Efek Samping dan Interaksi Obat Aspirin
Efek samping penggunaan aspirin (asam asetilsalisilat) yang sering dilaporkan adalah adanya keluhan saluran cerna. Interaksi obat aspirin terjadi terhadap bermacam obat, namun aspirin juga berinteraksi dengan alkohol dan makanan.
Efek Samping
Efek samping utama penggunaan aspirin (asam asetilsalisilat) adalah perdarahan dan toksisitas saluran cerna. Perdarahan dapat terjadi di mana saja karena obat ini memengaruhi agregasi platelet. Efek samping lain yang cukup berbahaya adalah eksaserbasi penyakit saluran napas. Intoksikasi salisilat akibat aspirin juga dapat terjadi, namun lebih jarang dibandingkan pada kasus penggunaan asam salisilat.
Toksisitas Saluran Cerna
Toksisitas saluran cerna pada penggunaan aspirin terjadi karena enzim COX memiliki dua isoform, yaitu COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1 memiliki peran penting dalam sitoproteksi sel epitel gaster, sementara COX-2 berperan dalam inflamasi. Aspirin dan mayoritas antiinflamasi nonsteroid menghambat kedua isoform ini sekaligus sehingga dapat menyebabkan toksisitas saluran cerna. Gejala yang timbul dapat berupa mual, muntah, nyeri ulu hati, dan perdarahan gastrointestinal.
Aspirin-Exacerbated Respiratory Disease (AERD)
Kelainan ini merupakan reaksi pseudoalergi karena mirip alergi namun tidak dimediasi oleh IgE. Pada aspirin-exacerbated respiratory disease (AERD), pasien telah memilik penyakit saluran pernapasan kronis sebelumnya dan dapat mengalami eksaserbasi dengan konsumsi aspirin. AERD mencakup tiga patologi, yaitu asma, rinosinusitis kronis dengan poliposis nasal, dan reaksi berupa hidung tersumbat dan bronkokonstriksi yang muncul 20 menit hingga 3 jam setelah konsumsi aspirin. Prevalensi AERD adalah sekitar 7-14% pada penderita asma dan 9-10% pada penderita polip nasal dan rinosinusitis. [29]
Kelainan ini terjadi diduga timbul akibat disregulasi keseimbangan metabolisme asam arakidonat sehingga menghasilkan leukotrien lebih banyak dari seharusnya. Inhibisi produksi prostaglandin oleh aspirin menyebabkan pergeseran keseimbangan metabolisme ke arah produksi leuktorien, sehingga memicu eksaserbasi.
Secara garis besar, penatalaksanaan pada pasien dengan kasus AERD ada 4, yaitu:
- Penatalaksanaan asma, rinosinusitis, dan poliposis
-
Pertimbangkan untuk memberikan antileukotrien atau agen biologis untuk modifikasi penyakit, seperti:
- Antagonis reseptor leukotrien
- Inhibitor 5-lipooksigenase
- Agen biologis
- Menghindari penggunaan antiinflamasi nonsteroid
-
Terapi desensitisasi aspirin bila penggunaan aspirin jangka panjang penting dipertahankan
-
Desensitisasi dilakukan dengan melakukan aspirin challenge berulang hingga gejala hilang
-
Protokol hanya dapat dikerjakan oleh spesialis dan fasilitas yang mampu mengantisipasi gejala obstruksi saluran napas akibat challenge [29,30]
-
Efek Samping Lain
Efek samping lain yang telah dilaporkan di antaranya:
- Edema paru nonkardiogenik
- Hepatotoksisitas
- Gangguan pendengaran
- Gangguan ginjal
- Mual, muntah
- Tinnitus
- Urtikaria [4]
Interaksi Obat
Interaksi obat aspirin (asam asetilsalisilat) dapat terjadi dengan berbagai obat. Namun aspirin juga dipengaruhi oleh konsumsi alkohol, dengan cara meningkatkan kadar serum asam asetilsalisilat sebanyak 50%.
Aspirin dapat menurunkan efek antihipertensi pada ACE inhibitor seperti captopril, lisinopril, enalapril. Hal ini diduga karena berkurangnya vasodilatasi renal akibat sintesis prostaglandin renal yang dihambat.
Inhibitor enzim karbonik anhidrase seperti dichlorphenamide dapat meningkatkan kadar aspirin pada serum. Bila menggunakan aspirin dosis tinggi, ada risiko toksisitas salisilat.
Penggunaan aspirin Bersama vaksin MMR dan vaksin Varicella berisiko menyebabkan sindrom Reye.
Aspirin menurunkan klirens renal methotrexate sehingga dapat menyebabkan toksisitas.
Pantau ketat efek samping perdarahan akibat penggunaan aspirin bersamaan dengan obat fibrinolisis, antikoagulan, atau antiplatelet lainnya. [4,6]