Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Ruptur Uteri general_alomedika 2022-10-20T10:15:32+07:00 2022-10-20T10:15:32+07:00
Ruptur Uteri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Ruptur Uteri

Oleh :
dr. Ida Bagus Nugraha
Share To Social Media:

Ruptur uteri adalah keadaan gawat darurat obstetri, di mana dinding uteri terpisah dengan jaringan serosa, disertai ekstrusi bagian fetus atau cairan amnion ke kavum peritoneum. Penyakit ini bersifat fatal bagi ibu dan janin bila penatalaksanaan terlambat. Namun, ruptur uteri merupakan penyakit yang dapat dicegah melalui antenatal care yang baik dengan tenaga kesehatan yang kompeten. [1-5]

Penyebab ruptur uteri secara persis masih belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko seperti riwayat sectio caesarea atau sikatriks pada uteri, grande multipara, penggunaan oxytocin dan misoprostol, placenta percreta, dan malpresentasi. [1,3,6]

Diagnosis ruptur uteri memiliki tantangan sendiri, karena penyakit ini memiliki fitur klinis yang tidak spesifik, dan waktu deteksi dan penatalaksanaan penting untuk mencegah terjadi morbiditas dan mortalitas. Pasien dengan ruptur uteri dapat datang dengan temuan bradikardia fetus saja, atau disertai tanda gawat janin, partus tidak maju, nyeri perut, dan perdarahan pervaginam. [4]

Penatalaksanaan ruptur uteri dimulai dari stabilisasi kondisi umum pasien. Bila pasien ditemukan dalam kondisi syok, maka perlu dilakukan resusitasi terlebih dahulu. Setelah kondisi pasien stabil, maka pasien segera dibawa ke ruang operasi. Prosedur operasi yang dapat dilakukan yaitu repair ruptur, serta histerektomi subtotal dan total [3,7,8]

uterine rupture

Referensi

1. Turgut A, Ozler A, Evsen M, Soydinc H, Goruk N, Karacor T et al. Uterine rupture revisited: Predisposing factors, clinical features, management and outcomes from a tertiary care center in Turkey. Pakistan Journal of Medical Sciences. 2013;29(3).
2. Igwegbe A, Udegbunam O, Eleje G. Risk factors and perinatal outcome of uterine rupture in a low-resource setting. Nigerian Medical Journal. 2013;54(6):415.
3. Uterine Rupture in Pregnancy: Overview, Rupture of the Unscarred Uterus, Previous Uterine Myomectomy and Uterine Rupture. https://reference.medscape.com/article/275854-overview#a5
4. Toppenberg KS, Block WA. Uterine Rupture : What Family Physician Needs to Know. Am Fam Phys, 2002. 66: 823-8.
5. Manoharan M, Wuntakal R, Erskine K. Uterine Rupture : A Revisit. The Obstetrician & Gynecologist, 2010. 12: 223-230.
6. Motomura K, Ganchimeg T, Nagata C, Ota E, Vogel J, Betran A et al. Incidence and outcomes of uterine rupture among women with prior caesarean section: WHO Multicountry Survey on Maternal and Newborn Health. Scientific Reports. 2017;7(1).
7. Revicky V, Muralidhar A, Mukhopadhyay S, Mahmood T. A Case Series of Uterine Rupture: Lessons to be Learned for Future Clinical Practice. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India. 2012;62(6):665-673.
8. Egbe T, Halle-Ekane G, Tchente C, Nyemb J, Belley-Priso E. Management of uterine rupture: a case report and review of the literature. BMC Research Notes. 2016;9(1).

Patofisiologi Ruptur Uteri

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Abdomen pada Ibu Hamil
    Red Flag Nyeri Abdomen pada Ibu Hamil
Diskusi Terkait
Anonymous
11 Juli 2022
Pasien pasien P3A0 AH3 dengan Ruptur Serviks
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien P3A0 AH3, saat persalinan pasien mengalami ruptur portio arah jam 6. Apakah ruptur Serviks bisa dijahit oleh dokter umur dan...
dr. Nurul Falah
25 Januari 2022
Ruptur uteri apakah selalu diterminasi? - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas, Sp.OG, izin bertanya dokter.Pada kasus ruptur uterine pada ibu hamil apakah selalu berakhir dengan terminasi kehamilan? Apakah bisa...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.