Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Diagnosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) harus dibedakan dari gangguan sistem pernafasan lainnya.
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) biasanya datang dengan kombinasi gejala dari bronkitis kronik, emfisema, dan asma. Gejala utama antara lain:
- Batuk produktif, yang biasanya lebih berat pada pagi hari disertai produksi sputum
- Sesak nafas yang biasanya memberat pada usia 60 tahun ke atas
Wheezing dapat ditemukan pada beberapa pasien, terutama saat aktifitas.
Gejala tersebut berubah menjadi semakin berat, sehingga menyebabkan keluhan sesak yang hebat, keterbatasan aktifitas fisik dan perubahan pada status mental. Terkadang ditemukan gejala-gejala tambahan yang khas pada tipe PPOK tertentu.
Pada PPOK tipe bronkhitis kronik, gejala khas yang sering muncul adalah :
- Batuk produktif yang semakin parah seiring waktu dan menyebabkan sesak yang hilang timbul
- Infeksi paru yang sering berulang
- Gagal nafas/gagal jantung yang berkembang secara progresif disertai edema dan peningkatan berat badan
Pada PPOK tipe emfisema, gejala khas yang sering muncul adalah:
- Riwayat sesak nafas yang progresif disertai batuk nonproduktif
- Sputum mukopurulent yang jarang kambuh
- Cachexia
Merokok merupakan faktor risiko utama dari PPOK, sehingga perlu ditanyakan riwayat merokok pada pasien. Riwayat merokok yang perlu ditanyakan adalah jumlah dan lama merokok, termasuk usia mulai merokok dan usia berhenti merokok. Riwayat terpapar zat iritan di tempat bekerja juga perlu ditanyakan. Penyakit komorbid yang mungkin dapat ditenukan pada PPOK adalah kanker paru, bronkiektasis, penyakit jantung, osteoporosis, sindrom metabolik, kelemahan otot, anxietas, depresi, dan gangguan fungsi kognitif. Pasien dapat juga memiliki riwayat keluarga penderita PPOK atau penyakit pernafasan kronik lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada PPOK fase awal umumnya normal atau hanya menunjukkan ekspirasi yang memanjang. Pemeriksaan fisik akan semakin bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan PPOK dan semakin bermakna pada PPOK berat.
Inspeksi
Pada inspeksi dapat ditemukan :
- Penampilan pink puffer (kurus, kulit kemerahan) atau blue bloater(gemuk, sianosis, edema tungkai)
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan dapat terlihat denyut vena jugularis dan edema tungkai
- Penggunaan dan hipertrofi otot bantu nafas
- Pursed-lips breathing
Barrel chest( diameter antero-posterior dan transversal sebanding)
Palpasi
Pada tipe emfisema, fremitus paru dirasakan melemah dengan sela iga melebar.
Perkusi
Pada perkusi toraks akan ditemukan suara paru hipersonor, batas jantung mengecil, dan letak diafragma rendah.
Auskultasi
Pada auskultasi toraks akan ditemukan ekspirasi memanjang, wheezing pada waktu bernafas biasa atau ekspirasi paksa, penurunan suara nafas vesikuler, dan suara jantung terdengar menjauh.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) bergantung dari presentasi klinis pasien. Secara umum, PPOK dapat didiagnosis banding dengan:
Asma
Asma biasanya sudah muncul dari usia anak. Gejala asma biasanya muncul pada malam atau dini hari dan bersifat reversibel. Dapat juga ditemukan alergi, rhinitis dan/atau eczema. Namun dapat juga ditemukan kombinasi gejala dari PPOK dan Asma.
Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung merupakan penyebab sesak nafas yang sering ditemui pada pasien usia tua, dan beberapa pasien merasakan berat di dada dan wheezing dengan penumpukan cairan. Pada gagal jantung biasanya ditemukan rhonki basah halus pada basal paru. Pada foto thoraks ditemukan kardiomegali dan edema paru. Pada pemeriksaan fungsi paru menunjukkan adanya restriksi volume, bukan keterbatasan aliran udara. Peningkatan BNP juga dapat ditemukan pada gagal jantung kongestif.
Bronkiektasis
Merupakan pelebaran abnormal bronchus yang berhubungan dengan infeksi kronik atau infeksi berulang. Gejala menyerupai PPOK, namun disertai dengan sesak semakin berat dengan produksi sputum yang mukopurulen.
Tuberkulosis
Tuberkulosis dapat terjadi pada semua usia. Foto thoraks polos menunjukkan gambaran infiltrat dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikrobiologis.
Bronkiolitis Konstriktif
Biasanya muncul pada usia muda, dan terjadi setelah trauma inhalasi, transplantasi (sumsum tulang, paru), riwayat reumatoid arthritis atau inflammatory bowel disease (IBS). Pasien akan mengalami batuk dan sesak yang dapat muncul saat istirahat atau beraktifitas. Tes fungsi paru menunjukkan keterbatasan aliran udara yang progresif dan ireversibel.
Panbronkiolitis Difusa
Biasanya ditemukan pada pasien dengan keturunan asia. Sebagian besar pasien laki-laki dan tidak merokok. Tes fungsi paru menunjukkan adanya gambaran obstruktif, namun terkadang ditemukan juga campuan obstruktif-restriktif.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) yang bermanfaat diantaranya adalah pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru sangat penting dalam menegakkan diagnosis, menentukan tingkat keparahan PPOK dan untuk mengkaji ulang kondisi pasien PPOK. Pemeriksaan dengan spirometri pada PPOK diutamakan untuk menentukan nilai forced expiratory volume in 1 second (FEV1) dan the forced vital capacity (FVC).
Pada PPOK ditemukan penurunan nilai FEV1 dengan penurunan rasio FEV1/FVC. Dapat juga dilakukan uji bronkodilator. Jika Nilai rasio FEV1/FVC post pemberian bronkodilator <0.70, ini menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara yang persisten.
Global Initiative Lung Disease (GOLD) melakukan klasifikasi tingkat keparahan keterbatasan aliran udara pada PPOK. Klasifikasi ini berdasarkan pemeriksaan spirometri setelah dilakukan pemberian bronkodilator inhalasi kerja pendek untuk meminimalisir variabilitas. Berikut klasifikasinya berdasarkan nilai FEV1 post-bronkodilator dengan rasio FEV1/FVC <70%:
- GOLD 1 (Mild) : FEV1 > 80% predicted
- GOLD 2 (Moderate) : 50% < FEV1 < 80% predicted
- GOLD 3 (Severe) : 30% < FEV1 < 50% predicted
- GOLD 4 (Very Severe) : FEV1 < 30% predicted
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada PPOK adalah foto rontgen toraks dan CT Scan toraks.
Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat ditemukan hiperinflasi paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan jantung yang sempit, dan gambaran jantung seperti pendulum (tear drop appearance). Pada PPOK tipe bronkitis kronis dapat ditemukan pertambahan corak vascular paru dan kardiomegali.
Pemeriksaan CT scan toraks dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai tipe dari PPOK. CT Scan lebih spesifik dalam mendiagnosa emfisema jika dibandingkan foto thoraks polos.
Gambar: Gambaran CT scan pada penderita PPOK emfisematosa (kiri) dan non-emfisematosa (kanan)
Pemeriksaan Echokardiografi
Pada pasien dengan PPOK lama, dapat menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan (cor pulmonale). Echocardiografi dapat digunakan untuk menilai tekanan sistolik arteri pulmonal dan fungsi sitolik ventrikel kanan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sebetulnya tidak ada yang spesifik untuk PPOK. Apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium, maka akan didapatkan :
- Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keparahan dan serangan akut dari PPOK. Secara umum. pH < 7.3 menandakan adanya gangguan pernafasan akut. Biasanya juga ditemukan kompensasi ginjal sehingga nilai pH mendekati normal.
- Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk melihat apakah ada infeksi sekunder pada PPOK yang ditandai dengan leukositosis
- Pemeriksaan kimia darah pada pasien PPOK dapat menunjukkan retensi natrium. Obat-obatan PPOK (agonis beta adrenergic, teofiline) memiliki efek penurunan kadar kalium serum, sehingga harus dilakukan monitor berkala.
- Pemeriksaan Sputum
Pada bronchitis kronis, biasanya sputum bersifat mukoid dan penuh dengan makrofag. Pada PPOK eksaserbasi, sputum akan menjadi purulent dan penuh dengan neutrofil. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kultur mikroorganisme, sehingga dapat diberikan antibiotik yang definitif.
- Pemeriksaan Brain natriuretic peptide (BNP) dapat membantu dalam membedakan sesak yang disebabkan oleh PPOK atau oleh gagal jantung kongestif. Namun tetap harus memperhatikan gejala klinis pasien.
- Pemeriksaan enzim alpha1-antitrypsin (AAT) dapat ditemukan defisiensi AAT. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita emfisema pada usia muda. [2, 8, 9, 10]