Penatalaksanaan Glomerulonefritis
Prinsip penatalaksanaan glomerulonefritis sekunder adalah menangani penyakit sistemik yang mendasari. Pada glomerulonefritis primer, tata laksana umumnya bersifat suportif yang disertai dengan terapi imunosupresif.
Medikamentosa
Beberapa golongan obat yang dapat diberikan antara lain antibiotik, antihipertensi, kortikosteroid, imunosupresan, dan penurun lipid.
Antibiotik
Terapi antibiotik digunakan pada pasien glomerulonefritis akibat infeksi bakteri. Pada pasien post streptococcal glomerulonephritis (PSGN) dapat diberikan antibiotik golongan penicillin, yaitu penicillin V 500 mg dua kali sehari per oral selama 10 hari. Pilihan lain adalah penicillin G 900.000 unit intramuskular sekali sehari.
Apabila pasien alergi penicillin, dapat digunakan azithromycin 500 mg sekali sehari per oral selama 5 hari atau clarithromycin 250-500 mg dua kali sehari per oral selama 7-10 hari.[6,7,9,10]
Antihipertensi
Target tekanan darah yang diharapkan pada pasien dengan penyakit ginjal adalah 130/80 mmHg. Pada beberapa studi, target tekanan darah di bawah 125/75 mmHg direkomendasikan pada pasien dengan proteinuria > 1 g/hari.
Lini pertama antihipertensi yang disarankan adalah golongan angiotensin converting enzyme inhibitors (ACE-I) dan angiotensin receptor blockers (ARB). Selain menurunkan tekanan darah, antihipertensi golongan ACE-I dan ARB dapat menurunkan proteinuria sebanyak 40-50%.
Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah:
- Ramipril 5 mg sekali sehari per oral
Lisinopril 10 mg sekali sehari per oral
- Enalapril 5 mg sekali sehari per oral
Candesartan 8-16 mg sekali sehari per oral
- Irbesartan 150-300 mg sekali sehari per oral
Apabila ACE-I dan ARB tidak efektif dalam menurunkan tekanan darah, maka dapat digunakan antihipertensi golongan diuretik, yaitu furosemide 40-120 mg sekali sehari per oral. Selain itu pemberian diuretik juga dapat mengurangi edema pada pasien.[6,7,9,10]
Kortikosteroid
Kortikosteroid dan imunosupresan umumnya diberikan pada pasien glomerulonefritis sedang sampai berat, yaitu dengan klinis hematuria, proteinuria, dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pilihan kortikosteroid pada pasien sindroma nefrotik adalah prednison dengan dosis 1 mg/kg/hari per oral, dengan penurunan dosis bertahap.
Pada pasien glomerulonefritis rapidly progressive akibat kompleks imun, dapat digunakan methylprednisolone 1 gram intravena sekali sehari selama 3 hari, kemudian ubah ke prednison 1 mg/kg/hari per oral dan turunkan dosis secara perlahan setelah terjadi remisi.[6,7,9,10]
Terapi Imunosupresan
Terapi imunosupresan umumnya diberikan pada glomerulonefritis derajat sedang sampai berat. Pada beberapa tipe glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindroma nefritik, seperti minimal change disease, focal and segmental glomerulosclerosis, dan glomerulonefritis mesangioproliferatif, dibutuhkan gabungan terapi imunosupresif dengan kortikosteroid. Selain itu, pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM, imun kompleks dengan lupus eritematosus sistemik, dan pauci-imun juga disarankan menggunakan terapi imunosupresan.
Agen imunosupresan yang dapat digunakan adalah:
- Siklofosfamid 2 mg/kg sekali sehari per oral selama 2-3 bulan
- Myocophenolate mofetil 1–1,5 gram dua kali sehari per oral
- Azatioprin 1-2 mg/kg/hari per oral
Penggunaan imunosupresan harus diikuti dengan pemberian profilaksis antibiotik kotrimoksazol 80-160 mg sekali sehari per oral untuk mencegah pneumocystis pneumonia.[6,7,9,10]
Agen Penurun Lipid
Agen penurun lipid dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular pada pasien glomerulonefritis dengan hiperlipidemia. Statin merupakan obat yang umum digunakan dan memiliki efikasi dalam memperbaiki profil lipid. Selain itu, statin juga dapat memberikan efek proteksi terhadap penurunan LFG pada pasien. Simvastatin dapat diberikan 10-20 mg sekali sehari per oral.[6,7,9,10]
Tindakan
Terapi plasmaferesis dan penggantian ginjal dapat dipertimbangkan pada pasien glomerulonefritis derajat berat.
Plasmaferesis
Terapi plasmaferesis disarankan pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM. Plasmaferesis dapat dilakukan setiap hari dengan penggantian 4 liter dan albumin sebagai cairan pengganti selama 2-3 minggu.[6,7,9,10]
Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Terapi ini merupakan pilihan akhir pada tata laksana glomerulonefritis.
Indikasi dilakukannya dialisis adalah saat LFG <15 ml/min/1,73 m2, asidosis berat, hiperkalemia, gangguan elektrolit, uremia, dan overload cairan > 10%.[6,26]