Penatalaksanaan Migraine
Tujuan utama dari penatalaksanaan migraine antara lain:
- Mengurangi nyeri dan frekuensi serangan
- Mengurangi disabilitas yang disebabkan oleh migraine
- Meningkatkan kualitas hidup
- Mencegah timbulnya nyeri kepala
- Mengurangi eskalasi obat nyeri kepala
- Mengedukasi pasien untuk dapat menangani nyeri sendiri

Prinsip utama penatalaksaan migraine adalah untuk menghentikan gejala dan nyeri serta mencegah timbulnya serangan. Secara garis besar pengobatan migraine dibagi menjadi:
Terapi Penghilang Nyeri Dan Gejala
Dikenal sebagai tatalaksana akut atau abortif. Terapi ini dapat diberikan pada saat serangan dan bertujuan untuk mengurangi nyeri kepala dan gejala yang menyertai migraine. Obat yang dapat diberikan antara lain:
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (Non Steroid Anti Inflammation Drugs / NSAID)
NSAID secara umum dapat digunakan sebagai terapi abortif pada nyeri kepala ringan hingga sedang. Beberapa jenis NSAID, seperti ketorolac dapat digunakan untuk mengatasi nyeri kepala berat. Contoh obat NSAID yang dapat digunakan antara lain:
- Ibuprofen dengan dosis 400-800mg per oral dapat diberikan per 6 jam
- Ketorolac dengan dosis 30 mg dosis tunggal intravena atau 30 mg per 6 jam tidak lebih dari 120mg/hari
- Ketoprofen dengan dosis 50 mg per oral dapat diberikan per 6 jam
Serotonin 5-HT-Receptor Agonist (Triptans)
Triptans digunakan sebagai terapi abortif pada nyeri kepala sedang hingga berat. Triptans bekerja dengan menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah, menghambat pelepasan neuropeptida dan mengurangi transmisi nyeri pada jalur trigeminal. Triptans memiliki sediaan oral, spray nasal dan injeksi. Efek samping pemberian triptan dapat menyebabkan mual muntah, pusing, asthenia, somnolen, nyeri kepala semakin berat, dan kekakuan pada rahang. Sedian triptans antara lain :
- Sumatriptan dapat diberikan secara oral, spray nasal atau injeksi subkutan. Pemberian oral dapat dengan dosis 50-100 mg dan dapat diulang 2 jam lagi jika migraine muncul kembali. Dosis maksimal hingga 300 mg per hari. Dosis spray nasal sebesar 20 mg pada salah satu lubang hidung, dapat diulang 2 jam setelah dosis pertama dengan dosis maksimal 40mg per hari. Dosis injeksi subkutan sebesar 6 mg dan dapat diulang setidaknya 1 jam setelah pemberian pertama, dengan dosis maksimal hingga 12 mg per hari
- Naratriptan memiliki biovailabilitas dan waktu paruh yang lebih lama dibandingkan sumatriptan. Hal ini menyebabkan Naratriptan memiliki angka rekurens nyeri kepala yang lebih rendah, sehingga baik digunakan untuk migraine dengan nyeri yang terus menerus seperti migraine menstrual.
- Rizatriptan memiliki waktu kerja yang cepat (30 menit) dan efeknya mencapai 71% dalam 2 jam. Merupakan golongan triptan dengan onset kerja yang paling cepat
Ergot alkaloid
Turunan ergot merupakan golongan nonselektif 5-HT1 reseptor agonis. Dapat digunakan untuk nyeri kepala sedang hingga berat. Ergot menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah kranial dan perifer. Sediaan ergot dalam bentuk ergotamine tartate, dengan dosis pemberian secara sublingual 2 mg pada saat onset serangan dan dapat diberikan 2 mg setiap 30 menit. Dosis maksimal 6 mg per 24 jam. Ergotamine dapat memperberat mual dan muntah yang disebabkan oleh migraine. Sehingga diperlukan pengawasan setelah pemberian ergotamine.
Opioid
Pemberian kombinasi dengan kodein dapat membantu mengurangi nyeri kepala. Dosis oral dapat diberikan sebesar 30-60 mg per 6 jam dengan dosis maksimal hingga 360 mg perhari.
Obat Mual Dan Muntah
Antiemetik biasa diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah yang timbul saat migraine. Obat antiemetik yang bisa diberikan antara lain metoclopramide, ondancetron, domperidone atau chlorpromazine. Metoclopramide dapat diberikan dengan dosis 10-20mg per oral, atau 10 mg melalu intravena. Domperidone dapat diberikan secara oral dengan dosis 20-30 mg.
Terapi Profilaksis
Indikasi pemberian pengobatan profilaksis pada migraine antara lain :
- Serangan migraine yang berat dan menyebabkan pembatasan aktifitas sehari-hari
- frekuensi serangan lebih dari 2 kali perbulan
- Pasien yang tidak respon dengan baik dengan terapi abortif pada saat serangan
- Durasi serangan lebih dari 24 jam
- Jenis migraine yang respon terhadap pengobatan preventif dan jenis migraine yang memiliki resiko menyebabkan kerusakan saraf permanen
Antikonvulsan
Antikonvulsan yang dapat digunakan untuk pencegahan migraine adalah asam valproate dan topiramate.
Asam valproate merupakan obat lini pertama. Dosis oral asam valproate untuk profilaksis migraine dimulai dari 250 mg 2 kali per hari dengan dosis maksimal hingga 1 gr per hari. Dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara bertahap. Asam valproate dapat menyebabkan peningkatan berat badan, mual, tremor dan rambut rontok.
Topiramate dapat digunakan dengan dosis awal 25 mg perhari setiap malam hari selama 1 minggu. Kemudian dosis ditingkatkan per 25 mg dengan interval 1 minggu. Biasanya diberikan dengan dosis 50-100 mg per hari dengan 2 dosis terbagi. Dosis maksimal pemberian hingga 200 mg per hari.
Antihipertensi
Beta bloker merupakan golongan antihipertensi yang dapat digunakan untuk mencegah serangan migraine. Propanolol sebagai profilaksis migraine dapat diberikan dengan dosis awal 80 mg/hari dengan dosis per 6-8 jam. Dapat ditingkatkan hingga 20-40 mg/hari setiap 3-4 minggu. Dosis tidak melebihi 160-240 mg per hari. Timolol dapat diberikan dengan dosis 10 mg perhari atau 2 kali per hari. Maksimal diberikan 30mg per hari.
Verapamil dapat diberikan per oral dengan dosis 160-320 mg diberikan per 6-8 jam
Antidepresan
Antidepresan dapat mengurangi frekuensi serangan dengan mempengaruhi kadar serotonin. Antidepresan yang dapat diberikan adalah amitriptillin dan fluoxetine. Fluoxetine dapat diberikan dengan dosis oral 20-40 mg perhari.
Botox
Injeksi botox mungkin dapat memberikan manfaat pada pasien dengan nyeri kepala yang tidak sembuh dengan 3 pengobatan preventif konvensional. Botox dapat mengurangi nyeri dengan cara menghambat tranmisi neuromuscular. Injeksi dilakukan pada daerah kulit kepala dan efek baru dapat dirasakan setelah 2-3 bulan penyuntikan.
Persiapan rujukan ke rumah sakit
Pada kondisi tertentu migraine dapat berubah menjadi kondisi yang berbahaya seperti status migraneous, migranolepsy atau gangguan fungsi motoric. Terkadang juga dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan lain dari penyebab sakit kepala. Hal tersebut membutuhkan penanganan yang lebih lanjut sehingga perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan rujuk yang dapat dilakukan:
- Pastikan tanda tanda vital dalam keadaan stabil. Sediakan suplai oksigen yang cukup selama perjalanan merujuk
- Sediakan obat analgetik, antikonvulsif dan persiapan resusitasi untuk menangani kemungkinan perburukan pasien dalam perjalanan
- Pada pasien migraine yang disertai dengan gejala mual dan muntah selalu awasi kemungkinan terjadinya dehidrasi
- Siapkan catatan lengkap tentang riwayat penyakit, pola sakit kepala dan perkembangan sakit kepala untuk mempersingkat pemeriksaan di tempat rujukan
Terapi suportif
Beberapa modalitas terapi non farmakologis dipercaya dapat mengurangi dan mencegah timbulnya serangan migraine. Terapi tersebut antara lain:
Terapi Sikap Dan Perilaku
Stress diketahui sebagai salah satu pemicu timbulnya migraine. Dengan mempelajari teknik mengelola stress diharapkan frekuensi serangan dapat berkurang.
Akupuntur
Beberapa penelitian menunujukkan akupuntur dapat mengurangi nyeri dan frekuensi srengan migraine.
Yoga
Yoga yang dilakukan secara teratur minimal selama 3 bulan secara signifikan dapat mengurangi nyeri dan frekuensi serangan.
Suplemen Herbal Dan Vitamin
Beberapa suplemen vitamin seperti vitamin B2 dan Coenzime Q10 diketahui dapat membantu dalam mengurangi frekuensi serangan [15, 16, 17, 18, 19, 20]