Etiologi Polip Nasal
Etiologi polip nasal belum diketahui pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya polip nasal, antara lain faktor genetik, faktor biofilm, dan fungi. [2]
Faktor Genetik
Beberapa penelitian menganalisa perbedaan ekspresi gen pada jaringan normal nasal dan polip nasal untuk mengidentifikasi kerentanan gen terkait terjadinya polip nasal. Berdasarkan studi genetik, didapatkan risiko terjadinya polip nasal meningkat 5,53 kali pada individu dengan HLA-DQA1*0201-DQB1*0201. [1,2]
Selain itu, penelitian juga menemukan gen yang terlibat dalam perbaikan dan pemeliharaan inflamasi mukosa pada polip nasal, yakni Carbonic Anhydrase (CA). CA merupakan zinc metalloenzyme yang berperan dalam proses biologis sebagai epitel pengangkut cairan, termasuk transportasi ion dan air. Penurunan ekspresi CA berkaitan dengan gangguan elektrolit dan transportasi air pada sel epitel, sehingga menyebabkan edema jaringan dan meningkatkan risiko terbentuknya polip nasal. [1,2]
Faktor Biofilm
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur terdapat dalam 2 bentuk utama di rongga sinonasal, yakni sebagai free-floating planktonic replicating cells dan biofilm. Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme dalam matriks zat polimer ekstraseluler yang terdiri dari exopolysaccharides, asam nukleat, dan protein. [2,7]
Sifat struktural dari biofilm dan karakteristik sel sessile menghasilkan resistensi terhadap antimikroba, sehingga bakteri dalam biofilm dapat secara aktif memetabolisme dan menghasilkan endotoksin serta faktor virulensi lainnya, menyebabkan inflamasi kronik. [1,7]
Faktor Fungi
Fungi menjadi salah satu etiologi dari polip nasal. Spora dan hifa dari fungi merupakan antigen yang menyebabkan inflamasi oleh eosinofil dan major basic protein (MBP), sehingga terjadi kerusakan mukosa dan migrasi sel inflamasi lain. Aspergillus dan Alternaria merupakan spesies fungi yang sering terlibat dalam patogenesis polip nasal. [2]
Faktor Risiko
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inflamasi kronik merupakan faktor utama pembentukkan polip nasal. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya polip nasal, antara lain :
Alergi
Dalam suatu penelitian, didapatkan sebesar 0,5-4,5% populasi dewasa dengan rhinitis alergi menderita polip nasal. [2]
Studi yang ada mengindikasikan hubungan antara level IgE total, IgE spesifik, dan infiltrasi eosinofilik pada polip nasal. Tes intradermal ditemukan positif terhadap alergen makanan pada 81% pasien polip nasal dibandingkan dengan 11% kontrol. [2,8]
Asthma Bronkial
Terdapat sebesar 10% kasus asthma ditemukan berbarengan dengan polip nasal. Selain itu, terjadi polip nasal terlebih dulu, yang diikuti asthma 2-12 tahun kemudian. Onset terjadinya asthma yang lambat meningkatkan risiko polip nasal sekitar 10-15%. [1,8]
Umumnya prevalensi polip nasal 2 kali lipat lebih banyak pada laki-laki. Namun, pada pasien yang menderita polip nasal dan asthma, dilaporkan 2 kali lipat lebih banyak pada perempuan. Perempuan dengan polip nasal memiliki risiko 1,6 kali menderita asthma dan 2,7 kali memiliki rhinitis alergi. [8]
Sensitivitas terhadap Aspirin
Anak-anak dari penderita asthma bronkial dan sensitivitas terhadap aspirin lebih sering menderita polip nasal dan rhinosinusitis. Hal tersebut menunjukkan adanya peranan faktor genetik, di mana HLA A1/ B8 dilaporkan meningkatkan risiko polip nasal pada pasien asthma bronkial dan sensitivitas terhadap aspirin. [2]
Genetik
Dalam suatu penelitian, didapatkan >50% pasien polip nasal memiliki riwayat keluarga positif. Selain itu, juga ditemukan adanya asosiasi antara gen HLA-A74, HLA-DR7-DQA1*0201, dan haplotype HLA-DR7-DQB1*0202 dengan kejadian polip nasal. [1,2]
Faktor lainnya
Beberapa faktor risiko lainnya yang meningkatkan terjadinya polip nasal, antara lain kistik fibrosis, allergic fungal sinusitis, rhinosinusitis kronik, primary ciliary dyskinesia, churg-strauss syndrome, young syndrome serta nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES). [2,8]