Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Galactorrhea general_alomedika 2023-02-27T15:20:42+07:00 2023-02-27T15:20:42+07:00
Galactorrhea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Galactorrhea

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Diagnosis galactorrhea dibuat berdasarkan anamnesis berupa keluhan adanya sekret seperti susu yang keluar dari puting dan tidak berhubungan dengan laktasi maupun kehamilan dapat membantu mengarahkan diagnosis galactorrhea.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membuktikan adanya galactorrhea serta etiologi yang mendasari.[3]

Anamnesis

Anamnesis untuk membedakan antara hiperprolaktinemia dan normoprolaktinemia dilakukan dengan menanyakan adanya gangguan menstruasi yang menyertai keluhan galactorrhea.

Pada hiperprolaktinemia biasanya pasien akan mengeluhkan gangguan siklus menstruasi, seringkali amenorea, sedangkan pada normoprolaktinemia jarang ditemukan adanya gangguan siklus menstruasi.[6]

Pada pasien dengan hiperprolaktinemia perlu digali mengenai keluhan lainnya seperti penurunan libido, disfungsi erektil, infertilitas, dan ginekomastia (pada laki-laki). Keluhan berupa nyeri kepala dan gangguan penglihatan dapat ditanyakan untuk mengeksklusi adanya lesi/tumor hipofisis yang dapat menimbulkan gejala tersebut.[3,34]

Perlu dilakukan anamnesis mengenai konsumsi obat-obatan yang dapat menginduksi terjadinya galactorrhea dan riwayat penyakit dahulu, misalnya penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, serta riwayat cedera kepala dan lesi dinding dada untuk mencari etiologi atau penyebab eksaserbasi.[16-20,22-24]

Pemeriksaan Fisik

Untuk menilai galactorrhea pada pemeriksaan fisik, pasien diposisikan duduk dan dengan tubuh agak dicondongkan ke depan. Perlu dilakukan penekanan ke arah areola untuk melihat adanya sekret menyerupai susu yang keluar dari areola.

Galactorrhea dapat terjadi dengan spontan maupun dipresipitasi oleh tekanan pada puting susu. Galactorrhea biasanya bilateral dan biasanya menyerupai susu.[10,13,35]

Pemeriksaan lapang pandang juga perlu dilakukan apabila dicurigai adanya tumor yang bersebelahan atau menekan kiasma optikum, terutama tumor hipofisis. Pemeriksaan lapang pandang ulang juga perlu dilakukan sebagai evaluasi terapi homonymous hemianopia apabila sebelum terapi sudah ditemukan adanya gangguan.[8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk galactorrhea meliputi keadaan lainnya yang menyebabkan munculnya sekresi pada puting susu, antara lain :

Kanker Payudara

Pada kanker payudara, pasien dapat datang dengan keluhan keluarnya cairan dari puting susu yang biasanya disertai darah dan biasanya unilateral. Keluhan ini disertai dengan benjolan pada payudara yang keras, immobile, dan seringkali tidak nyeri. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan histopatologis maupun Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk pemeriksaan yang tidak terlalu invasif.[36,37]

Abses Mammae

Abses mammae dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki. Keluhan dapat berupa pembesaran pada payudara yang nyeri, kemerahan, dan keluarnya sekret purulen dari puting. Abses mammae biasanya terjadi pada ibu pasca melahirkan dan menyusui dengan riwayat jadwal menyusui yang terlewatkan, puting susu lecet (cracked nipples), abrasi kulit, serta riwayat mastitis.[38,39]

Abses mammae pada laki-laki berkaitan dengan ginekomastia dan biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat imunodefisiensi misalnya HIV), keganasan, pasca infeksi Salmonella. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh infeksi tuberkulosis pada dinding dada.[38]

Seperti halnya pada kanker payudara, penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan histopatologi dengan fine needle aspiration biopsy (FNAB). Biasanya keluhan pada abses mammae jarang disertai dengan gangguan libido dan infertilitas, sehingga hal ini dapat menjadi salah satu pembanding untuk membedakan dengan galactorrhea.[38,39]

Mastitis Neonatorum

Mastitis neonatorum adalah infeksi jaringan payudara yang terjadi pada neonatus sampai usia 2 bulan. Kondisi ini terjadi akibat penyebaran bakteri patogen dari kulit maupun membran mukosa pada saat dilakukan “pemencetan” puting susu untuk mengeluarkan “witch’s milk” yang merupakan efek dari estrogen ibu. Manifestasi klinisnya berupa edema dan eritema pada dada, unilateral, nyeri, dan disertai dengan sekret purulen.[13]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan kadar hormon prolaktin, pemeriksaan laboratorium lainnya, dan pencitraan perlu dilakukan untuk mengevaluasi penyebab galactorrhea yang terjadi.

Pemeriksaan Kadar Prolaktin

Kadar normal prolaktin basal (pagi setelah “puasa”) adalah <20 ug/L pada perempuan yang tidak hamil. Kadarnya dapat meningkat sampai ≥300 ug/L saat hamil. Peningkatan kadar prolaktin karena obat dapat mencapai 100 ng/mL, namun pada penggunaan antipsikotik dapat mencapai 250 ng/mL. Kadar prolaktin yang melebihi 100 ng/mL perlu dirujuk ke spesialis endokrinologi untuk tata laksana lebih lanjut.[1,2,17]

Sekresi prolaktin secara fisiologis bersifat episodik dan labil, maka apabila pada pemeriksaan kadar prolaktin ditemukan peningkatan kadar prolaktin namun masih <100 ng/mL, maka harus dikonfirmasi kembali minimal 2 kali, kecuali peningkatannya signifikan (>80-100 ng/L). Kadar prolaktin >200 ng/mL dapat mengarahkan diagnosis ke prolaktinoma.

Pemeriksaan kadar prolaktin dilakukan ketika pasien sedang puasa, tidak berolahraga, dan tanpa stimulasi payudara. Keadaan stress psikologis maupun olahraga atau karena penyakit akut, secara fisiologis akan menyebabkan kadar prolaktin meningkat.[3,31]

Untuk membedakan makroadenoma (adenoma hipofisis) dan hiperprolaktinemia karena penggunaan antipsikotik salah satunya adalah dengan mengetahui kadar prolaktin. Kadar >500 ug/L akan lebih mengarahkan diagnosis ke makroadenoma, sedangkan kadar <200 ug/L lebih ke hiperprolaktinemia karena obat.[14]

Selain untuk keperluan diagnostik, pemeriksaan kadar prolaktin juga dilakukan untuk monitoring keberhasilan terapi. Kadar prolaktin juga harus diukur kembali 1 bulan setelah memulai dopamin agonis dan secara periodik kemudian.[8]

Pemeriksaan Laboratorium Lainnya

Pemeriksaan laboratorium lainnya dilakukan untuk mengetahui etiologi yang mendasari galactorrhea, antara lain :

  • Pemeriksaan kadar TSH dan T4 untuk mengeksklusi hipotiroidisme sebagai salah satu etiologi galactorrhea
  • Kadar serum kreatinin, ureum, dan laju filtrasi glomerulus untuk mengetahui fungsi ginjal
  • Kadar β-HCG pada pasien dengan keluhan galactorrhea yang disertai amenorea untuk mengeksklusi kemungkinan hamil[3]

Apabila ragu untuk menentukan bahwa sekret yang dihasilkan mengandung susu, maka dapat dilakukan pewarnaan Sudan IV untuk mengkonfirmasi. Pewarnaan Sudan IV dilakukan untuk menganalisis sekret yang keluar dari puting susu, untuk melihat adanya droplet lemak pada sekret tersebut. Hal ini dapat membantu mengarahkan diagnosis ke galactorrhea.[35]

Pencitraan

Pemeriksaan pencitraan pada galactorrhea biasanya dilakukan untuk menegakkan etiologi dan mengeksklusi kemungkinan diagnosis lainnya yang memiliki manifestasi menyerupai galactorrhea.

Mamografi dan Ultrasonografi:

Pemeriksaan mamografi dan ultrasonografi dilakukan apabila dicurigai adanya massa atau adanya perubahan pada payudara maupun puting pada pemeriksaan fisik. Mamografi dapat membantu mendeteksi massa, mikrokalsifikasi, dan gangguan struktur jaringan dan kelenjar mammae yang kemungkinan dapat membantu mengidentifikasi penyebab timbulnya sekret dari puting susu.

Namun, sensitivitas mamografi untuk keperluan melihat lesi penyebab timbulnya sekret dari puting masih rendah, hasil mamografi yang normal belum tentu mengeksklusi etiologi penyebabnya. Sehingga pemeriksaan mamografi untuk keperluan diagnosis pada keadaan ini masih kurang dianjurkan.[40,41]

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling sederhana yang dapat membantu mem-visualisasi struktur duktus dan jaringan intraduktus pada mammae. Ultrasonografi dapat membantu memeriksa lebih lanjut lesi yang ditemukan pada mamografi maupun membantu dalam melakukan biopsi. Ultrasonografi dapat mengidentifikasi lesi yang berukuran <1 cm, terutama pada wanita dengan jaringan mammae yang lebih padat.[36]

Magnetic Resonance Imaging (MRI):

Pemeriksaan MRI terutama dilakukan untuk mengidentifikasi lesi pada hipofisis dan sella turcica. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan terutama apabila ditemukan adanya peningkatan kadar prolaktin >200 ng/mL atau dicurigai adanya tumor hipofisis maupun non-hipofisis.

Computed Tomography scan (CT-scan) juga dapat dilakukan, namun sifatnya tidak terlalu sensitif untuk mengidentifikasi lesi kecil yang sifatnya isodens dengan struktur sekitarnya.[3,14,31]

Pemeriksaan MRI hipofisis pada mikroprolaktinoma perlu diulang 1 tahun setelah terapi, namun pada makroprolaktinoma harus diulang lebih cepat sesuai dengan keadaan klinis pasien, terutama apabila terdapat keluhan tambahan maupun peningkatan kadar prolaktin yang progresif.[8]

Densitas Tulang:

Pemeriksaan densitas tulang dilakukan mengingat ditemukan adanya penurunan densitas tulang pada keadaan hipogonadisme. Prolaktin memiliki reseptor di osteoblas yang apabila diaktifkan dengan terikatnya prolaktin pada reseptor tersebut akan menginduksi apoptosis dan mengurangi proliferasi.[42]

Pemeriksaan ulang densitas tulang juga perlu dilakukan kembali apabila sebelum dilakukan terapi pada hiperprolaktinemia ditemukan adanya gangguan. Perbaikan kadar prolaktin biasanya diikuti dengan perbaikan hasil pemeriksaan densitas tulang.[8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Atluri S, Sarathi V, Goel A, Boppana R, Shivaprasad C. Etiological profile of galactorrhoea. Indian J Endocrinol Metab. 2018 Jul 1;22(4):489.
2. Agrawal P, Pursnani N, Parihar A, Singh B. Ranitidine-induced galactorrhea in a postmenopausal female. J Fam Med Prim Care. 2019 Sep 1;8(9):3057.
3. Vilar L, Abucham J, Albuquerque JL, Araujo LA, Azevedo MF, Boguszewski CL, et al. Controversial issues in the management of hyperprolactinemia and prolactinomas – An overview by the Neuroendocrinology Department of the Brazilian Society of Endocrinology and Metabolism. Arch Endocrinol Metab. 2018 Mar;62(2):236–63.
6. Uy EM, Asadipooya K. A case of normoprolactinemic galactorrhea following aneurysmal subarachnoid hemorrhage. Case Rep Intern Med. 2018 Dec 6;6(1):8.
7. Pitale DL. Effectiveness of Cabergoline therapy in hyperprolactinemic infertility. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2019 May 28;8(6):2389.
8. Chen AX, Burt MG. Hyperprolactinaemia. Aust Prescr. 2017 Dec 1;40:220–4.
10. Khoohaphatthanakul S, Sriwijitkamol A. A 33-Year-Old Man with Gynaecomastia and Galactorrhea as the First Symptoms of Graves Hyperthyroidism. Case Rep Endocrinol. 2016;2016:1946824.
13. Sharma D, Murki S, Pratap T. Mastitis Neonatorum: An Interesting and Uncommon Condition Seen in Infants. J Neonatal Biol. 2017;06(01). https://www.omicsgroup.org/journals/mastitis-neonatorum-an-interesting-and-uncommon-condition-seen-in-infants-2157-7552-1000251.php?aid=87528
14. Sindi ST, Al-Agha AE. Galactorrhea in 15 year old adolescent female: A case report. Curr Pediatr Res. 2018;22(2). https://www.alliedacademies.org/abstract/galactorrhea-in-15-year-old-adolescent-female-a-case-report-10107.html
16. Abdulla MC. Galactorrhea and reversible pituitary hyperplasia in primary hypothyroidism. Thyroid Res Pract. 2018 May 1;15(2):94.
17. Navy H, Gardner K. Strategies for managing medication-induced hyperprolactinemia. 2018. https://www.mdedge.com/psychiatry/article/159114/schizophrenia-other-psychotic-disorders/strategies-managing-medication
18. Lucca JM. Galactorrhea Distressing Side Effects of Amisulpride. ARC J Pharm Sci. 2019;5(1). https://www.arcjournals.org/pdfs/ajps/v5-i1/2.pdf
19. Brown B, Patti N, Rosenberger R, Rais T. Risperidone induced amenorrhea and galactorrhea in a case of an adolescent patient. Cogent Med. 2017 Jan 1;4(1):1328819.
20. Kukreti P. Rising Trend of Use of Antidepressants Induced Non- Puerperal Lactation: A Case Report. J Clin Diagn Res. 2016. http://jcdr.net/article_fulltext.asp?issn=0973-709x&year=2016&volume=10&issue=6&page=VD01&issn=0973-709x&id=7928
21. Mishra S, Nath S, Mishra BR, Pattnaik JI. Euprolactinemic galactorrhea with paroxetine: Exploring the missing link. Indian J Psychol Med. 2019 Jul 1;41(4):395.
22. Jeet R. Effect of calcium channel blockers on the serum prolactin levels. 2015.
23. Osman N, Ismail A. The Impact of Hemodialysis on Serum Prolactin and Testosterone Level in CKD Male Patients. IOSR J Dent Med Sci. 2016 Feb 1;15:61–5.
24. Jindal N, Jain VK, Aggarwal S, Kaur S. Ipsilateral galactorrhea following zoster of the T4 dermatome. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2014 Nov 1;80(6):540.
31. Medscape. Hyperprolactinemia: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/121784-overview#a5
34. Vroonen L, Daly AF, Beckers A. Epidemiology and Management Challenges in Prolactinomas. Neuroendocrinology. 2019;109(1):20–7.
35. Gosi SKY, Garla VV. Galactorrhea. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537115/
36. Paula IB de, Campos AM, Paula IB de, Campos AM. Breast imaging in patients with nipple discharge. Radiol Bras. 2017 Dec;50(6):383–8.
37. Zhang B-N, Cao X-C, Chen J-Y, Chen J, Fu L, Hu X-C, et al. Guidelines on the diagnosis and treatment of breast cancer (2011 edition). Gland Surg. 2012 May;1(1):39–61.
38. Saber T. Management of Recurrent Idiopathic Male Breast Abscess by Nipple and Areolar Excision: 2 Cases Report. Gen Surg. 2019;2:3.
39. Nayyar AS. Breast Abscesses: Recent Concepts in The Etiology, Diagnosis and Treatment. Surgery & Case Studies: Open Access Journal. 2019. https://lupinepublishers.com/index.php
40. Lippa N, Hurtevent-Labrot G, Ferron S, Boisserie-Lacroix M. Nipple discharge: The role of imaging. Diagn Interv Imaging. 2015 Oct 1;96(10):1017–32.
41. Yoon D, Lim HS, Jeong JC, Kim TY, Choi J, Jang J-H, et al. Quantitative Evaluation of the Relationship between T-Wave-Based Features and Serum Potassium Level in Real-World Clinical Practice. BioMed Research International. 2018. https://www.hindawi.com/journals/bmri/2018/3054316/
42. Sperling S, Bhatt H. Prolactinoma: A Massive Effect on Bone Mineral Density in a Young Patient. Case Rep Endocrinol. 2016. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4944044/

Epidemiologi Galactorrhea
Penatalaksanaan Galactorrhea

Artikel Terkait

  • Terapi untuk Supresi Laktasi
    Terapi untuk Supresi Laktasi
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Februari 2025, 16:56
Keluar cairan dari puting susu (galaktore)
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Permpuan usia 38 thun, mengeluhkan keluar cairan dari puting susu, berwarna kuning kehijaun tp tidak terlalu hijau, cairan tdk berbau.cairan tsb kluar jika...
Anonymous
Dibalas 16 Maret 2023, 09:59
Penyebab galaktore dengan hasil tes prolaktin normal
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Psien wanita.Galaktore, setelah di test prolaktin kadarnya normal.Apa penyebab galaktorenya?Terapi yang tepat? Terimakasih
Anonymous
Dibalas 13 Maret 2023, 12:16
Sering keluar ASI pada payudara jika puting ditekan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien wanita, sudah mempunyai anak usia 2 tahun. Sudah tidak memberi asi setahun lebih.Haid tidak teratur ( sbelumnya didiagnosa pco)Skrg mengeluh sering...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.