Penatalaksanaan Gangguan Skizoafektif
Penatalaksanaan gangguan skizoafektif tergantung pada tipe gangguannya. Modalitas terapi yang digunakan untuk masing-masing tipe berbeda.
Psikoterapi
Pasien-pasien dengan gejala psikotik seperti pasien dengan skizoafektif umumnya mempunyai masalah dalam interaksi sosial karena gejala negatif yang dialami dan kepatuhan minum obat. Psikoterapi suportif, psikoedukasi, dan Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan psikoterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi dan memperbaiki hal ini. Selain itu psikoedukasi dan intervensi keluarga juga perlu dilakukan.[7]
Sebuah penelitian menemukan bahwa terapi dengan CBT ternyata menurunkan kecemasan dan gejala psikotik pasien. Terapi CBT bukan ditujukan untuk menghilangkan gejala psikotik, tapi membuat pasien lebih adaptif dengan gejala psikotiknya.[8,9]
Medikamentosa
Farmakoterapi yang digunakan untuk pasien dengan gangguan skizoafektif adalah antipsikotik, antidepresan, dan mood stabilizer, sesuai dengan gejala yang dialami pasien. Obat yang digunakan antara lain adalah :
Antipsikotik
Antipsikotik yang direkomendasikan adalah haloperidol, risperidone, olanzapine, aripiprazole, ziprasidone, quetiapine, clozapine, iloperidone, paliperidone, dan asenapine.[10] Antipsikotik yang disetujui oleh FDA untuk terapi gangguan skizoafektif adalah paliperidone, baik dengan ataupun tanpa tambahan terapi adjuvan. Paliperidone bisa digunakan untuk penanganan akut maupun rumatan pada gangguan skizoafektif.[11,12]
Penyebab kekambuhan diantaranya adalah ketidakpatuhan terapi. Pada pasien yang menolak minum obat, maka patut dipertimbangkan pemberian injeksi antipsikotik long acting, seperti haloperidol decanoat, risperidone pamoat, fluphenazine decanoat, atau paliperidone pamoat.
Antidepresan
Antidepresan yang direkomendasikan adalah golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI), yaitu sertraline, fluoxetine, paroxetine, fluvoxamine, citalopram, escitalopram.[10]
Mood stabilizers
Mood stabilizer diberikan pada pasien dengan tipe manik atau tipe campuran (tipe bipolar berdasarkan DSM-5). Mood stabilizer yang direkomendasikan adalah lithium carbonat, asam valproate, carbamazepine, dan oxcarbazepine. [10]
Terapi Tunggal (monoterapi)
Penggunaan antidepresan sebagai monoterapi pada gangguan skizoafektif tidak direkomendasikan. Yang dapat digunakan sebagai monoterapi pada gangguan skizoafektif adalah antipsikotik atau mood stabilizer.
Antipsikotik yang disetujui sebagai monoterapi untuk manajemen fase akut dan rumatan adalah paliperidone. Antipsikotik lain yang juga dilaporkan efektif adalah ziprasidone. Olanzapine dan flufenazin superior bila dibandingkan dengan haloperidol dan lithium. Risperidone mempunyai efikasi yang setara dengan haloperidol, tapi dengan profil efek samping yang lebih ringan. Aripiprazole juga dilaporkan efektif dalam penanganan gangguan skizoafektif.[12]
Monoterapi dengan mood stabilizer inferior bila dibandingkan monoterapi dengan antipsikotik. Mood stabilizer yang paling banyak digunakan adalah asam valproate dan lithium. Carbamazepine juga bisa digunakan dan dilaporkan superior bila dibandingkan lithium pada pasien dengan gangguan skizoafektif tipe depresif, tapi setara dengan lithium pada pasien dengan gangguan skizoafektif tipe manik.[12]
Terapi Kombinasi
Umumnya pasien gangguan skizoafektif mendapatkan terapi kombinasi antipsikotik dan mood stabilizer. Kombinasi lithium dengan antipsikotik lainnya dilaporkan superior bila dibandingkan kombinasi antara asam valproate dengan antipsikotik. Kombinasi lithium dengan antipsikotik juga superior bila dibandingkan dengan antipsikotik tunggal [12].
Kombinasi dengan antidepresan lebih efektif dibandingkan monoterapi dengan antipsikotik pada pasien dengan gangguan skizoafektif tipe depresif. Kombinasi dengan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI; misalnya fluoxetine, sertraline) dan serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI; misalnya mirtazapine, trazodon) mempunyai efek samping yang lebih ringan dan secara signifikan memperbaiki gejala depresi.[13]