Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Obstructive Sleep Apnea general_alomedika 2022-03-31T15:54:28+07:00 2022-03-31T15:54:28+07:00
Obstructive Sleep Apnea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Obstructive Sleep Apnea

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Diagnosis obstructive sleep apnea (OSA) dapat dilakukan melalui anamnesis untuk menanyakan keluhan yang dialami pasien baik pada saat siang hari ataupun malam hari, faktor risiko yang menyebabkan terjadinya OSA, dan dapat juga menggunakan kuesioner Epworth Sleepniness Scale (ESS) dan STOP-Bang. Kemudian pemeriksaan fisik lebih berfokus kepada faktor risiko seperti kelainan anatomis yang menyebabkan OSA dan pemeriksaan polisomnografi yang sekaligus dapat menilai derajat keparahan OSA.

Anamnesis

Petunjuk-petunjuk untuk mendiagnosis obstructive sleep apnea (OSA) bisa didapatkan dari anamnesis. Hal-hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah keluhan pasien dan faktor risiko. Anamnesis dapat dilakukan menggunakan alat bantu kuesioner. [1,16]

Keluhan Pasien

Dokter harus menanyakan keluhan-keluhan yang bisa muncul pada pasien OSA seperti mendengkur, mendengus, terengah-engah atau tersedak pada saat tidur, nyeri kepala di pagi hari, dan mengantuk berlebihan pada pagi atau siang hari (diurnal hypersomnolence).

Keluhan lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan OSA adalah gangguan mental, kepribadian, mood, impotensi, dan nokturia. Terdapat sebuah kuesioner yang bernama Epworth Sleepiness Scale (ESS) yang secara cepat dapat menilai rasa kantuk pasien. Kuesioner ini dapat membantu dokter dalam mengevaluasi rasa kantuk pasien apakah disebabkan oleh gangguan tidur atau hanya kelelahan saja.

Tabel 1. Kuesioner Epwoth Sleepiness Scale (ESS)

Kriteria Nilai mengantuk
Duduk dan membaca 0 1 2 3
Menonton televisi 0 1 2 3
Duduk diam di tempat umum 0 1 2 3
Sebagai penumpang mobil selama 1 jam tanpa istirahat 0 1 2 3
Rebahan untuk istirahat sore ketika memungkinkan 0 1 2 3
Duduk dan berbicara dengan seseorang 0 1 2 3
Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol 0 1 2 3
Saat mengemudi dan mobil berhenti beberapa menit dalam kemacetan 0 1 2 3

Berikut ini interpretasi dari hasil kuesioner ESS, nilai 0 apabila pasien tidak pernah mengantuk, nilai 1 apabila pasien sedikit mengantuk, nilai 2 cukup mengantuk, 3 apabila pasien sangat mengantuk dan tertidur. Apabila hasil skor dari kuesioner ESS ≥ 10, maka artinya pasien mengalami diurnal hypersomnolence atau daytime sleepniness dan mengalami gangguan tidur. [17]

Selain kuesinoer ESS, terdapat kuesioner lain yang bertujuan untuk mempermudah dokter untuk menilai atau melakukan screening pada pasien yang dicurigai mengalami OSA. Terdapat sebuah kuesioner bernama STOP-Bang yang sudah tervalidasi sebagai alat screening risiko OSA, terutama pada pasien dengan obesitas atau pasien bedah. Kuesioner ini memiliki sensitivitas sebesar ≥ 85% dengan spesifisitas sebesar 25-85%. [18]

Tabel 2. Kuesioner STOP-Bang

Pertanyaan Ya Tidak

Snoring (Apakah Anda mendengkur saat tidur?)

   

Tiredness (Apakah Anda sering merasa lelah, lesu atau mengantuk pada pagi atau siang hari?)

Observed Apnea (Apakah seseorang pernah melihat Anda berhenti bernapas, tersedak, atau terengah-engah pada saat Anda tertidur?)

High Blood Pressure (Apakah Anda memiliki penyakit hipertensi baik terkontrol maupun tidak terkontrol?)

BMI (Apakah indeks masa tubuh Anda melebihi 30 kg/m2 ?)

Age (Apakah usia Anda lebih dari 50 tahun?)

Neck (Apakah lingkar leher Anda lebih dari 40 cm?)

Gender (Apakah Anda seorang laki-laki?)

Interpretasi dari hasil kuesioner yakni berupa 1 poin untuk setiap jawaban ya dari pasien. Risiko rendah apabila hasil dari kuesioner 0-2 poin, risiko sedang apabila hasil dari kuesioner 3-4 poin, dan risiko tinggi apabila hasil dari kuesioner ≥5 poin.

Faktor Risiko

Selain anamnesis terkait dengan keluhan yang dialami oleh pasien, faktor risiko yang berhubungan dengan OSA juga harus ditanyakan. Faktor risiko ini antara lain usia pasien (40-70 tahun), jenis kelamin, dan riwayat keluarga mengalami OSA. Adanya penyakit penyerta yang bisa meningkatkan risiko OSA juga perlu diidentifikasi, misalnya hipertensi, atrial fibrilasi, depresi, gagal jantung kongestif, stroke, penyakit jantung koroner, Down syndrome, penyakit Marfan, sindrom Pierre-Robin, dan obesitas.

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan obstructive sleep apnea (OSA) tidak memiliki karakteristik atau penampilan khusus yang dapat membantu dokter untuk mendiagnosis OSA. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk mencari faktor risiko yang menyebabkan pasien mengalami OSA. Pemeriksaan fisik dapat menilai lingkar leher, indeks masa tubuh, kelainan struktur anatomi saluran napas atas (hipertrofi tonsil dan adenoid, deviasi septum nasi, retrognatia, makroglosia, abnormalitas palatum, kraniosinostosis, abnormalitas sendi temporomandibula, dan polip nasal). [16]

Diagnosis Banding

Berikut ini adalah dua penyakit yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari obstructive sleep apnea (OSA) dikarenakan kemiripan dari gejala klinis yang dialami oleh pasien. [13]

Narkolepsi

Narkolepsi merupakan salah satu jenis penyakit gangguan tidur yang memiliki gejala klasik berupa rasa mengantuk yang berlebihan pada pagi atau siang hari, katapleksi, halusinasi hipnagogik, dan kelumpuhan saat tidur (sleep paralysis). Pasien dengan narkolepsi tidak dapat bangun atau tetap terjaga dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi aktivitas baik di sekolah maupun di tempat kerja.

Pada saat penderita narkolepsi tidur, mereka akan terbangun beberapa kali di malam hari dan juga mungkin mengalami keluhan seperti apnea pada saat tidur dan menyentak-nyetakan kaki (leg jerking). Selain itu, tanda khas pada penderita narkolepsi adalah katapleksi di mana seseorang kehilangan tonus otot rangka secara tiba-tiba tanpa hilang kesadaran, dan biasanya dipicu oleh tawa, kejutan, ataupun amarah. [20]

Central Sleep Apnea

Central Sleep Apnea (CSA) ditandai dengan adanya apnea berulang selama tidur tanpa adanya usaha respirasi. CSA sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung, gangguan neurologi, dan pengguna opiat dosis tinggi. Keluhan-keluhan yang dialami oleh penderita CSA hampir serupa dengan penderita OSA, seperti hypersomnolence pada siang atau pagi hari dan insomnia, namun keluhan akan lebih parah pada penderita CSA. CSA pada orang dewasa ditandai dengan berhentinya aliran udara selama 10 detik atau lebih tanpa ada upaya inspirasi. [21]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu mendiagnosis obstructive sleep apnea (OSA) adalah polisomnografi. Polisomnografi adalah baku emas dalam uji diagnostik  untuk menilai gangguan tidur di malam hari, yang dilakukan di dalam laboratorium tidur. Pada monitor polisomnografi terdapat 3 sinyal utama, pada sinyal pertama adalah sinyal untuk menentukan stadium tidur, sinyal kedua adalah untuk menilai irama jantung melalui elektrokardiogram (EKG), dan yang terakhir adalah sinyal yang berhubungan dengan pernapasan atau respirasi.  [6,16]

Polisomnografi juga dilakukan untuk menilai Indeks Apnea-Hipopnea (AHI), yang menilai beratnya OSA. AHI dihitung dengan menambahkan seluruh episode apnea dan hypopnea dibagi total waktu tidur (jam).

  • Derajat ringan: skor AHI 5-14
  • Derajat sedang: skor AHI 15-29
  • Derajat berat: skor AHI ≥30

Selain menilai jumlah episode apnea dan hypopnea, polisomnografi juga menilai saturasi oksigen pada saat penderita OSA tertidur. Pada kondisi hipopnea, saturasi oksigen dapat menurun hingga 10-15%, namun apabila saturasi oksigen menurun hingga ≥50% maka sudah masuk ke kategori derajat berat. [20]

Referensi

1. Mannarino MR, Filippo FD, Pirro M. Obstructive sleep apnea syndrome. Eur J Intern Med. 2012; 23: 586-593
6. Durgan DJ, Bryan RM. Cerebrovascular consequences of obstructive sleep apnea. J Am Heart Assoc. 2012; 1: e000091
13. Medscape. Obstructive Sleep Apnea. 2019. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/295807-overview#a1
16. Do MS, Wilson J, Floyd R. Diagnosis and treatment of obstructive sleep apnea in adults. Am Fam Physician. 2016; 94(5): 355-361.
17. Doghramji PP, Lieberman JA, Gordon ML. Stay awake! understanding, diagnosing and successfully managing narcolepsy. J Fam Pract. 2007; 56(11): 17-32
18. Chung F, Yegneswaran B, Liao P, et al. STOP questionnaire. Anesthesiology. 2008; 108: 812-821
20. Flygare J, Parthasarathy S. Narcolepsy: let the patient’s voice awaken us!. Am J Med. 2015; 128(1): 10-13

Epidemiologi Obstructive Sleep A...
Penatalaksanaan Obstructive Slee...

Artikel Terkait

  • Overdiagnosis Noisy Breathing pada Bayi
    Overdiagnosis Noisy Breathing pada Bayi
  • Perawatan Alat CPAP di Rumah
    Perawatan Alat CPAP di Rumah
Diskusi Terbaru
dr.Tirta Adi Prabawa
Kemarin, 22:42
FG throces untuk radang tenggorokan
Oleh: dr.Tirta Adi Prabawa
5 Balasan
Alo dokter. Saya ingin bertanya apakah FG throces bisa dikombinasikan dengan antibiotik lainnya dalam kondisi tertentu? Kalau bisa evidence based nya sprti...
dr.Nina
Kemarin, 14:33
Pindah Keanggotaan IDI
Oleh: dr.Nina
5 Balasan
Alo dokter. Saya sudah mengajukan pindah keanggotaan IDI ditempat yang baru. Berkas-berkasnya juga sudah saya kirim ke admin ditempat yang baru. Saya lihat...
Anonymous
Kemarin, 05:41
Switch terapi Antibiotik
Oleh: Anonymous
10 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, jika ada pasien yang mendapat terapi ceftriaxon iv selama 2 hari kemudian hasil lab sudah membaik, dan pasien secara umum tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.