Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Galactorrhea general_alomedika 2023-02-27T15:20:53+07:00 2023-02-27T15:20:53+07:00
Galactorrhea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Galactorrhea

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Etiologi galactorrhea disebabkan oleh berbagai hal, dan seringkali berhubungan dengan hiperprolaktinemia. Namun, pada keadaan tertentu, galactorrhea dapat terjadi dengan kadar prolaktin yang normal.[6,7]

Etiologi

Etiologi galactorrhea dapat disebabkan oleh hiperprolaktinemia maupun normoprolaktinemia. Berdasarkan manifestasi klinisnya, galactorrhea yang disebabkan oleh keadaan hiperprolaktinemia dan normoprolaktinemia dapat dibedakan. Galactorrhea dengan manifestasi gangguan siklus menstruasi dan amenorea, etiologi yang mendasarinya adalah hiperprolaktinemia. Namun, apabila siklus menstruasi dan ovulasi normal, maka kemungkinan besar kadar prolaktin normal.[6]

Hiperprolaktinemia Galactorrhea

Etiologi hiperprolaktinemia galactorrhea secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu yang disebabkan karena gangguan pada hipotalamus-hipofisis dan nonhipotalamus-hipofisis. Etiologi hiperprolaktinemia galactorrhea yang berhubungan dengan hipotalamus-hipofisis adalah prolaktinoma dan tumor hipofisis.

Prolaktinoma adalah tumor pada kelenjar hipofisis yang melibatkan sel-sel yang mensekresi prolaktin (hipofisis). Apabila ukurannya <10 mm maka disebut dengan mikroprolaktinoma, sedangkan ukuran ≥10 mm disebut dengan makroprolaktinoma. Biasanya pasien datang dengan keluhan amenorea/oligomenorea, galactorrhea, dan gangguan penglihatan.[14]

Tumor hipofisis pada sel-sel yang tidak memproduksi prolaktin dan massa/lesi yang mendesak tangkai hipofisis/hipotalamus dapat juga menjadi etiologi hiperprolaktinemia  galactorrhea. Tumor-tumor ini dapat menyebabkan hiperprolaktinemia dengan mengganggu aliran dopamin dari hipotalamus ke hipofisis anterior karena “menekan” tangkai hipofisis. Dengan berkurangnya kadar dopamin sebagai inhibitor produksi prolaktin, maka kadar prolaktin meningkat karena tidak ada yang mengontrol produksinya.[15]

Sementara itu, etiologi hiperprolaktinemia galactorrhea yang tidak berhubungan dengan hipotalamus-hipofisis adalah hipotiroidisme, obat-obatan, penyakit ginjal kronis, lesi dinding dada, dan idiopatik.

Hipotiroidisme:

Hipotiroidisme kronis akan menyebabkan hiperplasia thyrotroph (sel-sel di hipofisis anterior yang memproduksi thyroid stimulating hormone/ TSH) sehingga menyebabkan hipertrofi kelenjar hipofisis di sella turcica.

Rendahnya kadar thyroxine (T4) menstimulasi hipotalamus untuk kompensasi keadaan tersebut dengan memproduksi thyroid releasing hormone (TRH) untuk menstimulasi hipofisis anterior agar memproduksi TSH. Namun, TRH tidak hanya menstimulasi sekresi TSH tapi juga hormon prolaktin.

Pada keadaan ini, sensitivitas sel-sel hipofisis terhadap efek inhibisi dopamin menurun, sehingga makin mendukung produksi hormon prolaktin. Pada akhirnya keadaan hipotiroidisme akan menginduksi terjadinya hiperprolaktinemia lewat mekanisme tersebut.[16]

Obat-Obatan:

Beberapa obat-obatan seperti antipsikotik, antidepresan, antihipertensi, dan obat-obatan gastrointestinal dapat memiliki efek samping hiperprolaktinemia dengan mengurangi kadar dopamin atau meningkatkan hormon stimulator prolaktin (serotonin dan estrogen).[17]

Obat-obatan yang bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin (D2) menghambat kerja dopamin sehingga efek inhibisi dopamin pada sekresi prolaktin juga menurun, dengan hasil akhir hiperprolaktinemia dan galactorrhea.

Clozapine, olanzapine, dan aripiprazole merupakan antipsikotik yang bekerja sebagai agonis maupun antagonis reseptor dopamin. Metoklopramid dan domperidone, bekerja menghambat reseptor D2 dan menyebabkan hiperprolaktinemia.[18,28]

Durasi penggunaan antipsikotik sampai terjadinya galactorrhea kurang lebih 20 hari (range 7-75 hari), dan kadar prolaktin akan menurun sampai dengan baseline setelah 3 hari berhenti pengobatan.[14,18,19]

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti sertraline, escitalopram, fluoxetine, dan paroxetine memiliki efek samping hiperprolaktinemia yang dapat menginduksi galactorrhea. SSRI bekerja menghambat reseptor serotonin.

Pada keadaan tertentu, serotonin menghambat produksi dopamin, sehingga saat kadar serotonin dalam darah rendah, terjadi over-produksi dopamin. Paroxetine juga memiliki efek samping galactorrhea, namun dengan kadar prolaktin yang normal. Mekanisme yang mendasari hal ini belum diketahui.

Penggunaan obat antihipertensi golongan calcium-channel blocker (CCB), seperti verapamil, diltiazem, dan nifedipine, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dopamin, yang pada akhirnya menyebabkan sekresi hormon prolaktin meningkat.[20-22]

Penyakit ginjal kronis:

Pada penyakit ginjal kronis, kemampuan ginjal untuk melakukan filtrasi terganggu. Hal ini juga menyebabkan gangguan klirens prolaktin, yang pada akhirnya menyebabkan penumpukan prolaktin dalam darah dan hiperprolaktinemia. Pada pasien pasca transplantasi ginjal mengalami perbaikan kadar prolaktin dalam beberapa hari.[23]

Lesi dinding dada:

Lesi yang melibatkan dinding dada seperti herpes zoster juga dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. Stimulus nyeri ditransmisikan lewat saraf interkostal ke medulla spinalis, lalu ke mesensefalon dan akhirnya ke hipotalamus. Stimulus ini di hipotalamus menyebabkan produksi dopamin berkurang, sehingga kadar prolaktin meningkat dan dapat menyebabkan galactorrhea.[24]

Hiperprolaktinemia idiopatik:

Hiperprolaktinemia idiopatik adalah hiperprolaktinemia tanpa penyebab yang jelas. Hal ini diduga disebabkan oleh prolaktinoma yang sangat kecil (<3 mm) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan radiologis. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh gangguan regulasi hormon di hipotalamus.[3]

Normoprolaktinemia-Galactorrhea

Etiologi normoprolaktinemi galactorrhea biasanya idiopatik, namun dapat terjadi pada keadaan tertentu. Pada cedera otak yang menyebabkan hematoma subdural, normoprolaktinemi galactorrhea dapat terjadi setelah dilakukan intervensi (kraniotomi).

Hal ini kemungkinan disebabkan karena komplikasi dekompresi setelah operasi yang menyebabkan penurunan tekanan intrakranial ataupun tekanan cairan serebrospinal. Menurunnya tekanan intrakranial dapat menyebabkan posisi anatomis otak “turun” sehingga mengganggu tangkai hipofisis atau pembesaran kelenjar hipofisis.[6]

Faktor Risiko

Faktor risiko galactorrhea antara lain:

  • Genetik
  • Usia lebih muda
  • Usia menarche yang lebih tua
  • Jumlah paritas ≤2
  • Merokok
  • Gangguan metabolik yang menjadi faktor risiko penyakit ginjal kronis, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskular
  • Penggunaan alat kontrasepsi suntik, terutama yang mengandung estrogen[24-27]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

3. Vilar L, Abucham J, Albuquerque JL, Araujo LA, Azevedo MF, Boguszewski CL, et al. Controversial issues in the management of hyperprolactinemia and prolactinomas – An overview by the Neuroendocrinology Department of the Brazilian Society of Endocrinology and Metabolism. Arch Endocrinol Metab. 2018 Mar;62(2):236–63.
6. Uy EM, Asadipooya K. A case of normoprolactinemic galactorrhea following aneurysmal subarachnoid hemorrhage. Case Rep Intern Med. 2018 Dec 6;6(1):8.
7. Pitale DL. Effectiveness of Cabergoline therapy in hyperprolactinemic infertility. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2019 May 28;8(6):2389.
14. Sindi ST, Al-Agha AE. Galactorrhea in 15 year old adolescent female: A case report. Curr Pediatr Res. 2018;22(2). https://www.alliedacademies.org/abstract/galactorrhea-in-15-year-old-adolescent-female-a-case-report-10107.html
15. Jane JA, Catalino MP, Laws ER. Surgical Treatment of Pituitary Adenomas. In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, Chrousos G, Dungan K, Grossman A, et al., editors. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2019. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278983/
16. Abdulla MC. Galactorrhea and reversible pituitary hyperplasia in primary hypothyroidism. Thyroid Res Pract. 2018 May 1;15(2):94.
17. Navy H, Gardner K. Strategies for managing medication-induced hyperprolactinemia. 2018. https://www.mdedge.com/psychiatry/article/159114/schizophrenia-other-psychotic-disorders/strategies-managing-medication
18. Lucca JM. Galactorrhea Distressing Side Effects of Amisulpride. ARC J Pharm Sci. 2019;5(1). https://www.arcjournals.org/pdfs/ajps/v5-i1/2.pdf
19. Brown B, Patti N, Rosenberger R, Rais T. Risperidone induced amenorrhea and galactorrhea in a case of an adolescent patient. Cogent Med. 2017 Jan 1;4(1):1328819.
20. Kukreti P. Rising Trend of Use of Antidepressants Induced Non- Puerperal Lactation: A Case Report. J Clin Diagn Res. 2016. http://jcdr.net/article_fulltext.asp?issn=0973-709x&year=2016&volume=10&issue=6&page=VD01&issn=0973-709x&id=7928
21. Mishra S, Nath S, Mishra BR, Pattnaik JI. Euprolactinemic galactorrhea with paroxetine: Exploring the missing link. Indian J Psychol Med. 2019 Jul 1;41(4):395.
22. Jeet R. Effect of calcium channel blockers on the serum prolactin levels. 2015.
23. Osman N, Ismail A. The Impact of Hemodialysis on Serum Prolactin and Testosterone Level in CKD Male Patients. IOSR J Dent Med Sci. 2016 Feb 1;15:61–5.
24. Jindal N, Jain VK, Aggarwal S, Kaur S. Ipsilateral galactorrhea following zoster of the T4 dermatome. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2014 Nov 1;80(6):540.
25. Shaid M, Korbonits M. Genetics of pituitary adenomas. Neurol India. 2017 May 1;65(3):577.
26. Damtie S, Biadgo B, Baynes HW, Ambachew S, Melak T, Asmelash D, et al. Chronic Kidney Disease and Associated Risk Factors Assessment among Diabetes Mellitus Patients at A Tertiary Hospital, Northwest Ethiopia. Ethiopia J Health Sci. 2018 Nov;28(6):691–700.
27. Hendriana Lestari Pradina -, Endang Rostiati -. GAMBARAN PENANGANAN EFEK SAMPING KB SUNTIK OLEH AKSEPTOR DI BPM APPI AMELIA BIBIS BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL. 2014. http://repository.unjaya.ac.id/1998/

Patofisiologi Galactorrhea
Epidemiologi Galactorrhea
Diskusi Terkait
Anonymous
14 hari yang lalu
Penyebab galaktore dengan hasil tes prolaktin normal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Psien wanita.Galaktore, setelah di test prolaktin kadarnya normal.Apa penyebab galaktorenya?Terapi yang tepat? Terimakasih
Anonymous
17 hari yang lalu
Sering keluar ASI pada payudara jika puting ditekan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien wanita, sudah mempunyai anak usia 2 tahun. Sudah tidak memberi asi setahun lebih.Haid tidak teratur ( sbelumnya didiagnosa pco)Skrg mengeluh sering...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.