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Non Alcoholic Fatty Liver

Oleh :
dr.Eveline Yuniarti
Share To Social Media:

Etiologi non-alcoholic fatty liver atau perlemakan hati non-alkohol pada dasarnya adalah penumpukan lemak pada hepar yang mengakibatkan lipotoksisitas hepar. Ini dapat didasari oleh ketidakseimbangan asupan dengan penggunaan energi, gangguan metabolisme lipid pada hepar, dan kelainan adiposit. Secara garis besar, etiologi non-alcoholic fatty liver dapat dibagi menjadi dua, yakni etiologi metabolik dan etiologi lainnya.[3]

Gangguan Metabolik

Sindrom metabolik, termasuk kondisi obesitas dan diabetes mellitus, dapat mendorong terjadinya non-alcoholic fatty liver.[3]

Obesitas

Obesitas diartikan dengan indeks massa tubuh ≥30 kg/m2. Kondisi obesitas berhubungan dengan 30-100% pasien dengan non-alcoholic fatty liver. Selain itu, obesitas juga meningkatkan risiko non-alcoholic fatty liver hampir 5 kali lipat dan berhubungan dengan penyakit yang lebih parah terutama pada usia lanjut.

Obesitas dapat mempercepat progresi penyakit menuju steatohepatitis serta sirosis hepar. Kondisi lain yang berhubungan dengan obesitas seperti obstructive sleep apnea atau obesitas trunkal juga memiliki risiko lebih tinggi.[1-5]

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus berhubungan dengan non-alcoholic fatty liver terlepas dari berapa pun indeks massa tubuh seseorang. Hal ini didasari pada kondisi resistensi insulin, yang merupakan kelainan pada penyakit diabetes mellitus dan fatty liver.

Selain itu, resistensi insulin juga mendorong akumulasi lemak lebih lanjut pada sel hepar pada kondisi steatosis, hingga mendorong terjadinya steatosis, sirosis hepar, dan kanker hepatoseluler. Populasi dengan etnis yang tinggi risiko diabetes juga memiliki risiko tinggi fatty liver, termasuk anak-anak dengan diabetes mellitus tipe I.[1-5]

Etiologi Lain

Etiologi lain mencakup penggunaan jangka panjang obat-obatan steatogenik seperti kortikosteroid, asam valproat, tamoxifen, methotrexate, dan amiodarone. Hal lain yang juga berkaitan dengan non-alcoholic fatty liver adalah infeksi hepatitis C genotipe 3, penyakit Wilson, penyakit Celiac, kelaparan, dan penurunan berat badan dalam jumlah besar secara pembedahan.

Non-alcoholic fatty liver juga bisa disebabkan gangguan metabolisme lipid seperti abetalipoproteinemia, hypobeta lipoproteinemia, defisiensi lysosomal acid lipase, familial combined hyperlipidaemia, lipodystrophy, dan sindrom Mauriac. Selain itu, kondisi ini bisa berkaitan dengan gangguan metabolisme lainnya  seperti sindrom Weber–Christian, glycogen storage disease, dan Cushing’s syndrome.[3]

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang paling sering dikaitkan dengan penyakit non-alcoholic fatty liver adalah diabetes melitus, hipertrigliseridemia, obat-obatan hepatotoksik, kelainan metabolisme (galaktosemia, glycogen storage diseases, homocystinuria, tyrosinemia), dan status gizi (malnutrisi, obesitas, nutrisi parenteral total, atau diet kelaparan).[3]

Tabel 1. Faktor Risiko Non-Alcoholic Fatty Liver

Faktor Risiko Utama Faktor Risiko Umum dan Jarang

Overweight atau Obesitas

Mikrobiota usus
Obesitas sentral Hiperurisemia
Diabetes mellitus tipe 2 Hipotiroidisme
Dislipidemia Sindroma Sleep Apnea

Hipertensi arterial Sindrom polikistik ovarium
Sindrom metabolik Polisitemia
Resistensi insulin Hipopituitarism
Faktor diet: diet berkalori tinggi kaya lemak jenuh dan kolesterol, minuman bersoda kaya fruktosa, makanan olahan Variasi genetik: PNPLA3, TM6SF2, GCKR, MBOAT7, and HSD17B13
Gaya hidup atau pekerjaan sedenter, tingkat aktivitas fisik yang rendah Faktor epigenetik: mikroRNA (miRNA), metilasi DNA, modifikasi histone, dan perubahan ubikuitinasi
Sarkopenia Riwayat pribadi atau keluarga terkait diabetes melitus tipe 2, penyakit vaskular prematur, dislipidemia aterogenik, dan tekanan darah tinggi
  Polusi Udara
Gagal Jantung

Sumber: dr. Eveline Yuniarti Rachmat, Alomedika, 2023.[3]

Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik terdiri dari dislipidemia, diabetes melitus, dan obesitas. Kondisi ini mengurangi kadar Leukemia Inhibitory Factor Receptor (LIFR) saat merusak hepar dan meningkatkan Leukemia Inhibitory Factor (LIF) yang bergerak bebas dalam sirkulasi. LIF pada awalnya mengurangi steatosis hepar dan resistensi insulin. Namun LIF bersifat karsinogenik.[12]

Gagal Jantung

Gagal jantung jenis fraksi ejeksi tetap telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan risiko non-alcoholic fatty liver disease. Kedua kondisi ini juga dilaporkan dapat saling menyebabkan satu sama lain.[11]

Polusi Lingkungan

Pemanasan global dan pencemaran air meningkatkan pertumbuhan ganggang air jenis cyanobacteria yang beberapa jenisnya menghasilkan cyanotoxin seperti microcystin. Toksin ini masuk ke tubuh manusia melalui minuman, mengonsumsi hewan dan ganggang, maupun berenang dalam perairan yang tercemar ganggang ini. Microcystin leucine-arginine bahkan sudah termasuk dalam karsinogen. Mikrosistin ini mengganggu proses beta-oksidasi asam lemak.

Produk samping disinfektan seperti trihalometana dari disinfektan air dan logam berat yang mencemari air juga dapat merusak berbagai organ, termasuk hati, jika terminum. Produk samping disinfektan dan logam berat seperti cadmium, timbal, dan merkuri memicu stres oksidatif, meningkatkan aktivasi sel Kupffer, dan nekrosis hepatosit. Dioksin dan polychlorinated biphenyls mengganggu regulasi metabolisme eikosanoid dan asam lemak omega 3 dan omega 6.

Paparan PM2.5 dari polusi bahan bakar fosil juga meningkatkan insidensi non-alcoholic fatty liver pada masyarakat.[13,14]

Kelainan Genetik dan Metabolisme

Berdasarkan pengujian pada mencit, hilangnya leucine-rich repeat-containing G-protein-coupled receptor 4/5 (Lgr4/5) merusak aktivitas jalur Wnt/beta-catenin, sehingga merusak sekresi asam empedu, mengganggu metabolisme lemak, meningkatkan produksi faktor inflamasi, dan meningkatkan fibrosis hepar.[10]

Kekurangan Nutrisi

Zinc mengurangi produksi leptin sehingga mengurangi keinginan makan dan membantu mengurangi obesitas. Zinc mengurangi stress oksidatif dan endoplasmik, juga mengendalikan produksi mediator inflamasi. Kekurangan zinc meningkatkan risiko sindrom metabolik yang meningkatkan kemungkinan mengalami non-alcoholic fatty liver.[15]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Chalasani N, Younossi Z, Lavine JE, Charlton M, Cusi K, Rinella M, et al. The Diagnosis and Management of Nonalcoholic Fatty Liver Disease: Practice Guidance From the American Association for the Study of Liver Diseases 2017. https://doi.org/10.1002/hep.29367/suppinfo.
2. Basu R, Noureddin M, Clark JM. Nonalcoholic Fatty Liver Disease: Review of Management for Primary Care Providers. Mayo Clin Proc 2022;97:1700–16. https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2022.04.005.
3. Eslam M, Sarin SK, Wong VWS, Fan JG, Kawaguchi T, Ahn SH, et al. The Asian Pacific Association for the Study of the Liver clinical practice guidelines for the diagnosis and management of metabolic associated fatty liver disease. Hepatol Int 2020;14:889–919. https://doi.org/10.1007/s12072-020-10094-2.
4. Loomba R, Friedman SL, Shulman GI. Mechanisms and disease consequences of nonalcoholic fatty liver disease. Cell 2021;184:2537–64. https://doi.org/10.1016/j.cell.2021.04.015.
5. Zhao P, Saltiel AR. From overnutrition to liver injury: AMP-activated protein kinase in nonalcoholic fatty liver diseases. Journal of Biological Chemistry 2020;295:12279–89. https://doi.org/10.1074/jbc.REV120.011356.
10. Saponara E, Penno C, Orsini V, Wang Z-Y, Fischer A, Aebi A, et al. Loss of Hepatic Leucine-Rich Repeat-Containing G-Protein–Coupled Receptors 4 and 5 Promotes Nonalcoholic Fatty Liver Disease. Am J Pathol 2022. https://doi.org/10.1016/j.ajpath.2022.10.008.
11. Salah HM, Pandey A, Soloveva A, Abdelmalek MF, Diehl AM, Moylan CA, et al. Relationship of Nonalcoholic Fatty Liver Disease and Heart Failure With Preserved Ejection Fraction. JACC Basic Transl Sci 2021;6:918–32. https://doi.org/10.1016/j.jacbts.2021.07.010.
12. Yuan Y, Li K, Teng F, Wang W, Zhou B, Zhou X, et al. Leukemia inhibitory factor protects against liver steatosis in nonalcoholic fatty liver disease patients and obese mice. Journal of Biological Chemistry 2022;298. https://doi.org/10.1016/j.jbc.2022.101946.
15. Barbara M, Mindikoglu AL. The role of zinc in the prevention and treatment of nonalcoholic fatty liver disease. Metabol Open 2021;11:100105. https://doi.org/10.1016/j.metop.2021.100105.

Patofisiologi Non Alcoholic Fatt...
Epidemiologi Non Alcoholic Fatty...

Artikel Terkait

  • Opsi Terapi Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) dan Non-alcoholic Steatohepatitis (NASH)
    Opsi Terapi Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) dan Non-alcoholic Steatohepatitis (NASH)
  • Olahraga Bermanfaat dalam Manajemen Fatty Liver
    Olahraga Bermanfaat dalam Manajemen Fatty Liver
  • Peran Curcumin dalam Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
    Peran Curcumin dalam Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
  • Perlemakan Hepar Akut Pada Kehamilan
    Perlemakan Hepar Akut Pada Kehamilan
Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
23 hari yang lalu
Mnemonic #31 : Penyebab Fatty Liver (Perlemakan Hati)
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
H - High Fat Diet (Diet Tinggi Lemak) A - Alcohol Consumption (Konsumsi Alkohol) T - Type 2 Diabetes (Diabetes Tipe 2) I - Infeksi Virus (Hepatitis B atau...
dr.Yan Cahyadi anas
13 November 2021
Pasien laki laki usia 42 tahun dengan Fatty liver
Oleh: dr.Yan Cahyadi anas
2 Balasan
Alo dokter saya punya pasien laki laki 42 Tahun dengan Fatty liver datang di rawat jalansudah 4 bulan minum obat urdahex dan vitamin e 800.Keluhan saat ini...
dr. Nurul Falah
14 April 2021
Peranan puasa bagi pasien dengan fatty liver - Gastroenterologi-Hepatologi Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dr. Muhammad Miftahussurur, Sp.PD-KGEH, M.Kes, Ph.D, FINASIM, izin bertanya dokter.Bagaimana peranan puasa pada pasien dengan fatty liver? Asupan nutrisi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.