Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Hipogonadisme general_alomedika 2023-02-27T15:24:30+07:00 2023-02-27T15:24:30+07:00
Hipogonadisme
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Hipogonadisme

Oleh :
dr.yenni
Share To Social Media:

Hipogonadisme merupakan sindrom klinis dimana gonad, yaitu testis dan ovarium, memproduksi hormon seks yang sedikit. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada satu level atau lebih dari aksis hipotalamus-hipofisis-gonad.[1]

Etiologi hipogonadisme umumnya dibedakan menjadi primer dan sekunder. Hipogonadisme primer terjadi akibat sintesis hormon tidak adekuat sedangkan hipogonadisme sekunder terjadi ketika sinyal dari hipofisis atau hipotalamus ke testis/ovarium tidak mampu merangsang produksi hormon secara memadai.[2]

Depositphotos_187645566_s-2019-min

Hipogonadisme pada laki laki paling sering disebabkan oleh sindrom klinefelter, undesensus testis, hemochromatosis, gangguan pituitari, dan sindrom kallmann.[2] Hipogonadisme pada wanita paling sering disebabkan oleh sindrom Turner, abnormalitas kromosom X, galaktosemia, hiperplasia adrenal kongenital, tumor intrakranial, dan terapi kanker.[3]

Penurunan kadar testosteron menyebabkan gejala dan tanda seperti penurunan libido, gangguan ereksi, penurunan volume ejakulasi, penurunan massa dan kekuatan otot tubuh. Penurunan kadar hormon estrogen dapat menyebabkan gangguan menstruasi, gangguan perkembangan payudara, gangguan pertumbuhan tinggi badan, penurunan densitas tulang, dan anemia.

Hipogonadisme pada laki-laki dan perempuan dapat terjadi secara primer (kongenital) dan secara sekunder. Hipogonadisme kongenital paling sering pada perempuan adalah sindrom turner. Sindrom turner umumnya terjadi pada 1 dari 2500 kelahiran bayi perempuan. Hipogonadisme kongenital paling sering pada laki laki adalah sindrom klinefelter. Sindrom klinefelter sering dengan genotype XXY dan terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran bayi laki-laki. Sindrom turner dan sindrom klinefelter banyak dikaitkan karena adanya kelainan kromosom seks. Hipogonadisme sekunder umumnya terjadi pada kasus kemoterapi/radiasi tumor. Sekitar 70% pasien anak yang menjalani kemoterapi dan radiasi mengalami hipogonadisme.[3]

Penatalaksanaan hipogonadisme yaitu dengan medikamentosa dan perbaikan psikologis. Medikamentosa yang dapat digunakan pada hipogonadisme adalah terapi pengganti testosteron pada pria serta terapi pengganti estrogen pada wanita.[1]

Referensi

1. T. Arthi, E.B. Kathryn, K.A. John. Treatment of Hypogonadism: Current and Future Therapies.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5265703/pdf/f1000research-6-10883.pdf
2. K. Peeyush, K. Nitish, P. Ajay. Male Hypogonadism: Symptoms and Treatment.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3255409/
3. V. Vidhya, A.E. Erica. Etiology and Treatment of Hypogonadism in Adolescents. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4102132/pdf/nihms-766895.pdf

Patofisiologi Hipogonadisme
Diskusi Terkait
dr. Intan Fajriani
17 Juni 2022
Live Webinar Alomedika - Hipogonadisme : Lebih dari Sekadar Gejala Penuaan Pria. Minggu, 19 Juni 2022. Pukul : 10.00 - 11.30.
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Hipogonadisme: Lebih dari Sekadar Gejala Penuaan Pria."Narasumber : dr. Nugroho Setiawan MS, Sp. And...
dr. Nurul Falah
17 September 2021
Tanda dan gejala hipogonadisme pada pria dan kapan harus mendapatkan terapi pengganti hormon - Andrologi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And-KSAAM, izin bertanya lagi Prof 🙏Tanda dan gejala apa saja yang dapat muncul pada pria yang mengalami...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.