Pendahuluan Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynobacterium diphtheria (C. diphtheria). Penyakit ini paling sering menginfeksi saluran pernapasan atas, menyebabkan faringitis, nasofaringitis, tonsillitis, laringitis, atau kombinasinya.
Difteri memiliki ciri khas yaitu terdapat pseudomembran pada lokasi infeksi primernya. Pada kasus berat, infeksi dapat menyebar ke trakea menyebabkan trakeitis dan/atau adenopati servikal yang berat. Kondisi ini dapat menghambat jalan napas yang dapat mengancam nyawa penderitanya.
Difteri paling sering ditularkan antar manusia melalui droplet respiratorik. Difteri respiratorik biasanya terjadi setelah masa inkubasi selama 2-5 hari.
Diagnosis difteri biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinis karena terapi presumtif harus dimulai segera. Namun untuk diagnosis pasti, dibutuhkan kultur dari lesi.

Komponen utama pengobatan yang diperlukan pada difteri adalah antitoksin difteri dan antibiotik. Difteri dapat dicegah terutama dengan pemberian imunisasi difteri, baik itu imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan.
Perlindungan optimal terhadap difteri pada masyarakat dapat dicapai dengan cakupan imunisasi dasar dan lanjutan yang tinggi dan merata.[1-4]