Kontraindikasi dan Peringatan Levonorgestrel Implan
Kontraindikasi penggunaan levonorgestrel (baik dalam bentuk implan, pil, maupun intra uterine device / IUD) adalah kehamilan. Sementara itu, peringatan penggunaan levonorgestrel adalah terkait kecurigaan kehamilan ektopik.[10-13]
Kontraindikasi
Berikut adalah kontraindikasi penggunaan levonorgestrel:
- Kehamilan baik yang sudah pasti, maupun masih kecurigaan
- Hipersensitivitas terhadap levonorgestrel
-
Penyakit tromboemboli, yaitu stroke, infark miokardia, tromboflebitis, DVT, PE, dan thrombogenic valvular disease
- Hipertensi tidak terkontrol
- Diabetes melitus yang sudah melibatkan penyakit vaskular
-
Sebelumnya pernah mengalami jaundice akibat penggunaan kontrasepsi oral
- Gagal hati akut atau kronik
- Porfiria
- Adenoma hepar atau tumor hepar lainnya
- Riwayat, dicurigai, atau saat ini sedang didiagnosis kanker payudara
- Kanker yang sensitif terhadap hormon, khususnya progestin
- Adanya atau kecurigaan tumor serviks atau hasil Pap smear yang tidak normal
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya[10-13]
Terdapat pula kontraindikasi spesifik per bentuk sediaan sebagai berikut:
Implan
Levonorgestrel implan dikontraindikasikan bila terdapat hipersensitivitas terhadap komponen implan.
Tablet
Levonorgestrel tablet dikontraindikasikan bila terdapat gangguan malabsorpsi, misalnya penyakit Crohn dan intoleransi galaktosa.
Intra Uterine Device (IUD)
Levonorgestrel IUD dikontraindikasikan pada kondisi berikut:
- Hipersensitivitas terhadap komponen IUD
- Infeksi di saluran reproduksi yang belum teratasi, misalnya servisitis atau vaginitis.
-
Genital actinomycosis
- Riwayat atau sedang mengalami penyakit radang panggul
- Mengalami endometritis pasca persalinan atau aborsi yang terinfeksi dalam 3 bulan terakhir
-
Kondisi yang rentan terhadap infeksi, di antaranya leukemia atau HIV/AIDS
- Baru saja melakukan evakuasi mola hidatidosa
- Distorsi uterus akibat kelainan kongenital, misalnya fibroid
- IUD yang sebelumnya belum dilepas[12]
Peringatan
Peringatan penggunaan levonorgestrel terkait kemungkinan kehamilan ektopik yang harus dipikirkan pada pasien dengan kontrasepsi levonorgestrel yang mengalami nyeri perut bawah.
Kontrasepsi oral dan implan harus dilepas jika pasien sudah terbukti hamil. Sementara itu, pada sediaan IUD, manipulasi dan pelepasan IUD berisiko menyebabkan abortus. Jika IUD tetap dipertahankan, pasien harus diberitahu mengenai risiko terjadinya aborsi septik, keguguran, sepsis, persalinan prematur, dan anomali kongenital pada janin. Pasien disarankan untuk segera memeriksakan diri apabila ditemukan gejala seperti flu, demam, menggigil, kram perut, nyeri perut, perdarahan, atau keluar cairan dari vagina.
Levonorgestrel menyebabkan perubahan pola menstruasi, meliputi perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan menstruasi yang berlebihan, jadwal menstruasi menjadi tidak teratur, dan amenorea. Efek samping ini dapat menutupi gejala kanker serviks dan endometrium.
Kombinasi levonorgestrel dan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Risiko ini semakin tinggi pada pasien dengan usia >35 tahun dan perokok berat (>15 batang/hari). Oleh karena itu, pasien yang mengonsumsi levonorgestrel disarankan agar tidak merokok. Sebaliknya, pasien yang merokok sebaiknya menggunakan kontrasepsi nonhormonal.
Pasien yang hendak menjalani operasi mayor atau imobilisasi sebaiknya menghentikan penggunaan levonorgestrel 4 minggu sebelumnya. Sebab, levonorgestrel dapat meningkatkan risiko terbentuknya trombus atau emboli.
Efek kontrasepsi dipengaruhi oleh berat badan. Pada wanita dengan BMI > 30 kg/m2, terjadi penurunan efek kontrasepsi.
Sediaan tablet yang hanya mengandung levonorgestrel (bukan sediaan kombinasi) hanya digunakan untuk kontrasepsi emergensi, bukan untuk penggunaan rutin. Selain itu, levonorgestrel tidak efektif jika sudah terjadi implantasi.
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa kontrasepsi ini tidak melindungi dari HIV/AIDS dan penyakit menular seksual.[8,10-13]