Etiologi Hipertensi Perioperatif
Etiologi hipertensi perioperatif dibedakan antara preoperatif, intraoperatif, dan pasca operatif.
Etiologi Preoperatif
Hipertensi preoperatif dapat disebabkan karena riwayat hipertensi sebelumnya atau karena induksi anestesi. Pasien dengan riwayat hipertensi sebelumnya, walau terkontrol, akan lebih berisiko untuk mengalami hipertensi perioperatif akibat induksi anestesi.[3]
Etiologi Intraoperatif
Etiologi intraoperatif dapat terjadi akibat nyeri akut saat operasi, inhibisi saraf simpatik, dan hilangnya kontrol refleks baroreseptor tekanan arterial. Individu dengan riwayat hipertensi sebelumnya akan lebih berisiko untuk mengalami hipertensi intraoperatif.
Etiologi pasca Operatif
Nyeri saat operasi, hipoksia, hipotermia, atau pemberian cairan berlebih saat operasi dapat menyebabkan hipertensi pasca operatif.[2]
Faktor Risiko
Faktor risiko klinis pada pasien yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi perioperatif dan kejadian kardiovaskular saat operasi menurut pedoman ACC/AHA (American College of Cardiology / American Heart Association) 2014 di antaranya:
- Usia > 55 tahun
- Riwayat penyakit jantung koroner
- Riwayat gagal jantung
- Riwayat kardiomiopati
- Riwayat penyakit katup jantung
-
Riwayat aritmia
- Penyakit vaskuler pulmonal
-
Penyakit jantung bawaan pada dewasa[5]
Jenis Operasi
Jenis prosedur yang dilakukan juga mempengaruhi risiko terjadinya hipertensi perioperatif dan komplikasinya. Operasi yang berhubungan dengan kardiovaskuler umumnya meningkatkan risiko terjadi hipertensi perioperatif dibandingkan operasi nonkardiak. Jenis prosedur operasi dibagi menjadi dua berdasarkan risikonya:
-
Prosedur risiko rendah (low risk procedure) merupakan gabungan dari jenis operasi dan karakteristik pasien yang dapat diprediksi menimbulkan gangguan kardiovaskuler (Major Adverse Cardiac Events / MACE) ≤ 1%, contohnya adalah operasi katarak dan operasi plastik pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya
- Prosedur risiko tinggi (high risk procedure) merupakan gabungan dari jenis operasi dan karakteristik pasien yang dapat diprediksi menimbulkan gangguan kardiovaskuler (Major Adverse Cardiac Events / MACE) ≥ 1%, contohnya operasi karotid, operasi aorta abdominal, operasi vaskuler perifer, operasi intraabdomen dan operasi intratorakal[5]