Indikasi dan Dosis Ranitidin
Indikasi ranitidin di antaranya untuk dispepsia kronis dengan dosis 150 mg 2 kali sehari, selama 6 minggu, dan gastroesophageal reflux disease/GERD dengan dosis inisial dewasa 150 mg 2 kali sehari dan dosis inisial anak 5-10 mg/kg/hari, selama 8 minggu atau kurang.
Dewasa
Indikasi ranitidin untuk dewasa adalah untuk eradikasi infeksi H. pylori, tukak lambung dan duodenal, dispepsia, GERD, esofagitis erosif, kondisi hipersekresi, stress ulcer, serta profilaksis aspirasi asam lambung sebelum anestesi umum.
Infeksi H. pylori
Berikan kombinasi ranitidin tablet per oral 300 mg satu kali sehari sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari, dengan Amoksisilin 750 mg dan Metronidazole 500 mg tiga kali sehari, selama 2 minggu. Terapi ranitidin dilanjutkan hingga minggu keempat.
Ulkus Peptikum dan Duodenum
Untuk indikasi ini, ranitidin diberikan per oral 300 mg sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari, selama 4-8 minggu. Jika gejala tidak membaik, naikkan dosis menjadi 300 mg dua kali sehari, selama 4 minggu.
Pada ulkus yang diakibatkan oleh obat-obatan, misalnya aspirin atau obat antiinflamatori nonsteroid seperti ibuprofen dan diklofenak, ranitidin dapat diberikan baik sebagai profilaksis maupun sebagai penanganan dengan dosis 300 mg sebelum tidur atau 150 mg, 2 kali sehari. Untuk penanganan, ranitidin diberikan selama 8-12 minggu.
Dispepsia Kronis
Ranitidin diberikan untuk dispepsia kronis dengan dosis 150 mg, 2 kali sehari, selama 6 minggu. Jika terjadi eksaserbasi akut, berikan ranitidin 75 mg, dapat diulang hingga 4 kali sehari dengan durasi maksimal 2 minggu secara kontinu.
GERD
GERD dapat ditangani dengan ranitidin 300 mg sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari, selama 8 minggu atau kurang. Pada kasus berat, durasi dapat ditingkatkan hingga 12 minggu.
Esofagitis Erosif
Penanganan esofagitis erosif dapat dilakukan menggunakan ranitidin 150 mg, 2 kali sehari.
Kondisi Hipersekresi
Ranitidin untuk kondisi hipersekresi dapat diberikan secara oral maupun intravena. Dosis inisial ranitidin oral adalah 150 mg, 2-3 kali sehari, dan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan hingga dosis maksimal 6 gram per hari. Ranitidin intravena diberikan dengan dosis inisial 1 mg/kg/jam, dan dapat ditingkatkan 0,5/mg/kgBB setiap 4 jam pemberian tidak melebihi 2.5 mg/kg/hari.
Stress Ulcer
Ranitidin untuk stress ulcer diberikan secara intravena dengan dosis 50 mg bolus lambat, dilanjutkan dengan infus intravena 0,125-0,5 mg/kgBB/jam sampai pasien bisa makan secara oral. Ganti pemberian menjadi ranitidin tablet 150 mg, 2 kali sehari.
Profilaksis Aspirasi Asam Lambung pada Anestesi Umum
Pasien berisiko tinggi aspirasi asam lambung yang akan menjalani operasi menggunakan anestesi umum, seperti midazolam, dapat diberikan profilaksis menggunakan ranitidin, baik secara oral maupun intravena. Ranitidin oral diberikan dengan dosis 150 mg, 2 jam sebelum induksi anestesi, dan disarankan juga diberikan pada malam sebelum operasi. Ranitidin parenteral dapat diberikan secara intramuskular atau bolus intravena lambat dengan dosis 50 mg, diberikan 45-60 menit sebelum induksi anestesi.
Anak
Pada anak usia mulai dari 1 bulan, ranitidin diindikasikan untuk ulkus peptikum dan duodenum, GERD, esofagitis erosif, dan stress ulcer. Pada neonatus yang menerima ECMO (extracorporeal membrane oxygenation), ranitidin memiliki potensi untuk mencegah risiko perdarahan gastrointestinal.
Ulkus Peptikum dan Duodenum
Untuk ulkus peptikum dan duodenum pada anak, berikan ranitidin dosis 4-8 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis terbagi, selama 4-8 minggu, dengan dosis maksimal 300 mg/hari. Lanjutkan dengan dosis rumatan 2-4 mg/kgBB, satu kali sehari, dosis maksimal 150 mg/hari.
GERD
GERD pada anak dapat ditangani dengan pemberian ranitidin dosis 5-10 mg/kg/hari, dalam 2 dosis terbagi, maksimal 300 mg/hari.
Esofagitis Erosif
Anak dengan esofagitis erosif dapat ditangani dengan pemberian ranitidin dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis terbagi, maksimal 600 mg/hari.
Stress Ulcer
Ranitidin dapat digunakan untuk penanganan stress ulcer pada anak dengan dosis 1 mg/kg melalui injeksi IV lambat 2 menit, 3-4 kali/hari, maksimal 50 mg/pemberian. Ranitidin juga dapat diberikan menggunakan infus kontinu 0,25-1,125 mg/kgBB/jam.
Profilaksis Perdarahan Gastrointestinal pada Neonatus yang Menggunakan ECMO
Pilot study menunjukkan bahwa ranitidin potensial untuk mencegah perdarahan saluran cerna pada neonatus yang mendapat ECMO. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel besar untuk memastikan efektivitas dan keamanannya.
Penyesuaian Dosis pada Gangguan Ginjal
Penyesuaian dosis harus diperhatikan pada pasien dengan gagal ginjal: Creatinine clearance (CrCl) <50 diberikan dosis 150 mg sebelum tidur. Penyesuaian dosis tambahan dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Pemberian dosis parenteral dikurangi menjadi 25 mg.[3,7]