Penatalaksanaan TB MDR
Penatalaksanaan Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) adalah antituberkulosis 6 bulan fase intensif dan 18 bulan fase lanjutan, pembedahan, serta terapi suportif. Regimen antituberkulosis yang digunakan adalah pirazinamid (Z), ethambutol (E), kanamisin (Kn), levofloxacin (Lfx), ethionamide (Eto), dan cycloserine (Cs).
Medikamentosa
Penatalaksanaan pasien yang sudah terdiagnosis dengan TB MDR adalah segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan anti tuberkulosis lini ke dua.
Pemberian pengobatan diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal pada 6 bulan pertama atau 4 bulan setelah konversi biakan. Tahapan selanjutnya adalah tahapan lanjutan yaitu pemberian obat anti tuberkulosis oral tanpa suntikan. Total lama pengobatan adalah selama 18 bulan setelah konversi biakan atau total 19-24 bulan. [3,11,13]
Selain memperhatikan konversi biakan penghentian pengobatan juga tetap memperhatikan keadaan klinis dan radiologis dari penderita. Pada pasien dengan koinfeksi dengan HIV AIDS pemberian panduan obat TB MDR ini sebaiknya disertai juga dengan pemberian antiretroviral dengan rutin.[13]
Pasien TB MDR yang disertai dengan gejala penurunan kesadaran tidak dianjurkan untuk pemberian obat anti tuberkulosis PAS dan Ethambutol karena penetrasi obat tersebut terhadap sawar darah otak sangat minimal dan sebaiknya diganti dengan pemberian imipenem atau meropenem pada pasien anak. [13]
Evaluasi yang perlu dilakukan dalam pengobatan TB MDR adalah biakan sputum. TB MDR akan dinyatakan sembuh setelah mendapatkan hasil biakan sputum negatif setelah pemeriksaan tiga kali dengan selang 30 hari. Selain biakan sputum, untuk memantau efek samping pengobatan sebaiknya dilakukan pemeriksaan kreatinin serum untuk melihat efek samping aminoglikosida, elektrolit untuk efek samping obat suntikan, kadar TSH untuk efek samping Ethionamid dan PAS, serta pemeriksaan fungsi hati untuk pirazinamid. [3,11]
Standar Antituberkulosis TB MDR
Panduan standar pengobatan TB MDR ini adalah paduan Km-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)/Lfx-Eto-Cs-Z-(E) yaitu paduan antibiotic Kanamisin (Km), Levofloxacin (Lfx), Ethionamide (Eto), Cycloserin (Cs), Pirazinamid (Z), dan Ethambutol (E).
Pada Pasien Resisten Kanamisin
Pada pasien yang sejak awal sudah terbukti resisten dengan kanamisin maka panduan pengobatannya menggunakan Kapreomisin (Cm)-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)/Lfx-Eto-Cs-Z-(E).
Pada Pasien Resisten Florokuinolon
Pasien yang terbukti resisten fluorokuinolon maka panduan pengobatan yang digunakan adalah Km-Moxifloksasin (Mfx)-Eto-Cs-PAS (para aminosalicylic acid)-Z-(E)/ Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E). Namun, jika sejak awal terbukti resisten terhadap kanamisin dan fluorokuinolon maka panduan standar yang digunakan adalah Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E).[11]
Pembedahan
Prinsip tindakan pembedahan pada pasien TB MDR dilakukan sejak awal pengobatan berdasarkan penilaian bahwa tindakan ini akan memberikan keberhasilan yang lebih baik dengan tingkat morbiditas yang rendah dibandingkan dengan medikamentosa. Pengobatan ini bukan pilihan terakhir setelah paduan pengobatan yang diberikan gagal. Indikasi tindakan pembedahan ini adalah pasien TB MDR dengan biakan basil tahan asam positif tinggi, resisten terhadap hampir sebagian besar dari pengobatan TB MDR dan infeksi TB terlokalisasi pada satu lobus atau satu paru. Tindakan pembedahan yang dianjurkan adalah pembedahan reseksi. [13]
Terapi Suportif
Sebagian besar paduan obat TB MDR akan menurunkan nafsu makan, namun pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein serta vitamin dan mineral seperti zinc, kalsium dan besi sangat disarankan untuk memberikan keberhasilan terapi pada pasien TB MDR.[13]