Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Panduan e-prescription untuk infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada dewasa ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau common cold merupakan inflamasi pada hidung, sinus paranasal, nasofaring, epiglotis, atau laring yang secara umum disebabkan oleh infeksi organisme patogen seperti rhinovirus, coronavirus, dan Haemophilus influenzae.[1]
Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, pasien dengan ISPA biasanya mengeluhkan beberapa gejala sebagai berikut:
- Rinorea, pilek, kongesti nasal, bersin
- Nyeri tenggorokan, batuk
- Demam, nyeri kepala atau pusing
- Nyeri otot dan sendi, malaise
Masa inkubasi dapat berlangsung selama 1–3 hari sejak paparan dan berlangsung selama 7–10 hari atau bahkan dapat menetap sampai 3 minggu. Sebagian besar penyakit ISPA merupakan self limiting disease dan dapat sembuh total dalam 14 hari.[1]
Peringatan
Perhatian khusus perlu diberikan kepada penderita asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit paru kronis lainnya karena ISPA dapat memicu terjadinya eksaserbasi akut, superinfeksi bakteri, serta obstruksi jalan napas.[1,3]
Peringatan Medikamentosa
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan ISPA adalah:
- Antibiotika tidak efektif untuk mengobati ISPA viral bahkan dapat berbahaya.
- Berdasarkan peraturan BPOM, pemberian obat-obatan prekursor tidak dapat diberikan melalui konsultasi online, seperti codein, ephedrine, pseudoephedrine, dan norephedrin, termasuk obat bebas (OTC) yang mengadung obat prekursor ini.
- Berdasarkan peraturan BPOM, dextromethorphan (DMP) termasuk obat-obatan yang sering disalahgunakan, sehingga tidak dapat diresepkan secara online, termasuk obat bebas (OTC) yang mengadung obat ini.
- Chlorpheniramine maleat dan diphenhydramine termasuk dalam golongan antihistamin generasi pertama, sehingga memiliki efek sedasi. Peringatan akan efek samping mengantuk perlu diberikan kepada orang yang mengendarai mobil atau motor, orang yang mengoperasikan alat berat, atau aktivitas lain di mana kondisi mengantuk dapat membahayakan pasien atau orang lain. Obat-obat tersebut tidak boleh dikonsumsi saat siang hari.
- Cetirizine dan loratadine termasuk dalam golongan antihistamin generasi kedua, sehingga efek sedasinya minimal. Namun, beberapa literatur menyebutkan bahwa efek sedasi cetirizine lebih tinggi daripada loratadine.[4-9]
Medikamentosa
Medikamentosa yang diberikan sebagai terapi ISPA pada dewasa umumnya bersifat suportif, tergantung pada gejala yang ditimbulkan. Antibiotik umumnya tidak diperlukan karena kebanyakan kasus disebabkan oleh infeksi virus, sedangkan antivirus hanya dipertimbangkan dalam konteks wabah seasonal flu, seperti pada pandemi flu burung.[1,3]
Tata Laksana Suportif
Penatalaksanaan pada ISPA umumnya bersifat suportif dengan pemilihan obat tergantung pada gejala yang menyertai dan hanya digunakan untuk meredakan gejala. Obat yang biasa digunakan adalah analgesik antipiretik untuk meredakan demam, nyeri kepala, meriang; dekongestan untuk meredakan hidung tersumbat dan rinorea; antihistamin untuk meredakan bersin dan rinorea; dan mukolitik untuk mengencerkan dahak pada batuk atau rinorea.[3,4]
Untuk menurunkan demam dan nyeri kepala, pilih salah satu obat analgesik dan antipiretik berikut ini:
Paracetamol 500–1.000 mg peroral, 3–4 kali sehari, dengan dosis maksimal 4 gram/hari, diberikan jika ada keluhan demam atau nyeri kepala
Ibuprofen 200–400 mg peroral, 4–6 kali sehari, dengan dosis maksimal 3,2 gram/hari, diberikan jika keluhan demam atau nyeri kepala[1,4]
Keluhan rinorea atau hidung tersumbat pada ISPA dapat diatasi dengan pemberian dekongestan topikal berikut ini:
Oxymetazoline solusio 0,05% intranasal, 2–3 tetes/spray, 2 kali sehari, selama 3–5 hari atau jika ada keluhan hidung tersumbat.[5]
Antihistamine umumnya digunakan untuk meredakan gejala gatal pada hidung dan bersin. Pilih salah satu agen berikut ini:
Chlorpheniramine maleate 4 mg peroral, 4–6 kali sehari, dengan dosis maksimal 24 mg/hari
Diphenhydramine 25–50 mg peroral, 6 kali sehari, dengan dosis maksimal 150 mg/hari
Cetirizine 5–10 mg peroral, 1 kali sehari
Loratadine 10 mg peroral 1 kali sehari, atau dosis 5 mg 2 kali sehari, dengan dosis maksimal 10 mg/hari[4,6]
Mukolitik berfungsi untuk mengurangi sekresi nasofaring dan meningkatkan drainase, sehingga dapat diberikan jika terdapat batuk berdahak dan rinorea. Umumnya, obat-obatan mukolitik tersedia dalam kombinasi dengan obat simtomatik lainnya, tetapi tersedia juga dalam formulasi tunggal. Obat mukolitik yang dapat digunakan untuk mengatasi ISPA:
- Guaifenesin 200–400 mg, 6 kali sehari, atau dalam sediaan tablet lepas lambat 600–1.200 mg, 2 kali sehari, dengan dosis maksimal 2.400 mg/hari.
Ambroxol 30–120 mg peroral, 2–3 kali sehari atau ambroxol sirup 10 mL, 2 kali sehari, jika terdapat batuk berdahak atau rinorea.
Bromhexine 8 mg peroral, 3 kali sehari, jika terdapat batuk berdahak atau rinorea.
Acetylcysteine tersedia dalam sediaan intranasal dan oral:
Sediaan oral: Acetylcysteine 200 mg, 3 kali sehari, atau sediaan 600 mg dengan dosis sekali sehari.
Sediaan larutan intranasal:
Acetylcysteine 10%, 6–10 mL, 3–4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 2–20 mL, setiap 2–6 jam atau sesuai kebutuhan.
Acetylcysteine 20%, 3–5 mL, 3–4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 1–10 mL, setiap 2–6 jam atau sesuai kebutuhan.[4,7]
Home Remedy
Terapi home remedy yang dapat dianjurkan pada pasien ISPA adalah:
- Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari
- Kompres hangat
Irigasi nasal dengan cairan salin normal
- Berkumur dengan cairan salin normal[3,4]
Terapi Antiviral
Umumnya, terapi antivirus tidak diperlukan pada kasus ISPA. Pemberian antiviral dapat dipertimbangkan saat kondisi wabah flu musiman pada pasien yang telah terkonfirmasi terinfeksi virus influenza tipe A (flu burung) atau B, terutama pada pasien yang sedang hamil, usia di atas 65 tahun, imunokompromais, dan dengan morbiditas obesitas.
Regimen yang dapat diberikan adalah oseltamivir 75 mg peroral, 2 kali sehari, dengan pemberian maksimal 10 hari.[1,3]
Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik pada ISPA hanya dilakukan apabila ada bukti keterlibatan infeksi bakteri atau infeksi bakteri lain yang menyertai, Pada kasus ISPA, umumnya keterlibatan infeksi bakteri bermanifestasi sebagai detritus pada tonsil. Antibiotik empiris juga dapat diberikan pada kondisi sebagai berikut:
Antibiotik spektrum luas yang dapat diberikan adalah:
- Amoxicillin 250–500 mg peroral, 3 kali sehari, atau 500–875 mg 2 kali sehari, diminum selama 10 hari.[1,3]
Untuk pasien dengan riwayat alergi penisilin, antibiotik golongan makrolida dapat diberikan. Pilih salah satu di antara obat berikut:
Clarithromycin 250 mg peroral, dua kali sehari, selama 7–14 hari
Clindamycin 150–300 mg peroral, 4 kali sehari, selama 7 hari
Pilihan Terapi pada Wanita Hamil dan Ibu Menyusui
Penggunaan oxymetazoline pada wanita hamil harus dihindari karena termasuk dalam kategori not assigned oleh FDA. Belum diketahui juga apakah obat ini diekskresikan ke dalam ASI, sehingga sebaiknya penggunaannya dihindari pada ibu menyusui.
Bromhexine termasuk dalam kategori A sehingga tergolong aman diberikan kepada wanita hamil. Namun, belum diketahui apakah obat ini diekskresikan ke dalam ASI. Guaifenesin termasuk dalam kategori C, sehingga tidak dianjurkan diberikan kepada wanita hamil tanpa indikasi manfaat yang kuat.
Obat analgesik antipiretik yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah paracetamol karena termasuk dalam kategori B oleh FDA, sedangkan ibuprofen termasuk dalam kategori C.[1,4]