Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Tampon Hidung general_alomedika 2022-10-21T10:49:34+07:00 2022-10-21T10:49:34+07:00
Tampon Hidung
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Tampon Hidung

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan
Share To Social Media:

Teknik tampon hidung atau nasal tampon berbeda berdasarkan indikasi dan lokasi sumber perdarahan, yaitu epistaksis anterior atau posterior. Pada prinsipnya, tampon hidung diposisikan agar tampon dapat menekan sumber perdarahan, baik anterior maupun posterior, agar perdarahan berhenti.

Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum pemasangan tampon hidung adalah resusitasi. Epistaksis merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam nyawa. Maka dari itu, assessment yang baik terhadap airway, breathing, dan circulation perlu dilakukan sebelum tindakan pemasangan tampon hidung.

Anamnesis riwayat pasien perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab epistaksis, seperti riwayat trauma, gangguan pembekuan darah seperti hemofilia, konsumsi obat seperti aspirin, dan alergi. Pasien juga perlu ditanyakan terkait riwayat operasi sinus atau hidung dalam waktu dekat.[1,4,7]

Posisikan pasien dalam posisi duduk di atas meja periksa. Pastikan suction dan oksigen tersedia. Bila terdapat bekuan darah, bersihkan terlebih dahulu dengan alat atau minta pasien untuk menghembuskan nafas dari hidung. Periksa kedua nares dengan lampu kepala dan spekulum hidung (rhinoscope) untuk mengetahui sumber epistaksis.[1,4,7]

Peralatan

Peralatan yang perlu disiapkan sebelum pemasangan tampon hidung antara lain:

  • Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron, goggles)
  • Brankar rumah sakit yang dapat ditegakkan hingga 90o atau kursi THT
  • Lampu kepala
  • Spekulum hidung, forsep Bayonet, nierbeken (emesis basin)
  • Suction, kasa steril

  • Dekongestan topikal (0,25% phenylephrine, epinefrin 1:1000, atau oxymetazoline spray) atau asam traneksamat terutama pada epistaksis yang belum diketahui sumber perdarahannya
  • Anestesi topikal (campuran 4% lidocaine, 0,1% epinefrin, dan 0,4% tetracaine)[6,7,13]

Penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien dengan epistaksis masih menjadi perdebatan. Hal ini karena, belum terdapat bukti yang cukup mengenai adanya infeksi pada pasien epistaksis, tetapi penggunaan antibiotik ini berkaitan dengan peningkatan kejadian resistensi antibiotik. Rekomendasi saat ini untuk penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien dengan epistaksis adalah pada mereka yang imunosupresan, seperti HIV/AIDS.[13]

Peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan tampon anterior antara lain:

  • Tampon rol yang telah diberi vaselin dengan lebar sekitar 0,5 cm, atau
  • Nasal tampon atau nasal balloon yang telah tersedia[6,7,13]

Peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan tampon posterior antara lain:

  • Kateter foley ukuran 10–14 French
  • Tampon Bellocq, yaitu tampon yang terbuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus dengan diameter sekitar 3 cm dan memiliki 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya, atau
  • Kateter dual-balloon yang telah tersedia
  • Umbilical clamp[6,7,13]

Posisi Pasien

Bila pasien dalam keadaan sadar penuh, pasien dapat diposisikan duduk. Pada perdarahan yang masih berlanjut, pasien diposisikan dalam sniffing position yang dapat dicapai dengan duduk tegak, fleksi leher dan ekstensi kepala. Bila keadaan pasien tidak memungkinkan, pemasangan tampon hidung dapat dilakukan dalam posisi supinasi.[6,7]

Prosedural

Prosedur pemasangan tampon hidung berbeda berdasarkan jenisnya, yaitu tampon hidung anterior dan tampon hidung posterior.

Tampon Hidung Anterior

Prosedur pemasangan tampon hidung anterior cukup sederhana. Langkah-langkah yang dapat dilakukan berupa :

  1. Persiapkan alat dan bahan, kemudian gunakan alat pelindung diri
  2. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
  3. Masukkan obat dekongestan topikal atau asam traneksamat dengan kapas atau spray ke cavum nasi anterior
  4. Masukkan tampon rol yang telah dipersiapkan ke dalam kavum nasi dengan forsep Bayonet mulai dari bagian posterior inferior secara berlapis-lapis hingga puncak rongga hidung
  5. Pastikan ujung anterior dari tampon dapat diakses dengan mudah untuk pelepasan tampon
  6. Tampon dapat dipertahankan selama 24–48 jam[1,5–8,13]

gambar 3 tampon hidung

Gambar 3. Pemasangan Tampon Anterior. Sumber: Kucik and Cleney, 2005

Tampon Hidung Posterior

Prosedur pemasangan tampon hidung posterior berupa :

  1. Persiapkan alat dan bahan, kemudian gunakan alat pelindung diri
  2. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
  3. Masukkan obat dekongestan topikal atau asam traneksamat dengan kapas atau spray ke bagian konka hidung
  4. Untuk menggunakan tampon Bellocq, masukkan kateter foley melalui kedua nares anterior hingga ujung kateter tampak di orofaring, lalu tarik keluar dari rongga mulut. Ikat kedua benang pada masing-masing ujung kateter dan tarik kembali pangkal kateter keluar dari nares
  5. Lepaskan ikatan pada kedua benang dan kateter, bila perlu dorong tampon ke nasofaring dengan jari telunjuk, kemudian ikat kedua benang tampon di depan nares.
  6. Rekatkan benang yang berada pada rongga mulut ke pipi pasien untuk melepas tampon selama 2–3 hari.
  7. Untuk menggunakan balon kateter foley sebagai tampon posterior, masukkan kateter ke masing-masing nostril hingga ujung kedua kateter terlihat, lalu kembangkan balon kateter dengan 5–15 ml cairan salin normal

  8. Tarik kateter secara perlahan sampai balon terpasang dengan baik di kavum nasi posterior, kemudian fiksasi pangkal kateter di depan nares dengan umbilical clamp[1,5-8]

gambar 4 tampon hidung-min

Gambar 4. Penggunaan Foley Kateter untuk Epistaksis Posterior. Sumber: Singer A, et al., 2005 dan Reichman E., 2013

Follow Up

Pemasangan tampon hidung baik anterior maupun posterior harus diikuti dengan evaluasi perdarahan. Bila sumber perdarahan terdapat di anterior dan posterior, pemasangan kedua jenis tampon dapat dilakukan.

Pasien dapat diberikan profilaksis antibiotik untuk mencegah kejadian sinusitis dan toxic shock syndrome akibat pemasangan tampon. Rawat inap dan pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, tetapi dapat dipertimbangkan untuk pemantauan lebih lanjut terhadap perdarahan dan investigasi penyebab perdarahan, terutama pada pasien yang mendapatkan pemasangan tampon posterior, pasien geriatri, dan anak-anak.[2-4]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Marrero JJ, Sing RF. Nasal Packing for Epistaxis. Interventional Critical Care 2016 (pp. 241-245). Springer, Cham.
4. Bontempo LJ, Shoenberger J. Ear, Nose, and Throat Emergencies, An Issue of Emergency Medicine Clinics of North America, E-Book. Elsevier Health Sciences; 2018 Nov 21.
5. Hidayati AN, Akbar MI, Rosyid AN, editors. Gawat Darurat Medis dan Bedah. Airlangga University Press; 2019 Sep 20.
6. Vasudevan TL, David SS. Acute Nose Disorders. Clinical Pathways in Emergency Medicine 2016 (pp. 353-359). Springer, New Delhi.
7. Kravchik L, Pester JM. Anterior Epistaxis Nasal Pack. [Updated 2019 Apr 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538304/
8. Thomsen TW, Setnik GS. Epistaxis Management. Procedures Consult. Elsevier: 2019. http://www.proceduresconsult.com/medical-procedures/epistaxis-management-EM-068-procedure.aspx#preprocedure
13. Tran QK, Barnett J, O'Connell F, D'Anza B, Pourmand A. Nasal Packing in the Emergency Department: A Practical Review for Emergency Providers. Open Access Emerg Med. 2021 Dec 2;13:527-533. doi: 10.2147/OAEM.S247017. PMID: 34880690; PMCID: PMC8648098.

Kontraindikasi Tampon Hidung
Komplikasi Tampon Hidung

Artikel Terkait

  • Efektivitas Asam Traneksamat Topikal untuk Epistaksis pada Pengguna Antiplatelet
    Efektivitas Asam Traneksamat Topikal untuk Epistaksis pada Pengguna Antiplatelet
  • Red Flag Epistaksis
    Red Flag Epistaksis
  • Peran Kauterisasi dalam Tata Laksana Epistaksis Anterior
    Peran Kauterisasi dalam Tata Laksana Epistaksis Anterior
  • Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis
    Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis
  • Antibiotik Profilaksis Tidak Diperlukan Pada Pemasangan Tampon Anterior Hidung
    Antibiotik Profilaksis Tidak Diperlukan Pada Pemasangan Tampon Anterior Hidung

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
12 Desember 2022
Penanganan apa yang tepat untuk epistaksis - THT the expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dr. Rano Sp. THT-KL untuk penanganan epistaksis anterior apa diperlukan pemberian cairan seperti epi, lidocain dan lainnya di bagian kapasnya...
Anonymous
21 Mei 2022
Cara membuat tampon adrenalin dan lidokain
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Bagaimana cara membuat campuran larutan adrenalin 1/5000 dan lidokain 2% untuk mencari sumber perdarahan pada epistaksis...
Anonymous
19 Mei 2022
Tatalaksana epistaksis pada pasien dengan polip hidung - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Indra, Sp. THT. Saya ingin bertanya, pada pasien epistaksis anterior yang memiliki polip nasal, bagaimana penanganannya ya dok? apakah pemberian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.