Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer

Oleh :
dr.Samira Assegaf

Pengukuran tekanan darah menggunakan digital sphygmomanometer mulai populer karena dianggap lebih praktis. Namun, banyak klinisi yang meragukan akurasi dari alat ini.

Tekanan darah adalah salah satu komponen tanda vital. Hasil pengukuran tekanan darah mempengaruhi keputusan terkait manajemen dan tindakan medis. [1] Alat yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah antara lain manometer raksa (manometer mercury), aneroid sphygmomanometer, dan digital sphygmomanometer. [4]

Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer-min (1)

Digital sphygmomanometer saat ini merupakan alat yang sering digunakan di berbagai sentra kesehatan karena dianggap lebih mudah digunakan dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam aplikasinya. [1,4,6] Digital sphygmomanometer juga dapat digunakan sebagai alat pengontrol tekanan darah di rumah oleh masyarakat awam, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi, gagal jantung, atau riwayat sindrom koroner akut. [5]

Prinsip Kerja Digital Sphygmomanometer

Digital sphygmomanometer memiliki pompa udara yang digerakkan oleh microprocessor. Microprocessor akan memompa udara secara otomatis ke dalam manset sekitar 20 mmHg di atas tekanan sistolik rata-rata (sekitar 120 mmHg). Setelah microprocessor menangkap tekanan telah cukup, secara otomatis knob pada tensimeter akan mengendur dan tekanan udara di dalam manset akan turun secara perlahan.

Saat proses pengempesan tersebut berlangsung, akan muncul gelombang osilometrik yang akan direkam oleh alat. Gelombang osilometrik inilah yang dikonversi secara otomatis oleh alat sebagai tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi, serta mean arterial pressure (MAP). Titik di mana gelombang osilometrik muncul pertama kali akan terbaca sebagai tekanan darah sistolik, sedangkan titik di mana gelombang osilometrik mulai menghilang akan terbaca sebagai tekanan darah diastolik. [3]

Cara Penggunaan Digital Sphygmomanometer

Metode pengukuran yang tepat dan sesuai prosedur merupakan kunci untuk memperoleh hasil pengukuran seakurat mungkin. Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat diterapkan apabila seseorang akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan digital sphygmomanometer :

  1. Usahakan pasien dalam keadaan tenang dan istirahatkan pasien dari seluruh aktivitas selama kurang lebih 15 menit sebelum dilakukan pengukuran
  2. Gunakan digital sphygmomanometer yang telah teruji validitasnya
  3. Posisikan pasien dalam kondisi berbaring atau duduk dengan posisi kaki tidak menyilang dan kedua telapak kaki menapak pada lantai
  4. Komunikasikan pada pasien untuk menyingsingkan pakaian yang menutupi lengan kanan hingga sekitar 2 cm di atas garis siku. Pastikan lengan pasien tidak terjerat oleh lengan pakaian yang telah disingsingkan sebelumnya
  5. Pasangkan manset pada lengan secara perlahan dengan memperhatikan posisi selang, yakni sejajar dengan jari tengah lengan kanan

  6. Setelah manset menempati posisi yang benar, rekatkan manset dengan tekanan sedang (tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu erat)
  7. Posisikan alat pengukur tekanan darah sebisa mungkin sejajar dengan dada kiri (posisi jantung)
  8. Instruksikan pasien untuk tetap tenang selama pemeriksaan dan anjurkan pasien untuk tidak berbicara selama proses pengukuran tekanan darah. Pastikan lengan pasien telah diposisikan dengan benar dan telapak tangan pasien dalam keadaan terbuka secara rileks (tidak menggenggam). Pastikan pula selang yang terdapat pada alat pengukur tekanan darah dalam keadaan lurus, bebas dari tekanan maupun lekukan
  9. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat pengukur tekanan darah
  10. Biarkan alat pengukur tekanan darah melakukan proses pengukuran tekanan darah hingga seluruh parameter yang ingin diukur (tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, mean arterial pressure, dan nadi) terbaca pada monitor
  11. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah tersebut sebanyak 2 kali, dengan memberikan jeda antar pengukuran selama 2-5 menit dan pastikan lengan pasien terbebas dari manset saat jeda
  12. Pastikan pasien tetap rileks hingga proses pengukuran berikutnya
  13. Bila didapati selisih antar pengukuran melebihi 10 mmHg, maka lakukan pengukuran ketiga dengan memberikan jeda 10 menit terhitung sejak selesainya proses pengukuran tekanan darah yang kedua
  14. Catat hasil pengukuran dengan merata-rata nilai yang diperoleh dari seluruh pengukuran [1,3]

Tingkat Akurasi Digital Sphygmomanometer

Dewasa ini, akurasi hasil pengukuran tekanan darah menggunakan digital sphygmomanometer memang masih menjadi kontroversi, terutama dibandingkan dengan mercury sphygmomanometer. Mercury sphygmomanometer masih menjadi baku emas alat pengukur tekanan darah, namun alat ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti penggunaan merkuri yang tidak ramah lingkungan dan penggunaannya yang memerlukan skill khusus. [5,6] Sementara itu, penggunaan digital sphygmomanometer dipandang lebih ramah lingkungan dan mudah digunakan semua kalangan tak terkecuali masyarakat awam. [6]

Pada awal penemuannya, pengukuran tekanan darah dengan digital sphygmomanometer memang memiliki tingkat akurasi yang rendah. Namun seiring berjalannya waktu, akurasi dari digital sphygmomanometer terus ditingkatkan melalui serangkaian uji validitas dan reliabilitas sesuai protokol uji standard internasional seperti AAMI (Association for the Advancement of Medical Institution) dan BHS (British Health Society). [5]

Sebuah studi pada tahun 2016 membandingkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan aneroid sphygmomanometer dan digital sphygmomanometer dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran menggunakan mercury sphygmomanometer. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas digital sphygmomanometer memang lebih rendah dibandingkan aneroid sphygmomanometer,  yakni sekitar 86,7% dan 98,7% untuk aneroid sphygmomanometer, serta sekitar 80% dan 67,7% untuk digital sphygmomanometer. [6]

Studi lain di tahun 2018 membandingkan antara 2 alat pengukur tekanan darah digital dengan brand yang berbeda untuk mengetahui apakah alat pengukur tekanan darah yang berbasis digital ini memiliki akurasi yang sepadan dengan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan mercury sphygmomanometer. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa salah satu alat yang diteliti memberikan hasil yang mirip dengan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh mercury sphygmomanometer namun tidak untuk alat yang lain. [2] Oleh sebab itu pemilihan alat digital yang digunakan dalam pengukuran tekanan darah juga perlu mendapat perhatian khusus.

Walaupun beberapa penelitian mengatakan akurasi hasil pengukuran tekanan darah dengan digital sphygmomanometer tidak setinggi mercury sphygmomanometer, penelitian lain mengemukakan hasil pengukuran tekanan darah yang nilainya tidak jauh berbeda antara yang diperoleh dari digital sphygmomanometer dan mercury sphygmomanometer. [4]

Pada akhirnya, pemilihan alat pengukur tekanan darah memang memerlukan pertimbangan dari segala sisi, mulai dari tujuan penggunaan sampai dengan kemampuan pengguna. Hasil studi memang menunjukkan bahwa digital sphygmomanometer memiliki akurasi yang lebih rendah dibandingkan mercury sphygmomanometer, namun pada kondisi di mana tujuan pengukuran tekanan darah adalah untuk memantau kondisi tekanan darah di rumah atau pada kondisi di mana pengguna tidak memiliki keahlian khusus, alat ini tentu dapat dipertimbangkan. Perlu pula diingat bahwa pengukuran tekanan darah dengan alat noninvasif apapun memerlukan pengukuran multipel agar mendapat hasil yang terbaik dan paling akurat.

Kesimpulan

Penggunaan digital sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah masih menuai pro dan kontra. Studi yang ada memang menunjukkan bahwa digital sphygmomanometer memiliki akurasi yang sedikit lebih rendah dibandingkan mercury sphygmomanometer dan aneroid sphygmomanometer. Namun, digital sphygmomanometer memiliki kelebihan yaitu lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung merkuri dan lebih mudah digunakan, termasuk oleh orang awam. Oleh karenanya, penggunaannya bisa dipertimbangkan pada kondisi di mana pengguna tidak memiliki keahlian khusus, misalnya untuk pemantauan tekanan darah mandiri pada pasien dengan hipertensi.

Referensi