Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Efek Samping dan Interaksi Obat Misoprostol general_alomedika 2019-09-11T08:45:12+07:00 2019-09-11T08:45:12+07:00
Misoprostol
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Misoprostol

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Efek samping misoprostol paling sering adalah diare dan nyeri abdomen, yaitu pada pemberian dosis 400 atau 800 μg perhari. Interaksi obat misoprostol dengan crofelemer dan eluxadoline telah dilaporkan dapat meningkatkan level misoprostol dalam serum. [1,13]

Efek Samping

Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan gastrointestinal seperti diare (13%) dan nyeri abdomen (7%). Diare biasanya terjadi pada awal masa terapi (setelah 13 hari), dan akan membaik sendiri setelah 8 hari atau perlu berhenti konsumsi obat. Efek samping dehidrasi berat akibat diare jarang terjadi pada pemberian misoprostol. [1,3,13]

Efek samping lain adalah demam, menggigil, mual, nyeri kepala, dispepsia, muntah, dan konstipasi. Beberapa efek samping ini jarang terjadi dan masih belum diketahui mekanisme terjadinya efek samping. [1,3,13]

Berikut ini merupakan efek samping yang dapat terjadi pada pasien dengan terapi misoprostol:

  • Gastrointestinal: diare, nyeri abdomen, nausea, flatulensi, dispepsia, muntah, konstipasi, perdarahan gastrointestinal, gangguan rektal, gangguan fungsi hepatobilier, gingivitis, refluks, disfagia, peningkatan amilase
  • Ginekologi: perdarahan uterus abnormal (seperti hipermenorea, dismenorea, spotting), kram perut, ruptur uterus, perdarahan postmenopausal
  • Tubuh: demam, menggigil, nyeri, astenia, lemas, perubahan berat badan
  • Kulit: ruam, dermatitis, alopecia, pucat, nyeri payudara
  • Panca indera: gangguan penglihatan, konjungtivitis, tuli, tinnitus, nyeri telinga
  • Respiratori: infeksi saluran pernapasan atas, bronkitis, bronkospasme, dyspnea, pneumonia, epistaksis

  • Kardiovaskular: nyeri dada, edema, diaphoresis, hipotensi, sinus takikardia, hipertensi, aritmia, flebitis, peningkatan enzim kardiak, pingsan
  • Hipersensitivitas: anafilaksis

  • Metabolik: glikosuria, gout, peningkatan nitrogen, peningkatan alkali fosfatase
  • Genitourinaria: polyuria, dysuria, hematuria, infeksi saluran kemih

  • Sistem saraf/psikiatrik: nyeri kepala, ansietas, perubahan nafsu makan, depresi, pusing, haus, impotensi, kehilangan libido, peningkatan keringat, neuropati, neurosis, kebingungan
  • Muskuloskeletal: artralgia, myalgia, kram otot, kaku, nyeri punggung
  • Darah/koagulasi: anemia, gangguan diferensial, trombositopenia, purpura, peningkatan laju endap darah [1,3,13]

Kejadian defek kongenital telah dilaporkan pada pemberian misoprostol di awal kehamilan. Akan tetapi, sampai sekarang belum terdapat data yang menunjukkan hubungan langsung antara misoprostol dengan efek teratogenik atau embriotoksik / fetotoksik. Selain itu, penggunaan misoprostol untuk indikasi pematangan serviks juga telah dilaporkan dapat menyebabkan takisistol, gangguan denyut jantung janin dan hipoksia fetal. Penggunaan misoprostol untuk indikasi induksi persalinan saat trimester tiga juga dihubungkan dengan terjadinya ruptur uteri apabila pasien memiliki riwayat operasi sesar sebelumnya. [1,3]

Interaksi Obat

Misoprostol sampai sekarang tidak memiliki interaksi obat yang signifikan dengan obat lain. Akan tetapi, obat crofelemer dan eluxadoline telah dilaporkan dapat meningkatkan level misoprostol.

Crofelemer

Crofelemer merupakan antidiare yang umumnya diberikan pada diare yang diakibatkan obat anti-HIV. Pemberian crofelemer bersamaan dengan misoprostol telah dilaporkan dapat meningkatkan level misoprostol.

Eluxadoline

Eluxadoline merupakan obat baru yang dianjurkan untuk pengobatan sindrom iritasi usus. Pemberian obat ini bersamaan dengan misoprostol telah dilaporkan dapat meningkatkan level misoprostol dengan cara menurunkan metabolisme tubuh. [1,7]

Referensi

1. Krugh M, Maani C V. Misoprostol. StatPearls. 2019.
3. Tang OS, Gemzell-Danielsson K, Ho PC. Misoprostol: Pharmacokinetic profiles, effects on the uterus and side-effects. Int J Gynecol Obstet. 2007;99(SUPPL. 2):160–7.
7. MedScape. Misoprostol. 2017. Diakses dari: https://reference.medscape.com/drug/cytotec-misoprostol-341995
13. Federation Drug American (FDA). Cytotec (Misoprostol). 2015. Diakses dari : https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2002/19268slr037.pdf

Indikasi dan Dosis Misoprostol
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Induksi Persalinan dengan Balon Kateter Foley
    Induksi Persalinan dengan Balon Kateter Foley
  • Penjepitan Tali Pusat Tertunda
    Penjepitan Tali Pusat Tertunda
  • Efektivitas dan Keamanan Asam Traneksamat Untuk Perdarahan Post Partum
    Efektivitas dan Keamanan Asam Traneksamat Untuk Perdarahan Post Partum
  • Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Nyeri Persalinan
    Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Nyeri Persalinan
  • Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu
    Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
03 Agustus 2021
Penjepitan tali pusar tertunda apakah tetap dilakukan pada pasien COVID-19 - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas A. Malonda, Sp.OG, izin bertanya dokter.Apakah penjepitan tali pusar tertunda tetap bermanfaat dan dapat dilakukan pada ibu hamil dengan...
dr. Nurul Falah
03 Agustus 2021
Keamanan persalinan di rumah bagi ibu hamil yang isoman di rumah - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas A. Malonda, Sp.OG, izin bertanya dokter.Bagaimana keamanan persalinan di rumah bagi ibu hamil yang mengalami COVID-19 derajat ringan dan...
dr. Renate Parlene Marsaulina
14 April 2021
Bagaimana edukasi pasien yang ingin berpuasa dengan kondisi ulkus peptikum - Gastroenterologi-Hepatologi Ask the Expert
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
2 Balasan
Alo dr. Muhammad Miftahussurur, Sp.PD-KGEH, M.Kes, Ph.D, FINASIM. Apakah ulkus peptikum menjadi kontraindikasi dilakukannya puasa?Jika pasin menginginkan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.