Epidemiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Epidemiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan berkisar antara 7-19%.
Global
Epidemiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan berkisar antara 7-19%. The Burden of Obstructive Lung Disease (BOLD) mengungkapkan angka prevalensi global adalah 10.1%. Pria ditemukan memiliki prevalensi 8.5% dan wanita 8.5%. Angka prevalensi bervariasi di berbagai daerah di dunia. Kota Cape Town di Afrika Selatan memiliki angka prevalensi tertinggi, yaitu 22.2% pada pria dan 16.7% pada wanita. Kota Hannover di Jerman memiliki angka prevalensi terendah, yaitu 8,6% pada pria dan 3.7% pada wanita. [5]
Angka kematian karena PPOK di seluruh dunia diperkirakan mencapai 3 juta kematian pada tahun 2015. Ini berarti sekitar 5% dari seluruh kematian di dunia. Lebih dari 95% kematian karena PPOK terjadi pada Negara berpenghasilan rendah dan sedang. PPOK merupakan penyebab kematian ketiga di amerika serikat dengan angka kematian mencapai 120000 orang per tahun.[3, 4]
Indonesia
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES) tahun 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat keenam dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sebanyak 3,7%.[6] Pada tahun 2015 saja, dapat dilihat bahwa penduduk berusia 15 tahun keatas yang mengkonsumsi rokok sebesar 22,57% di perkotaan dan 25,05% di pedesaan. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihabiskan selama seminggu mencapai 76 batang di perkotaan dan 80 batang di pedesaan. Hal ini menunjukkan tingginya angka perokok di Indonesia yang merupakan faktor risiko utama PPOK.[7]