Pendahuluan Peripheral Artery Disease
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah penyakit arteri progresif yang ditandai dengan stenosis dan/atau oklusi arteri sedang-besar selain arteri yang memperdarahi jantung dan otak. PAD mungkin diam atau hadir dengan berbagai gejala dan tanda yang menunjukkan iskemia ekstremitas, dengan ulkus ekstremitas, klasifikasi, dan nyeri istirahat menjadi gejala yang paling jelas.
Patofisiologi PAD biasanya dihubungkan dengan aterosklerosis. PAD lebih sering ditemukan pada ekstremitas bawah dibandingkan ekstremitas atas dan sekitar 80-90% kejadian terjadi pada arteri femoralis dan poplitea. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya PAD, termasuk diantaranya adalah diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, merokok dan usia diatas 65 tahun.[1–4]
Penegakan diagnosis PAD terutama dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanda khas pada PAD adalah klaudikasio intermiten, yaitu nyeri yang mengenai betis, dan kadang-kadang pada paha dan bokong, yang disebabkan oleh olahraga dan berkurang dengan istirahat. Klaudikasio intermiten terjadi sebagai akibat dari iskemia otot selama latihan yang disebabkan oleh obstruksi aliran arteri. Namun demikian, gejala klinis ini hanya ditemukan pada 10% pasien. Pemeriksaan fisik yang utama dilakukan adalah pemeriksaan ankle-brachial index (ABI). Pemeriksaan ABI dilakukan dengan membandingkan tekanan sistolik pada lengan dan pergelangan kaki. Pemeriksaan ini dapat menentukan derajat keparahan penyakitnya.[1,2,5,6]
Penatalaksanaan utama pada kasus PAD terdiri atas 4 komponen, yakni berhenti merokok, modifikasi faktor risiko, latihan fisik dan tata laksana untuk mengatasi gejala. Tata laksana pada kasus PAD dapat dilakukan dengan tatalaksana farmakologis dan surgikal.[5,7,8]