Diagnosis Polip Nasal
Diagnosis polip nasal perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan hidung tersumbat yang progresif lambat, disertai penurunan fungsi penghidu. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan gambaran polip dalam cavum nasi. Pemeriksaan penunjang berupa endoskopi dan radiologi dapat dilakukan
Anamnesis
Manifestasi klinis polip nasal dapat berupa obstruksi nasal, umumnya terjadi secara bilateral. Pasien juga bisa mengeluhkan nyeri wajah, nasal drainage secara anterior atau posterior, hiposmia, sakit kepala, halitosis, lemas, batuk, disfonia, dan gangguan tidur. [2,13]
Manifestasi klinis polip nasal tergantung dari ukuran dan letak polip. Umumnya, ukuran polip yang kecil tidak menimbulkan gejala dan ditemukan saat pemeriksaan rhinoskopi anterior. Namun, apabila polip terletak di meatus medius, maka gejala dapat segera timbul walaupun ukuran polip kecil. [13-15]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada polip nasal dimulai dari pemeriksaan awal menggunakan rhinoskopi anterior. Untuk anak, umumnya digunakan otoskop yang ditempatkan pada rongga hidung sehingga terlihat inferior turbinate, septum anterior, serta area dari kavitas nasal yang meluas ke tepi anterior dari middle turbinate dan midportion septum. Meatus medius seringkali terlihat pada rhinoskopi anterior, terutama jika tidak terdapat edema atau sekresi mukosa pada rongga hidung anterior. [13,14]
Selain itu, diperlukan evaluasi pada dinding posterior dari rongga mulut untuk melihat post nasal drainage yang umumnya terkait dengan sinusitis kronik. Polip besar atau lesi pada rongga hidung dapat protrusi ke orofaring posterior dari nasofaring sehingga menyebabkan lesi pada belakang palatum dan uvula. [1,13-15]
rhinoskopi perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan telinga, karena polip yang luas dapat menyebabkan disfungsi tuba Eustachius sehingga dapat ditemukan tanda otitis media. Perlu juga dilakukan pemeriksaan fungsi saraf kranial dan struktur kraniofasial untuk mengidentifikasi ekspansi lesi hidung ke struktur vital di sekitarnya. [2]
Diagnosis Banding
Polip nasal perlu dibedakan dengan neoplasma, benda asing, dang lesi kongenital.
Neoplasma
Pada neoplasma, manifestasi klinis dapat berupa obstruksi nasal unilateral, epistaksis, dan kakosmia. Keluhan umumnya disertai edema periorbital, displaced globe, penglihatan ganda, penurunan visus, oftalmoplegia, nyeri kepala bagian frontal, pembengkakkan pada bagian frontal, tanda-tanda meningitis, serta gejala sistemik keganasan seperti penurunan berat badan.
Diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan atau MRI, serta biopsi untuk menegakkan diagnosis neoplasma. [1,13]
Benda Asing
Benda asing pada hidung dapat memberikan manifestasi klinis serupa polip nasal, yaitu obstruksi nasal unilateral dan epistaksis. Benda asing pada hidung umumnya terjadi pada anak-anak.
Diperlukan pemeriksaan penunjang nasoendoskopi untuk identifikasi dan ekstraksi benda asing. CT-Scan dapat dilakukan untuk mengetahui bentuk dan posisi benda asing secara jelas. [2,13]
Lesi Kongenital
Lesi kongenital yang menyerupai polip nasal, dapat berupa encephalocele atau concha bullosa. Manifestasi klinis dari encephalocele tergantung dari ukuran dan lokasi, sedangkan pada concha bullosa umumnya asimptomatik. [1,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada polip nasal ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain endoskopi, pemeriksaan radiologi, biopsi, dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk konfirmasi adanya inflamasi dan visualisasi langsung polip nasal. Endoskopi dapat dilakukan menggunakan endoskopi fleksibel atau kaku, terutama jika polip tidak terlihat dengan rhinoskopi anterior.
Berdasarkan hasil endoskopi, dapat ditentukan derajat keparahan polip nasal, yaitu:
- Derajat 0: Tidak terdapat polip
- Derajat 1: Polip terbatas hanya pada meatus medius
- Derajat 2: Polip melebihi meatus medius, namun tidak menutup rongga hidung
- Derajat 3: Polip menutup rongga hidung [3,13,14]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis polip nasal serta menentukan luasnya lesi di rongga hidung dan sinus. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain CT-Scan maksilofasial atau sinus secara aksial dan koronal, serta MRI jika dicurigai terdapat keterlibatan intrakranial atau ekstensi polip nasal. [2,13,14]
Biopsi
Biopsi dilakukan jika terdapat kecurigaan neoplasma, seperti adanya gejala polip unilateral, epistaksis, kakosmia, dan gejala oftalmologi (misalnya: displaced globe, penglihatan ganda, penurunan visus) atau tanda keterlibatan intrakranial.
Pada pemeriksaan histologi, polip nasal akan menunjukkan gambaran epitel kolumnar pseudostratifikasi bersilia, infiltrasi sel eosinofil, dan penebalan pada membran basal epitel. Stroma polip nasal umumnya edema, vaskularisasi polip buruk, dan kurang persarafan kecuali pada dasar polip. [1,2]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium kurang spesifik untuk mendiagnosis polip nasal. Pada pemeriksaan dapat dijumpai peningkatan eosinofil.
Alergi merupakan salah satu faktor risiko polip nasal, sehingga dapat diperoleh hasil positif dalam pemeriksaan radioallergosorbent test (RAST) atau skin prick test. [2,13]
Pada pemeriksaan usap dan kultur hidung bisa didapatkan eosinofilia pada pasien dengan rhinosinusitis kronik, rhinitis alergi, atau rhinitis non alergi dengan sindrom eosinofilia. Bisa juga ditemukan infeksi bakteri sekunder, paling sering oleh Staphylococcus aureus. [13,14]