Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Pioderma general_alomedika 2021-06-18T17:57:11+07:00 2021-06-18T17:57:11+07:00
Pioderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pioderma

Oleh :
Edwin Wijaya
Share To Social Media:

Diagnosis pioderma cukup khas, dan dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat membantu menentukan organisme penyebab.

Impetigo Krustosa

Impetigo umumnya diawali dengan adanya predisposisi seperti bekas gigitan serangga, bekas garukan, atau penyakit kulit lainnya yang menganggu integritas stratum korneum dan memberikan kesempatan bakteri untuk menginfeksi. Terdapat masa inkubasi yang dapat mencapai 10 hari sejak paparan hingga munculnya lesi impetigo. [2]

Pada impetigo krustosa, lesi diawali dalam bentuk vesikel yang disertai peradangan di sekitarnya. Vesikel ini kemudian akan menjadi berisi pus dan pecah. Isi pustul yang telah keluar ini akan mengering dan membentuk krusta kekuningan seperti madu. [1,2] Predileksi utama penyakit ini adalah area sekitar hidung dan mulut.[1]

Impetigo Bulosa

Sama seperti impetigo krustosa, pada umumnya tidak ada gejala sistemik. Lesi dapat berupa bula yang bisa berisi pus. Bila pecah, lesi ini akan menampilkan bentuk bula kolaret dengan dasar eritematosa. [2]

Predileksi penyakit ini adalah area seperti ketiak, dada, dan punggung. Pada neonatus, impetigo bulosa dapat memunculkan lesi pada seluruh tubuh dan disertai gejala sistemik.[1]

Infeksi Folikel

Morfologi utama pada folikulitis adalah papul atau pustul yang disertai adanya rambut di bagian tengahnya. Keluhan penyerta lainnya adalah pruritus. Umumnya penyakit ini juga tidak disertai keluhan sistemik. [1] Furunkel/karbunkel apabila terjadi pada wajah perlu diwaspadai, karena infeksi dapat menyebar ke sinus kavernosus dan menyebabkan trombosis. Penyebaran ini terjadi melalui jalur vena fasialis dan vena angularis.[2]

Predileksi folikulitis superfisialis adalah area ekstremitas bawah, sementara pada folikulitis produnda dapat muncul di bibir dan dagu. [1] Furunkel umumnya ditemukan di area yang banyak friksi dan keringat seperti aksila, leher, dan gluteus. [2]

Sikosis barbe adalah bentuk khusus folikulitis profundal yang menyerang area berjanggut. Penyakit ini umumnya kronis.

Ektima

Ektima adalah pioderma berupa infeksi hingga dermis sehingga menimbulkan ulkus superfisial disertai krusta. Ulkus ini memiliki tepi yang meninggi (punched-out ulcer) yang ditutupi krusta kuning kehijauan. [2,7] Lokasi utama adalah tempat yang sering mendapat trauma, misalnya ekstremitas bawah. [1]

Erisipelas

Pada erisipelas, sudah ada gejala sistemik yang menyertai gejala lokal. Tampilan klinis antara lain:

  • Demam
  • Malaise
  • Lesi pada lokasi dengan riwayat trauma
  • Eritema berwarna merah cerah, dengan batas tegas dan pinggir meninggi
  • Dapat diikuti dengan edema, vesikel, dan bula
  • Rasa nyeri pada lesi
  • Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis [1]

Predileksi erisipelas adalah area yang sering mengalami trauma, yaitu ekstremitas bawah. Pada sebagian kasus, wajah juga bisa menjadi lokasi. [1,2]

Selulitis dan Flegmon

Temuan pada selulitis maupun flegmon mirip dengan erisipelas, yaitu:

  • Gejala sistemik seperti demam, malaise, dan menggigil
  • Infiltrat pada jaringan subkutan
  • Lesi eritema, berbatas tidak tegas
  • Lesi disertai rasa nyeri
  • Pembesaran kelenjar getah bening regional
  • Leukositosis

Predileksi pada selulitis dan flegmon sama dengan erisipelas. [1]

Hidraadenitis Suppurativa

Gejala pada hidraadenitis adalah:

  • Gejala prodromal berupa demam dan malaise
  • Nodus dengan tanda peradangan
  • Nodus ini dapat menjadi abses dan pecah, menjadi hidraadenitis suppurativa
  • Dapat terbentuk fistula pada hidraadenitis berulang dan kronis
  • Leukositosis

Penyakit ini menyerang lokasi yang banyak kelenjar apokrin, yaitu ketiak, areola, genital, dan perinanal. [1,2]

Staphyloccocal Scaled Skin Syndrome

Umumnya didahului infeksi pada organ lain, misal telinga, hidung, tenggorok, dan mata yang kemudian menyebar sistemik. Patogen S. aureus dapat mengeluarkan toksin bernama eksfoliatin yang dapat menyebabkan kerusakan epidermis di seluruh tubuh. Sebenarnya toksin ini dapat disekresi melalui ginjal, namun pada balita diduga fungsi tersebut belum optimal sehingga berisiko tinggi mengalami SSSS. [1,2,6]

Tanda dan gejala SSSS yang dapat ditemukan adalah:

  • Eritema yang awalnya muncul pada sekitar wajah, ketiak, dan lipat paha, lalu menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam
  • Dalam 24-48 jam, muncul bula kendur
  • Tanda Nikolsky positif
  • Setelah 3 hari, kulit mulai mengelupas sehingga terbentuk erosi

SSSS umumnya dapat sembuh dalam 2 minggu, namun selama periode itu pasien rentan terkena infeksi sekunder sehingga tetap harus diawasi dan diterapi dengan adekuat. [1,2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pioderma berbeda-beda tergantung pada jenis pioderma yang muncul.

Impetigo Krustosa

Lesi vesikel dapat mirip dengan penyakit varicella dan herpes. Petunjuk yang mengarahkan pada impetigo adalah warna krusta dan tidak diawali gejala prodromal. [2] Pada vesikel yang sudah pecah, impetigo perlu dibedakan dengan ektima. [1]

Impetigo Bulosa

Bula kolaret mirip dengan infeksi jamur seperti tinea korporis. Pada infeksi jamur, lesi tidak diawali dengan bula yang pecah. [1]

Infeksi Folikel

Folikulitis di dagu kadang sulit dibedakan dengan tinea barbe. Pada tinea barbe, akan ada temuan berupa uji KOH yang positif. [1]

Ektima

Bentuk lesi ektima mirip dengan impetigo krustosa, namun terdapat perbedaan lokasi predikelsi. Selain itu, dasar lesi ektima adalah ulkus, bukan erosi seperti pada kasus impetigo. [1]

Erisipelas

Lesi pada herpes zoster yang melibatkan saraf trigeminal cabang kedua mirip dengan erisipelas pada wajah. Diagnosis banding lainnya adalah dermatitis dan urtikaria. Pada kedua penyakit ini, tidak ada gejala sistemis seperti di erisipelas. [2]

Selulitis dan Flegmon

Karena selulitis bisa menyerang banyak lokasi, maka diagnosis bandingnya tergantung lokasi lesi. Kelainan yang dapat menyerupai selulitis misalnya adalah gigitan serangga, trombosis vena dalam, dan dermatitis. [2] Trombosis vena dalam harus diwaspadai bila menemukan gejala selulitis pada kaki, karena dapat menyebabkan komplikasi fatal bisa terjadi salah diagnosis. Petunjuk yang membedakan penyakit ini dengan selulitis adalah melalui trias Virchow (stasis, disfungsi endotel, hiperkoagulabilitas). Pada kasus trombosis vena dalam, bisa dianamnesis riwayat imobilisasi (misalnya diopname lama, pasca stroke, berpergian jarak jauh), riwayat merokok, dan riwayat trombosis berulang sebelumnya. [2]

Hidraadenitis Suppurativa

Penyakit ini mirip dengan skrofuloderma. Pada skrofuloderma, dapat ditemukan juga gambaran nodus, abses, dan disertai fistula. Namun, tidak ditemukan leukosistosis dan gejala sistemik akut lainnya pada sklofuroderma. [1]

Staphyloccocal Scaled Skin Syndrome

Penyakit ini mirip luka bakar dan nekrolisis epidermal toksik (NET). Perbedaan utama dengan NET adalah keterlibatan mukosa. Pada SSSS, umumnya tidak ada keterlibatan mukosa. [1,6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya tidak membantu karena hanya memberikan gambaran tidak spesifik seperti leukositosis. Pemeriksaan KOH dapat dikerjakan pada kasus yang sulit dibedakan dengan infeksi jamur. Pemeriksaan kultur dan resistensi disarankan pada kasus infeksi berat atau kasus infeksi kronis dan berulang [2,4]

Prinsip pengambilan sampel yang baik untuk pemeriksaan laboratorium mikrobiologi adalah:

  • Pengambilan sampel sebisa mungkin sebelum pemberian antibiotik
  • Hindari kontaminasi flora normal
  • Pengiriman spesimen ke laboratorium secepatnya, umumnya di bawah 2 jam
  • Menggunakan medium transpor yang sesuai, misalnya thioglikolat untuk sampel berupa aspirat dan medium Stuart untuk swab
  • Pertimbangkan kemungkinan kebutuhan medium transpor anaerob bila juga ada kecurigaan patogen anaerob
  • Informed consent

Beberapa teknis pengambilan yang perlu diperhatikan adalah:

  • Pada abses yang terbuka, pengambilan sampel yang disarankan adalah swab pada dasar luka dengan kapas steril
  • Pada abses tertutup, sampel berupa aspirat yang diambil dengan spuit steril
  • Pada selulitis dan bula, sampel berupa aspirat
  • Pada erisipelas, disarankan mengambil sampel biopsi pada tepi lesi yang meninggi

Pada pengambilan sampel darah untuk kultur, dilakukan pada saat demam dan disarankan lebih dari satu sampel darah, menggunakan darah vena . [8]

Referensi

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010

2. Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia: Saunders; 2014.

4. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJ, Gorbach SL, et al. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin and Soft Tissue Infections: 2014 Update by the Infectious Diseases Society of America. Clin Inf Dis. 2014; 59(2):e10-52.

6. King RW. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS). updated May 18, 2017

7. Baddour LM. Impetigo. updated Sep 11, 2016

8. Levinson W. Review of Medical Microbiology and Immunology. 13th ed. New York: McGraw-Hill; 2014

Epidemiologi Pioderma
Penatalaksanaan Pioderma

Artikel Terkait

  • Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
    Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
  • Pemilihan Antibiotik Golongan Bakteriostatik atau Bakterisidal
    Pemilihan Antibiotik Golongan Bakteriostatik atau Bakterisidal
  • Penggunaan Antibiotik untuk Abses Kulit Tanpa Komplikasi
    Penggunaan Antibiotik untuk Abses Kulit Tanpa Komplikasi
  • Jadwal Pemberian Vaksinasi HPV: 2 Kali Cukup
    Jadwal Pemberian Vaksinasi HPV: 2 Kali Cukup
  • Pilihan Bentuk Sediaan Antibiotik untuk Impetigo
    Pilihan Bentuk Sediaan Antibiotik untuk Impetigo

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
8 hari yang lalu
Pasien anak usia 1 tahun dengan pioderma
Oleh: Anonymous
5 Balasan
alo dokter. saya memiliki pasien anak 1thn dengan keluhan papul-pustul pada bagian badan kurang lebih 1minggu. tidak ada gejala prodormal lainnya.menurut...
dr.Nurbaitil Atiq
15 hari yang lalu
Pasien bayi usia 8 bulan dengan Selulitis
Oleh: dr.Nurbaitil Atiq
2 Balasan
Alo dokter, saya ada pasien bayi 8bulan bengkak kemerahan pada tungkai sejak 1 hari, muncuk tiba-tiba, kemerahan semakin meluas, teraba hangat, demam (+)...
Anonymous
24 Maret 2022
Pasien wanita umur 84 tahun dengan bengkak pada tungkai kaki kiri serta muncul bula pada punggung kaki kiri 3 hari yang lalu
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo Dok.Izin konsul.pasien wanita umur 84 tahun dtg ke puskesmas dtg dengan keluhan bengkak pada tungkai kaki kiri serta muncul bula pada punggung kaki kiri...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.